Road to 2023
Nulis Lepas

Mendefinisikan Followership


Sejak diundang SSDM POLRI di Jakarta untuk memberikan pemahaman mengenai followership dan aplikasinya dalam pekerjaan, saya cukup banyak mendapat email maupun pesan japri baik dari kenalan saya maupun bukan yang menanyakan seputar followership. Diantara pertanyaan yang cukup sering mampir dilayar HP saya adalah “Apa itu Followership?”, “Jelasin dong tentang followership?” atau “Gimana sih mendefinisikan followership?”. Well, dalam tulisan kali ini kita akan membahas hal tersebut: pengertian followership.

Mendefinisikan followership ini sepertinya sepele. Tapi kalau diselami lebih dalam bisa menyelamatkan kita dari interpretasi negatif maupun stereotipe miring terhadap followership. Tentang yang negatif dan yang miring tersebut akan kita bahas tersendiri dikesempatan lain. Saya hanya ingin menggambarkan sekilas kalau selama bertahun-tahun menggeluti dan menyebarkan wacana followership ini tidak sedikit nyinyiran, cemoohan, pandangan sebelah mata, sikap merendahkan, meremehkan, dan sejenisnya yang saya terima dari khalayak ramai (bahkan dari orang-orang zona intim sekalipun). Tapi dimaklumi saja. Itu karena kegagalan mereka mendefinisikan followership.

Sebenarnya ada banyak pengertian tentang followership. Beberapa pakar atau pemerhati followership yang pernah saya temui di Amerika memiliki definisi versi pribadi mereka sendiri sesuai kedalaman pengkajian dan pemahaman masing-masing. Kalau mau pengertian yang sederhana barangkali bisa langsung merujuk ke definisi yang dikeluarkan Merriam-Webster Online Dictionary (2009), yakni Suatu kecakapan/kemampuan atau kesediaan untuk mengikuti pemimpin/leader. Karena ini dianggap sebagai kecakapan maka bisa dikategorikan sebagai skill. Artinya followership merupakan hal yang dipelajari dan dikembangkan. Bukan taken for granted. Bukan pula faktor bakat atau bawaan lahir.

Adapun kata “Kesediaan” itu sendiri saya lebih suka menerjemahkannya sebagai sesuatu yang tidak sekedar membutuhkan kerelaan atau keikhlasan, namun juga persiapan-persiapan yang berbobot. Here we talk about willingness. Kesediaan. Orang yang menyatakan bersedia harus memiliki persiapan. Readiness. The quality/state of being prepared to do something. Artinya untuk menjadi followers yang baik mutlak diperlukan persiapan. Ada hal ilmu dan ketrampilan (skill) yang perlu dipelajari.

Menjadi followers itu ada ilmunya. Tidak mudah. Sama seperti jika kita ingin menjadi leaders. Atau menjadi parent/orangtua. Masalahnya selama ini kita tidak dibekali ilmu tentang bagaimana menjadi followers. Jamak diantara kita menjadi followers yang baik dengan cara otodidak. By experience or even by mistake. Disamping itu juga hanya sedikit orang yang mau belajar dan mendalami followership. Instansi-instansi, perusahaan, tempat-tempat belajar, dsj jarang ada yang menerapkan atau mewajibkan karyawannya untuk mempelajari followership. Padahal setiap hari karyawan-karyawan itu harus berperan sebagai followers.

Baiklah, ini baru satu definisi. Dari satu pengertian ini sebenarnya penjelasannya bisa dua atau tiga lembar halaman. Tapi secara ringkas sudah kita bahas sebagaimana diatas. Dengan penjabaran secara ringkas harapannya potensi diskusi untuk membahas definisi merriam-webster tersebut insyaa Allah akan lebih terbuka. Semoga saja. Pengertian lainnya bagaimana?. Banyak. Silahkan mampir ke ensiklopedia bebas wikipedia. Kita bisa temui beberapa definisi followership lainnya seperti :

• Semua kegiatan/aksi yang dilakukan seseorang yang memainkan perannya pada posisi subordinat.

• Kumpulan skill khusus/spesifik yang menjadi pelengkap leadership.

• Peran yang muncul didalam organisasi yang memiliki hirarki.

• Suatu gagasan/konsep sosial yang integral (diperlukan untuk melengkapi) dalam proses kepemimpinan.

• Penyelarasan tingkah laku/perilaku dalam berinteraksi dengan leaders sebagai upaya untuk mencapai goal/tujuan organisasi.

• Suatu praktik/aksi yang dilakukan dengan sengaja dan bertujuan, sebagai bagian dari subordinate guna meningkatkan sinergi timbal-balik antara leader dengan follower.

Setelah menengok wikipedia sekarang cobalah browsing bebas untuk menemukan pengertian followership lainnya. Cukup banyak juga bukan. Sampai disini jadinya definisi mana yang harus kita pakai?. Ya, menurut saya yang mana saja boleh. Karena definisi-definisi tersebut bisa muncul tentunya dengan berbagai pertimbangan dan kajian. Namun demikian, kalau saya pribadi menerjemahkan followership sebagai ilmu dan ketrampilan (skill) yang dapat dipelajari dan diterapkan untuk penumbuhkembangan potensi dari pengikut/follower agar membuahkan hubungan dan pengaruh positif terhadap komunitas maupun lingkungan sekitar, serta dapat memberi kesempatan rutin kepada follower untuk mengasah kemampuan leadership yang dimilikinya. Definisi ini saya rumuskan berdasarkan pengalaman menjadi follower dan dari diskusi dengan beberapa pakar followership dunia, terutama dengan guru saya Ira Chaleff. Disini saya tidak ingin mendikte Anda harus selalu merujuk definisi versi saya diatas. Please feel free. Anda bisa menggunakan definisi lainnya.

