Road to 2023
Belajar Islam

Ikhlas : Kunci menjadi pribadi luar biasa


Belajar Ikhlas

maaf, saya lagi belajar ikhlasBagi sebagian orang, ikhlas merupakan kegiatan atau aktifitas amaliah yang sulit untuk dilakukan, namun bagi sebagian besar lainnya ikhlas adalah suatu hal yang mudah dan sederhana untuk diamalkan. Adapun mengapa kita harus senantiasa ikhlas? Benarkah ikhlas itu merupakan suatu amalan yang sulit? Sungguhkah ikhlas merupakan kunci menjadi hamba Allah yang luar biasa? Tulisan singkat ini semoga bisa menjawab beberapa pertanyaan diatas.

MENGAPA HARUS IKHLAS ?

Sedikitnya ada empat alasan mendasar yang mengharuskan agar kita senantiasa ikhlas.

Pertama, ikhlas merupakan bagian dari perintah Allah swt kepada hamba-hambaNya.

Ikhlas memiliki arti memurnikan tujuan ber-taqarrub pada Allah swt dari hal-hal yang mengotorinya. Bisa juga berarti menjadikan Allah azza wa jalla sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan. Atau bisa jadi merupakan sikap mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berkonsentrasi pada Al-Khaliq. Dalam Al-Quranul karim Allah Rabbul alamin telah memerintahkan kita agar ikhlas dalam melakukan ibadah ataupun bentuk ketaatan lainnya.

“Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya,lagi bersikap lurus”.   (Terj. QS. Al Bayyinah [98] : 5)

Kedua, syarat diterimanya amal shalih yang dilaksanakan sesuai sunah Rasulullah saw.

Abu Umamah meriwayatkan bahwa seseorang pernah menemui Rasulullah saw dan bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia mendapatkan pahala?”. Lantas Rasulullah saw menjawab, “Ia tidak mendapatkan apa-apa.”. Kemudian orang tadi mengulangi pertanyaannya tiga kali,dan Rasulullah saw. pun tetap menjawab, “Ia tidak mendapatkan apa-apa.”. Lalu beliau bersabda, Sesungguhnya Allah azza wa jalla tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karenaNya dan mengharap wajahNya.

(HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i).

Ketiga, menyelamatkan pelakunya dari godaan setan dan tipu daya dunia. Seorang bijak pernah berkata, “Barangsiapa yang sesaat dari umurnya telah dengan ikhlas hanya mengharap wajah Allah, pastilah ia akan selamat”. Seorang hamba yang berhati bersih dan ikhlas memurnikan ketaatan pada Allah swt. akan selamat dari godaan setan dan tipu daya dunia.

Tengok firman Allah swt yang mengungkapkan pernyataan iblis ,

Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.  (Terj. QS. Shaad [38] : 82 – 83)

Telah cukup dijabarkan oleh ayat diatas bahwa setan tidak akan mampu menyesatkan hamba-hamba Allah swt yang ikhlas. Maka beruntunglah orang-orang yang mendapatkan predikat mukhlis dalam segala amalnya.

Alasan terakhir mengapa harus ikhlas adalah karena ikhlas akan menghantarkan pelakunya ke derajat mulia. Bahwa seseorang yang  ikhlas akan mendapat rahmat,tuntunan/hidayah dari Allah swt untuk dimuliakan derajatnya. Atau dengan kata lain ikhlas merupakan kunci untuk menjadi pribadi mulia,pribadi yang luar biasa.

Konsep ini sebenarnya sangat sederhana. Seseorang bisa dikatakan ikhlas jika ia telah menanggalkan jati diri “ke-aku-annya”. Ia tidak lagi memikirkan keuntungan apa yang bakal didapat dengan segala amalan yang pernah dilakukannya. Ia tidak lagi berpikir untung atau rugi. Sepanjang yang dilakukannya diridhoi Allah dan dapat membahagiakan Rabbnya maka akan ia lakukan.

Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”.

