Ada orang-orang yang ketika berada di bulan Ramadhan rajinnya bukan main. Semangat ibadahnya membuncah dan terkadang menunjukkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik ketimbang sebelum Ramadhan. Saat ditanya kenapa jadi rajin sholat, baca Qur’an?. Seringkali jawabannya bikin pupil mata ini membesar: “Ini bulan penuh ampunan, Mas. Pahala ibadah dilipatgandakan. Sayang kalau dilewatkan begitu saja”. Kenapa sekarang pakai kerudung?. “Ini bulan penuh kebaikan, Mas. Momentum yang pas untuk berbenah sekaligus menghargai mereka yang berpuasa. Biar tak tergoda oleh kecantikan saya”. Weleh, super sekali. Saya jadi ikutan semangat dan antusias. Bukan semangat menyaksikan yang baru hijrah berkerudung tadi, tapi semangat menyaksikan perubahan-perubahan kebaikan itu. Sebab diluar sana nyata-nyatanya memang banyak manusia yang melewatkan kesempatan bertemu Ramadhan. Sibuk dengan kegiatan-kegiatan tak bernilai ibadah atau bahkan justru mengisinya dengan kemaksiatan. Naudzubillah.
Lebih-lebih lagi ketika 10 hari terakhir. Semakin senang dan semangat melihatnya. Perburuan menjumpai Lailatul qadar membuat masjid-masjid makin ramai. Banyak yang itikaf. Semua aktifitas berpindah serba di masjid. Sholat 5 waktu di masjid, buka puasa di masjid, makan sahur di masjid, mandi di masjid, tidur di masjid, bahkan nge-charge HP pun di masjid. Kaum Ibu tentunya ada yang nampak senang sebab tak perlu lagi bingung menyiapkan menu berbuka maupun santap sahur. Anggaran belanja kebutuhan dapur bisa sedikit dihemat. Lumayanlah buat beli Aloe Vera Soothing Gel. ^_^
Alhamdulillah, senang sekali rasanya melihat kondisi diatas. Kondisi dimana berbondong orang antusias melakukan perubahan dan amalan-amalan kebaikan dengan mengambil momentum bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah. Kalau boleh diibaratkan seperti pohon, mereka yang melakukan kebaikan-kebaikan serupa ibadah wajib maupun sunnah tersebut tidak ubahnya mirip suatu pohon yang sedang berbuah. Semakin banyak ibadahnya semakin lebat pula perumpamaan buahnya.
Lantas pertanyaan penting yang otomatis mampir dipikiran kita yakni terkait berapa lama pohon itu bakal menghasilkan buah. Akankah ia berbuah sepanjang bulan atau hanya pada saat Ramadhan saja?. Bila dalam 1 bulan/musim banyak pohon yang berbuah maka sudah pasti buah tersebut dipasaran jumlahnya akan melimpah. Hukum ekonomi berlaku. Buah yang melimpah ruah tentu membuat harganya menjadi murah. Sebab mudah didapat. Dengan kata lain nilainya tak lagi istimewa. Berbuah banyak disaat pohon-pohon lain juga berbuah banyak. Coba renungkan, kalau di sebuah pekarangan depan rumah terdapat pohon rambutan yang setiap bulan selalu berbuah kiranya bagaimanakah perasaan sang pemilik pekarangan tersebut?. Pastinya akan senang sekali. Disaat pohon-pohon serupa ditempat lain hanya berbuah 1 kali dalam setahun ia justru berbuah sepanjang tahun. Setiap bulan adalah musim rambutan. Maka pohon yang berbuah sepanjang musim tersebut adalah pohon yang istimewa. Pohon yang didambakan setiap pemiliknya.
Mereka-mereka yang tetap istiqomah beribadah (wajib maupun sunnah) selepas bulan Ramadhan adalah “pohon-pohon yang berbuah sepanjang masa”. Mereka yang masih tekun mendatangi Masjid untuk berjamaah, masih sempatkan diri membaca Qur’an setiap hari, masih menjaga sholat malam, masih bersabar menahan emosi, masih setia menjaga pandangan, masih rajin sedekah, masih tetap berhijab, masih melakukan shiyam (puasa sunnah), masih menjaga lisan, masih menjaga hati, serta masih melakukan ragam kebaikan dan ibadah-ibadah lainnya meski bukan didalam bulan Ramadhan, mereka adalah insan yang serupa dengan pohon-pohon yang berbuah tak mengenal musim. Extra-ordinary Tree. Pohon istimewa yang didambakan dan disayangi oleh pemiliknya. Siapakah pemiliknya?. Pemiliknya tentu ialah Zat yang juga memiliki langit dan bumi, penguasa alam semesta beserta seluruh isinya.
Tuhan yang kita sembah di bulan Ramadhan adalah Tuhan yang juga kita sembah di luar bulan Ramadhan. Jangan sampai kita meninggalkan ibadah yang telah kita latih di bulan Ramadhan hingga sebutan/gelar sebagai manusia terburuk lantas tersematkan pada diri kita.
.
Semoga manfaat.
Kota Delta, 20 Juni 2018.
muhsin budiono
(Dari Samsung Galaxy saya)
.
.
Note:
قِيْلَ لِبِشْرٍ الحَافِيِّ: أَنَّ قَوْمًا يَتَعَبَّدُوْنَ فِي رَمَضَان وَيَجْتَهِدُوْنَ فِي الأَعْمَالِ، فَإِذَا انْسَلَخَ تَرَكُوْا! قَالَ: بِئْسَ القَوْم قَوْمٌ لَا يَعْرِفُوْنَ اللَّهَ إِلَّا فِي رَمَضَانَ
Dikatakan kepada Bisyr al-Hafiy, bahwasanya ada sebuah kaum yang hanya beribadah pada bulan Ramadhan dan bersungguh-sungguh dalam beramal. Ketika Ramadhan berakhir mereka pun meninggalkan amal. Maka Bisyr mengatakan: “Seburuk-buruknya kaum adalah mereka yang tidak mengenal Allah kecuali hanya pada bulan Ramadhan saja.” (Miftahul Afkar: 2/283).
Discussion
No comments yet.