Kawan-kawan semua,
Selepas “melayani” konsultasi dengan tiga orang mahasiswa di sebuah masjid kampus, sebelum membaca doa kafaratul majelis salah seorang mahasiswa didepan saya mengajukan pertanyaan diluar dugaan. Mas, apakah seorang Trainer harus berani menatap mata seseorang yang bertanya dihadapannya?.
“Kenapa kok nanya gitu Dek?”, saya pun balas bertanya.
“Karena dalam diskusi kita tadi saat ada pertanyaan saya perhatikan mas jarang berkedip dan selalu menatap mata saya” jawabnya.
“O, tatapan saya bikin takut ya? Atau jangan-jangan mata mas ada belek-nya? (belek : kotoran mata).
Sejenak kami tertawa. Setelahnya baru saya tahu kalau rupanya mereka tidak terbiasa menatap lawan bicara pada saat berbicara di depan forum.
Saat itu karena ada agenda di tempat lain maka saya putuskan untuk menjawab pertanyaan tersebut melalui tulisan di blog saja. Sebab insya Allah menjelaskan melalui tulisan dapat lebih jelas dan terstruktur ketimbang melalui lisan secara langsung.
Untuk sementara inilah tulisan yang bisa saya persembahkan :
Semoga Allah SWT senantiasa merahmati Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauzi yang berkata,”Sesungguhnya mata adalah salah satu bilik dari ruang hati seseorang, yang darinya dapat diketahui apa yang ada didalam hatinya walaupun pemiliknya belum berbicara.”
Seperti yang kita ketahui beberapa bagian tubuh kita semisal kepala, wajah, dan mata bisa memberi indikasi yang jelas akan sikap Anda kepada orang lain. Ditambah lagi dengan gerakan tubuh, intonasi suara, keringat tubuh, arah pandangan, dsb maka perasaan seseorang bisa “terbaca” melaluinya.
Jika kita berbicara kepada salah satu kawan atau bahkan atasan sekalipun, berpalinglah padanya, lihatlah wajahnya, dan lakukan kontak mata. Perhatian kepada lawan bicara adalah menunjukkan bahwa kita seorang yang percaya diri dan anda punya rasa hormat kepada lawan bicara anda. Kalau tidak berani atau kurang PeDe maka pandanglah alis atau bulu matanya (jangan bulu kaki, bulu hidung atau malah bulu-bulu yang lainnya).
Ketika kita melakukan kontak mata yang baik dengan orang yg kita ajak bicara, maka orang itu akan menginterpretasikan apa yang kita katakan dengan lebih baik ketimbang jika kita menghindari kontak mata. Jika melakukan kontak mata dengan anggota tim/rekan kerja/bawahan, insya Allah mereka akan memberi perhatian kepada pesan yang kita paparkan dan menganggap sedang berhadapan dengan sosok yang percaya diri namun tenang.
Body language khusus pada kontak mata, merupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi. tatapan harus tetap dipertahankan saat komunikasi sedang berlangsung. Tatapan mata yang sopan tidak melebihi 5 detik agar tidak menjadi teror, ancaman dan tidak melampaui hal-hal yang boleh dilihat saja.
Dalam komunikasi adakalanya tatapan mata jauh lebih dapat dipercaya daripada segala ujaran yang disampaikan oleh seorang komunikator. Tatapan mata yang tulus, jujur dan bersahabat akan memuluskan jalannya peluncuran kata-kata dari seorang komunikator. Oleh karena itu, seorang komunikator harus melatih matanya untuk berkomunikasi secara sopan dengan siapa saja.
Mata merupakan indra yang menjadi pedoman banyak pakar psikolog ketika berbicara dengan para pasiennya. Karena mata akan dapat bercerita banyak tentang apa yang tengah terjadi pada pasien bersangkutan. Kebohongan, kejujuran dan ketulusan akan terlihat di mata. Oleh karena itu, belajarlah untuk menatap dengan jujur, tulus dan lurus.
Adalah Doktor Muhammad Al-Takiriti, yang dalam sebuah bukunya (Afaq Bilaa Huduud) berkata, bahwa orang yang berbicara dengan pandangan mata ke kiri atas, menandakan sedang mengungkapkan apa yang sedang tergambar dalam memorinya. Apabila ia memandang kesebelah kanan atas, maka orang tersebut sedang membangun dan berusaha menyusun ilustrasi gambar dalam memorinya, walau ia belum pernah melihatnya sekalipun.