(Terj. QS. Al Anbiyaa’ [21] : 69)

 

Secara tersirat ayat ini menggambarkan bahwa ketika Allah memerintahkan makhluknya (dalam hal ini adalah ‘api’) untuk menjadi dingin,maka pada hakikatnya saat itu api tengah diperintahkan agar merelakan jati diri “ke-aku-annya” diambil kembali oleh Allah. Sifat ‘panas’ Api hanyalah merupakan sifat titipan dari Allah yang disandangkan pada Api agar mampu mencapai derajat “ke-aku-annya” sebagai Api. Bukankah api tidak lagi menjadi api sejati bila ia kehilangan sifat panas yang dimilikinya untuk membakar ataupun memberangus sesuatu? Bila api menjadi dingin maka api telah berubah bentuk menjadi suatu substansi baru (makhluk) yang luar biasa. Sebab ia telah kehilangan sifat sejatinya atau “ke-aku-annya” sebagai api. Kehilangan sifat ke-aku-an bukanlah sebuah kerugian jika dilandasi ketaatan dan ikhlas karena Allah, karena justru disinilah letak konsep bahwa ikhlas merupakan kunci untuk menjadi mulia. Disinilah luarbiasanya. Bukankah api yang ‘pernah’ kehilangan sifat panasnya hanya terjadi ketika peristiwa pembakaran Nabi Ibrahim saja? Jauh sebelum dan jauh sesudah peristiwa tersebut, api tidak pernah berubah menjadi dingin. Tetap sebagai ‘api biasa’ yang kita kenal sekarang ini. Api yang panas dan memiliki kemampuan membakar. Maka bila ingin menjadi pribadi luarbiasa kitapun harus ikhlas menyerahkan jati diri“ke-aku-an” kita pada Allah swt. (sebagaimana yang dicontohkan api diatas).

IKHTIAR MENUJU IKHLAS

Ikhlas merupakan usaha untuk membersihkan hati dari segala noda yang merusak amal –sedikit maupun banyak, dan bertujuan memurnikan taqarrub pada Allah,bukan pada yang lain. Usaha ini akan muncul dari insan yang mencintai Allah dan mengorientasikan seluruh amal dan harapannya pada akhirat. Tidak tersisa sedikitpun tempat di hatinya untuk mencintai dunia. Cintanya pada dunia hanya diletakkan pada tangannya,bukan diletakkan di dalam hatinya,sehingga ia tidak merasa kesusahan atau sedih sedikitpun bila kehilangan atribut dunia yang melekat di dirinya. Seorang hamba yang dipenuhi oleh kecintaan pada Allah dan berorientasi akhirat maka seluruh aktifitas hariannya merupakan cerminan dari kecintaannya dan cita-cita akhirat tersebut. Sehingga keseluruhannya dilakukan dengan ikhlas. Begitu pula dengan hamba yang telah ditaklukkan oleh gemerlap kesenangan dunia, kekayaan, kecintaan berlebih pada lawan jenis, pangkat, derajat dan segala sesuatu selain Allah maka seluruh aktifitasnya merupakan cerminan dari harapan-harapannya tersebut. Tidak ada shalat, puasa,silaturahim, haji, zakat ataupun ibadah lain yang dilakukan dengan ikhlas. Setidaknya ada beberapa resep mujarab yang akan menghantar kita agar senantiasa ikhlas.

Yang pertama adalah dengan meredam kesenangan ajakan hawa nafsu dan ketamakan terhadap dunia. Sebab dunia adalah jebakan maksiat yang berpotensi besar menghancurkan diri seorang mukmin. Segala keindahan dunia hanyalah bersifat sementara dan cenderung melalaikan diri dari kehidupan akhirat.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Terj. QS. Al Hadiid [57] : 20)
Disamping itu resep yang kedua adalah dengan tidak pernah merasa ikhlas ataupun berusaha melihat keikhlasan diri. As-Suusiy -seorang ulama salaf-  pernah berkata, “Ikhlas adalah tidak merasa telah berbuat ikhlas. Barang siapa masih menyaksikan keikhlasan dalam ikhlasnya,maka keikhlasannya itu masih membutuhkan keikhlasan lagi.” Hal ini menjelaskan kita betapa pentingnya membersihkan amal dari sifat ‘ujub. Merasa ikhlas dan melihat keikhlasan diri adalah ‘ujub. Dan itu merupakan salah satu perusak keikhlasan. Amal yang ikhlas ialah amal yang terbebas dari segala jenis perusak keikhlasan. Resep berikutnya yakni mengupayakan hati agar selalu fokus pada hari akhir. Fokus pada akhirat dan pertemuan dengan Illahi Rabbi. Agar dapat merasakan ikhlas maka kita harus senantiasa terfokus pada akhirat,sebab disanalah sebaik-baiknya tempat bermukim yang kekal dan terakhir.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.    (Terj. QS. An Nahl [16] : 30)

Disamping itu fokus atau berorientasi pada akhirat  juga merupakan perintah Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Terj. QS. Al Hasyr  [59] : 18)

Adapun resep terakhir yaitu dengan meyakini bahwa ikhlas bukan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Ikhlas itu mudah dan menyenangkan. Selama ini sebagian besar dari kita sering mengatakan bahwa ikhlas itu sulit dan ikhlas itu tidak mudah. Ketahuilah bahwa kalimat tersebut tergolong kalimat negatif dan pesimis yang akan menanamkan sugesti dan anggapan negatif pula pada alam bawah sadar kita. Sehingga akibatnya ikhlas menjadi benar-benar menjadi sulit dilakukan. Ikhlas menjadi hal yang tidak mudah karena sejak awal kita telah memberikan persetujuan pada diri sendiri bahwa ikhlas itu sulit dilakukan. Bahkan lingkungan dan budaya di sekitar kita sejak dulu hingga sekarang juga telah ‘meracuni’ kita dengan mindset yang demikian.

