Yang saya tulis ini barangkali sepele, cuma soal interaksi dengan petugas check in counter di Bandara. Akhir-akhir ini saya memang sering bepergian keluar kota dengan pesawat. Salah satu hobi saya adalah “menggoda” petugas bagian check in. Eits, jangan negatif thing-thing dulu, yang dimaksud menggoda disini dalam hal positif lho Bung. Tiap saya mengantri di depan meja check in seringkali saya dapati petugas yang berjaga disana terlihat KSL2MS (baca: Kesel to Mas) artinya Kurang Semangat, Lesu, Lelah dan Minim Senyum.
Barangkali karena sudah berjam-jam duduk di depan monitor komputer, bertemu banyak wajah dan mesti melayani para penumpang dari berbagai penjuru dunia yang perangai, penampilan dan kelakuannya bermacam-macam.
Nah, kalau pas “nemu” petugas check in yang menunjukkan gejala KSL2MS ini saya akan menyapanya dengan cara yang sedikit berbeda. Pertama, saya menyapanya dengan “selamat malam atau selamat pagi”, dengan kondisi berlawanan pada waktu sebenarnya. Ini akan sedikit menarik antusiasme dan mengacaukan saraf berpikir nomalnya. Misal ketika saya menemuinya di waktu malam, maka saya akan menyapanya dengan “Selamat Pagi” (bukan Selamat Malam). Dan begitu pula sebaliknya. Kalau petugas check in didepan saya kondisinya masih “fresh” biasanya dia akan protes dan berbalik menegur dengan tersenyum sambil berkata : “Selamat Pagi juga”. Ketika salam terbalik tadi berbalas maka itu tandanya kami sudah satu frekuensi dan “kegilaan” saya sudah menular. He..he.
Langkah selanjutnya adalah dengan memesan kursi di dekat jendela. Dari awal pertama kali dulu naik pesawat, saya selalu memilih untuk duduk tepat di sebelah jendela. Kenapa? Karena saya tidak begitu suka kalau dapat tempat duduk yang di tengah. Anda tahu, duduk diapit oleh dua orang asing yang tidak kita kenal itu rasanya bisa kurang nyaman. Bayangkan apa yang jadinya pas kita ngantuk hebat terus tanpa sengaja kepala kita jatuh tepat di bahu atau dada orang sebelah?. Tengsin khan. Kalau makhluk di sebelah kita mirip Agnes Monica itu namanya rejeki. Tapi kalau mirip Aming itu namanya musibah.
Nah, untuk persoalan duduk di dekat jendela ini biasanya naluri iseng saya untuk “menggoda” muncul dengan mengatakan “Dekat jendelanya yang di dalam ya Mbak, jangan yang diluar jendela!”. Ini memang hal sepele, tapi kalau saya benar-benar ditaruh di luar jendela jelas saya ndak bisa sampai kota tujuan. Memang respon yang saya dapat variatif sekali. Ada yang tertawa, senyum kecil, balas ngobrol sampai ada yang cuek pura-pura ndak dengar. Well, apapun respon yang saya dapat tidak menjadi masalah. Yang penting niat ini lurus dan baik. Lagipula yang begitu itu sedikit banyak menjadi hiburan bagi saya. Nah, bagaimana dengan Anda? Berani coba duduk diluar jendela?. ***
Discussion
No comments yet.