Bila pandangan matanya lurus ke sebelah kiri, maka ia berusaha untuk mengingat kembali pembicaraan atau informasi yang pernah didengar sebelumnya. Bila tatapan matanya memandang lurus kesebelah kanan, maka biasanya orang tersebut sedang merangkai sebuah cerita yang belum pernah dia dengar sebelumnya.
Bila tatapan matanya kesebelah kanan bawah, maka orang itu biasanya menceritakan emosi dan perasaan jiwanya, dan bila ia sedang memandang ke arah kiri bawah, maka orang tersebut mendengar suara hatinya dan berusaha menjawab sendiri isi jiwanya.
Mata adalah pancaran jiwa, melalui pandangan mata kita dapat mengetahui sifat atau maksud seseorang dalam berkomunikasi. Orang yang suka berbicara dengan pandangan arah mata ke atas biasanya dia lebih suka berbicara dalam bahasa visual atau penggambaran. Sebaliknya, jika pandangannya sering mengarah ke bawah artinya dia lebih suka mendengar. Seseorang yang arah matanya cenderung di tengah-tengah berarti dia lebih senang berbicara melalui sentuhan seperti disentuh punggungnya saat kita menanyakan sesuatu hal padanya.
Lirikan mata ke kiri berhubungan dengan otak kiri atau daya pikir dan ke arah kanan berhubungan dengan otak kanan atau daya imajinasi. Perhatikan jika kita menanya kan sesuatu yang berhubungan dengan daya ingat atau masa lalu seperti menanyakan dimana dia biasa meletakkan benda kesayangannya, pasti matanya ke kiri.
Sebaliknya coba tanyakan hal yang berhubungan dengan masa depan seperti cita-cita atau hal yang akan dilakukannya 5 tahun mendatang maka arah matanya cenderung ke kanan, Jika ditanyakan hal yang lalu tetapi pandangannya ke arah kanan kemungkinan besar dia telah berkhayal atau malah berbohong,
Demikianlah Allah Azza wa Jalla menciptakan sesuatu pasti tidak sia-sia dan ada maksudnya. Melalui mata kita bisa obserbavasi sehingga bisa berkomunikasi dengan lebih baik.
“Where an individual is looking is an important indicator of his social accessibility… Whether or not a person is willing to have his eye “caught”… is one of the principal signals by which people indicate to each other their willingness to begin an encounter” (Kendon, 1967)
Bavelas merespon teori ini dengan mengatakan, “we look not just to see but to be seen looking” (kita melihat bukan hanya untuk melihat, tetapi juga ingin dilihat). Jadi, keinginan seseorang untuk berkomunikasi bisa kita lihat dari cara ia memandang. Bila ia memandang langsung ke mata orang lain, maka bisa dikatakan ia ingin berkomunikasi. Namun jika seseorang memandang lurus atau dengan tatapan kosong, bisa dikatakan ia menunjukkan bahwa ia sedang tidak ingin berkomunikasi.
Teori ini saya rasa penting karena dengan teori ini kita akan memahami keinginan orang lain (apakah ia ingin berkomunikasi atau tidak). Dengan lebih mengerti tanda – tandanya, kita akan mengerti bagaimana cara menghadapi seseorang, termasuk cara membuka pembicaraan. Karena tentunya, cara menghadapi orang akan berbeda-beda. Jika kita fokus memperhatikan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh lawan bicara, maka kita akan tahu saat yang tepat untuk memulai komunikasi.
Tidak hanya itu, teori ini juga dapat kita gunakan untuk melihat kesediaan ataupun kejujuran seseorang. Saat seseorang merasa senang, ia tidak akan berkeberatan untuk melihat secara langsung ke mata lawan bicara. Begitu juga halnya saat seseorang berkata bohong. Karena seseorang yang merasa tidak nyaman ataupun berbohong akan cenderung menghindari tatapan mata orang lain.
Jadi kesimpulannya barangkali bisa seperti ini :
- Bola mata melirik ke kiri atas = artinya sedang berfikir (kemungkinan besar orang ini lagi jujur).
- Bola mata melirik ke kanan atas = sedang mencari alasan (kemungkinan besar nih orang lagi bohong)
- Bola mata melirik ke kiri bawah = self talk (sedang berpikir atau lagi mengeluarkan unek-uneknya).
- Bola mata melirik ke kanan bawah = mengingat/merasa hal-hal yang telah lalu.
Well, saya pikir sementara segitu dulu diskusi kita mengenai ‘tatap-menatap mata’ ini. Semoga bermanfaat. Bisa disambung lagi di waktu lain. Mohon koreksi dan komentarnya ya. Terimakasih.
Tetap istiqomah.
Wallahu a’lam bisshawab.
Discussion
No comments yet.