Alkisah, ada seseorang yang dikenal selama belasan tahun selalu menunaikan shalat berjamaah di masjid pada shaf yang pertama. Suatu hari ia terlambat tiba di masjid dan ia shalat di shaf yang kedua. Lalu entah kenapa ia diliputi ketidak tenangan dan rasa malu yang luarbiasa sebab dilihat oleh orang banyak (padahal tidak ada jama’ah yang memperhatikan dia). Dari situ ia akhirnya tersadar, bahwa ketenangan hatinya dalam melaksanakan shalat di shaf pertama selama ini disebabkan oleh pandangan orang-orang kepadanya. Ia dapat khusyuk dalam shalat di shaf pertama karena ia merasa berhasil mempertahankan ‘reputasinya’ sebagai seorang jamaah yang istiqomah. Betapa sedikit amalan yang dikerjakan dengan ikhlas dan betapa sedikit orang yang menyadarinya. Banyak orang telah tertipu pada amalnya. Tidak sedikit orang yang bersusah payah beramal dan melakukan aktifitas kebaikan telah menyangka bahwa dirinya ikhlas melakukan aktifitas tersebut karena Allah. Hal ini bisa terjadi sebab sedikitnya wacana kita akan ilmu ikhlas dan kurangnya memperhatikan perkara-perkara yang merusak keikhlasan. Golongan ini termasuk golongan yang paling merugi perbuatannya.

Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.  (Terj. QS. Al Kahfi [18] : 103-104).

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.     (Terj. QS. Asy Syuura [42] : 20)

Demikian, kita berlindung pada Allah swt dari tergolong dalam kumpulan orang yang merugi. Semoga kita termasuk hamba-hambaNya yang mukhlis.

Wa Allahu A’lam bishawab.

 

muhsinbudiono

About muhsin budiono

Karyawan, Followership Practitioner dan Penulis Buku. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Marine Engineering (Lulus tahun 2006) dan Narotama University studi Management (Lulus tahun 2014). Followership Practitioner pertama di Indonesia [Certified by Ira Chaleff, Belgium-2017]. Anggota ILA (International Leadership Association). Pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Disaat banyak orang Indonesia memuji dan mendalami Leadership, muhsin memilih jatuh hati pada Followership sejak 2007 yang lalu. Di tahun 2013 muhsin menulis buku tentang belajar Followership ala Indonesia berjudul "The Jongos Ways" (TJW) yang fenomenal dan menggugah ribuan pekerja di Indonesia. Berbekal buku TJW muhsin semakin getol membumikan Followership ke seluruh penjuru nusantara secara cuma-cuma/tanpa memungut biaya melalui kegiatan-kegiatan seminar, bedah buku, pembuatan video animasi hingga konsultasi gratis. Hal itu dilakukan sebab menurutnya Indonesia sudah “terlambat” lebih dari 23 tahun dalam mengembangkan Followership. Atas upayanya tersebut pada akhir tahun 2014 muhsin mendapat undangan dari International Leadership Association untuk menghadiri International Followership Symposium di Amerika sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia. Disana ia intens berdiskusi dengan beberapa pakar followership dunia dan dinisbatkan sebagai pemerhati followership pertama dari Indonesia. Di tahun 2016 Muhsin juga mendapat kehormatan untuk berbicara tentang Followership dihadapan ratusan praktisi Human Resources di Indonesia dalam forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS). Sementara ini muhsin berkarya di Perusahaan Migas Nasional kebanggaan Indonesia: PT Pertamina (Persero) dan sedang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita sebagai International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang. Muhsin juga memiliki keinginan kuat untuk resign bekerja agar bisa kuliah/belajar lagi di Saudi Arabia guna mendalami teori Islamic Followership yang sedang dikembangkannya.

Discussion

No comments yet.

Your Comment Please . . .

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
Seorang muslim terlalu besar untuk memiliki cita-cita yang kecil. Jangan menyerah. Tetap istiqomah. Where there is a will there is a way.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me on Twitter