Followership bukan sebatas mengajarkan bagaimana menjadi follower yang baik dan rajin bekerja sesuai SOP. Bukan pula bertujuan mengkondisikan agar memiliki follower yang selalu nurut, yes man person maupun brown nosing. Dan tidak ada jaminan kalau menerapkan ilmu followership lantas bisa mulus naik jabatan atau cepat dipromosikan. Ini bukan tentang itu semua. Meski seringkali kita terjebak disini. Di pemahaman yang sempit ini. Sehingga muncul stigmatisasi bahwa followership hanya pantas diberikan untuk pekerja kelas bawah. Hanya cocok untuk dipelajari middle management kebawah. Padahal seorang leader dan mereka yang berada di top management pun perlu mengerti followership. Agar tahu dan paham bagaimana membaca serta memperlakukan followersnya.

Followership merupakan ilmu yang bila dipelajari akan menumbuhkembangkan potensi diri dan sekaligus memberi kesempatan pelakunya untuk mengasah/menunjukkan kemampuan leadership yang dimilikinya. Followership tidak mendidik seseorang agar seumur hidupnya dilakoni sebagai jongos ataupun sebagai pengikut murni, melainkan sebisa mungkin menjadi sosok yang menginspirasi, memiliki manfaat dan pengaruh.

Dengan mempelajari followership idealnya kita dapat positif mempengaruhi lingkungan, orang-orang sekitar kita, rekan kerja atau bahkan leader kita sekalipun. Sebagai penutup, untuk memperkaya definisi kita terhadap followership ijinkan saya mengutip pemahaman Cory Bouck (salah satu kenalan saya yang juga pakar leadership di Amerika) tentang followership.

Dalam salah satu kesempatan Bouck pernah mengatakan bahwa followership adalah “a set of learnable, practicable skills that make me professionally essential to my leader and teammates, and also regularly create opportunities for me to demonstrate my superior leadership skills”. Ini menarik sekali bukan?. Saya sangat sependapat dengannya terutama pada poin “Regularly create opportunities to demonstrate my superior leadership skill”. Artinya sebagai seorang followers kita harus mampu menciptakan peluang demi peluang setiap harinya untuk mempraktekkan (baca: mengasah) kemampuan leadership kita.

Sebab pada dasarnya kita ini aset berharga yang suatu saat bakal diproyeksikan untuk menjadi leader dimasa mendatang. Nah, kalau Anda sekarang merasa sebagai seorang leader maka tolong perhatikan hal ini. Sudahkah Anda menciptakan suasana dan iklim kerja yang memungkinkan orang-orang dibawah Anda memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan leadershipnya?. Kalau belum, maka itu pertanda Anda perlu meluangkan waktu untuk mempelajari followership lebih dalam lagi.

Muhsin Budiono (Incheon, 31 Juli 2019)

About muhsin budiono

Karyawan, Followership Practitioner dan Penulis Buku. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Marine Engineering (Lulus tahun 2006) dan Narotama University studi Management (Lulus tahun 2014). Followership Practitioner pertama di Indonesia [Certified by Ira Chaleff, Belgium-2017]. Anggota ILA (International Leadership Association). Pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Disaat banyak orang Indonesia memuji dan mendalami Leadership, muhsin memilih jatuh hati pada Followership sejak 2007 yang lalu. Di tahun 2013 muhsin menulis buku tentang belajar Followership ala Indonesia berjudul "The Jongos Ways" (TJW) yang fenomenal dan menggugah ribuan pekerja di Indonesia. Berbekal buku TJW muhsin semakin getol membumikan Followership ke seluruh penjuru nusantara secara cuma-cuma/tanpa memungut biaya melalui kegiatan-kegiatan seminar, bedah buku, pembuatan video animasi hingga konsultasi gratis. Hal itu dilakukan sebab menurutnya Indonesia sudah “terlambat” lebih dari 23 tahun dalam mengembangkan Followership. Atas upayanya tersebut pada akhir tahun 2014 muhsin mendapat undangan dari International Leadership Association untuk menghadiri International Followership Symposium di Amerika sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia. Disana ia intens berdiskusi dengan beberapa pakar followership dunia dan dinisbatkan sebagai pemerhati followership pertama dari Indonesia. Di tahun 2016 Muhsin juga mendapat kehormatan untuk berbicara tentang Followership dihadapan ratusan praktisi Human Resources di Indonesia dalam forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS). Sementara ini muhsin berkarya di Perusahaan Migas Nasional kebanggaan Indonesia: PT Pertamina (Persero) dan sedang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita sebagai International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang. Muhsin juga memiliki keinginan kuat untuk resign bekerja agar bisa kuliah/belajar lagi di Saudi Arabia guna mendalami teori Islamic Followership yang sedang dikembangkannya.

Discussion

2 thoughts on “Mendefinisikan Followership

  1. Mas Muhsin, saya Januar, berprofesi sbg Assessor di BKD Pemprov Jatim. Saya tertarik dg konsep followership yg njenengan sampaikan waktu on air di radio SS. Bisakah saya kontak2 panjenengan? Jika berkenan saya minta no hp njenengan mas. Siapa tahu bisa ikut membumikan konsep followership di ranah instansi pemda

    Like

    Posted by Januar Dwi Purwanto | 21 August 2019, 21:34

Your Comment Please . . .

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
Seorang muslim terlalu besar untuk memiliki cita-cita yang kecil. Jangan menyerah. Tetap istiqomah. Where there is a will there is a way.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me on Twitter