Kawan-kawan semua,
Selepas “melayani” konsultasi dengan tiga orang mahasiswa di sebuah masjid kampus, sebelum membaca doa kafaratul majelis salah seorang mahasiswa didepan saya mengajukan pertanyaan diluar dugaan. Mas, apakah seorang Trainer harus berani menatap mata seseorang yang bertanya dihadapannya?.
“Kenapa kok nanya gitu Dek?”, saya pun balas bertanya.
“Karena dalam diskusi kita tadi saat ada pertanyaan saya perhatikan mas jarang berkedip dan selalu menatap mata saya” jawabnya.
“O, tatapan saya bikin takut ya? Atau jangan-jangan mata mas ada belek-nya? (belek : kotoran mata).
Sejenak kami tertawa. Setelahnya baru saya tahu kalau rupanya mereka tidak terbiasa menatap lawan bicara pada saat berbicara di depan forum.
Saat itu karena ada agenda di tempat lain maka saya putuskan untuk menjawab pertanyaan tersebut melalui tulisan di blog saja. Sebab insya Allah menjelaskan melalui tulisan dapat lebih jelas dan terstruktur ketimbang melalui lisan secara langsung.
Untuk sementara inilah tulisan yang bisa saya persembahkan :
Alkisah, ada seorang jongos yang sudah beberapa kali terlambat datang ke kantor. Walhasil dia dipanggil sang atasan untuk menghadap ke ruangannya. Pada atasan yang pandai memotivasi, biasanya “teguran” yang dilayangkan pada sang Jongos menggunakan bahasa komunikasi assertive. Komunikasi assertive merupakan komunikasi yang berdiri pada titik tengah antara komunikasi pasif dan agresif dimana komunikasi ini mengedepankan cara pandang mengemukakan pendapat dan perasaan tanpa memaksakan kehendak serta tidak melanggar hak-hak orang lain. Kira-kira teguran yang bernuansa assertive itu seperti ini :
You must be logged in to post a comment.