Road to 2023
Nulis Lepas

Satu Kesulitan, Dua Kemudahan


“Setiap orang punya ‘jatah gagalnya’ masing-masing. Habiskan jatah gagalmu semuda mungkin agar dimasa tua kegagalan tak lagi menyertai”. Ini kalimat dari kawan saya yang semenjak kecil sudah menjumpai banyak kesulitan demi kesulitan. Ia lahir dari keluarga miskin di sebuah desa kecil yang sering kesulitan mendapatkan air bersih. Sejak SMA ia harus berdikari membiayai kebutuhan sekolahnya sendiri ditambah lagi 4 orang adiknya yang masih kecil-kecil.

Lantas bagaimana kondisinya sekarang?. Sama, masih saja susah. Meski sudah punya perusahaan sendiri tapi sewaktu tak sengaja berjumpa dengannya di sebuah acara resepsi nikah, ia mengeluhkan besarnya pajak yang membebani bisnisnya. Sampai nunggak ratusan juta. “Pajak bukan konsep agama samawi. Bikin rakyat sengsara!”, omelnya. Ada juga masalah ditipu klien, anak buah yang nelikung, investasi yang nyandet, BPKB mobil digadai saudara, antrian tagihan bank, genteng rumah ambrol dimakan rayap, dll. Baru dengar ceritanya saja saya jadi ikutan mumet. Pening harus bantu solusi apa.

Terus terang saya hanya bisa mendoakan. Berharap ia bisa tetap tegar, ikhlas dan sabar menyelesaikan persoalan-persoalan yang mendera diatas. Ia pribadi yang kuat, networking luas dan selalu bisa berpikir jernih dalam suasana genting sekalipun. Meski begitu, saya pikir perjuangannya akan lebih mudah, kalau saja ia mau memutuskan berhenti merokok, mulai menjauhi riba dan memperbaiki ibadahnya. Barangkali nasihat ini memang berat dan nampak tak berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang dialami selama ini. Tapi bukankah tak ada ruginya bila dicoba terlebih dahulu. Kesulitan yang muncul sebab meninggalkan kemudahan yang menyengsarakan, justru akan mendatangkan kemudahan demi kemudahan.

Saya ingin memberikan gambaran. Sejak keluar dari cangkang telurnya, burung hantu sudah menderita kesulitan sebab tak bisa menggerakkan bola matanya. By design, mata yang dimiliki burung hantu bukan berbentuk spherical ball seperti mata kita. “Tubular eyes” yang dimiliki burung hantu hanya bisa menatap lurus ke depan. Tapi dibalik kesulitan sebab kondisi mata yang statis tersebut ada kondisi lain yang membuatnya berbeda dengan burung-burung lain. Burung hantu dianugrahi anatomi khusus berupa leher yang dilengkapi pembuluh darah dengan contractile reservoir dan supporting vascular network yang memungkinkan kepalanya berputar hingga 270° tanpa menghambat aliran darah ke otak. Well, it’s a myth that owls can rotate their head 360°. Its can actually turn their necks 135° in either direction. Nah, dari sini angka 270° itu muncul.

Bukan cuma itu, burung hantu juga dilengkapi dengan tiga lapis kelopak mata. Satu untuk tidur, satu untuk berkedip, dan satu lagi untuk membersihkan matanya. Jadi meski burung hantu memiliki satu kesulitan, bersamanya ada dua kemudahan: Leher yang fleksibel dan kelopak mata yang berlapis-lapis. Sebenarnya kalau daftarnya mau ditambah lagi juga masih ada. Pada mata yang tak bisa berputar itu ada 2 kemudahan lainnya lagi yakni kemampuan melihat dalam kegelapan dan pandangan jarak jauh (far-sighted) yang membantunya menentukan posisi mangsa dari kejauhan sekalipun.

Hewan malam lain yang juga terlahir membawa kesulitan adalah kelelawar. Didaerah lain ada yang menyebut kalong atau kampret. Kelelawar lahir dalam kondisi mempunyai kaki kecil nan lemah. Saking rapuhnya, kaki kelelawar pun tak bisa menopang tubuhnya sendiri untuk berdiri.
Namun begitu, rupa-rupanya kelelawar dikaruniai Allah Ta’ala special muscle pada kakinya yang membuat mereka nyaman bergelantungan dalam keadaan terbalik.
Melengkapi keadaan up-side down tersebut Kelelawar pun diberi sayap yang kuat dengan desain anatomi yang juga unik. Bentuk sayapnya memungkinkan kelelawar dari posisi terbalik bisa langsung terbang begitu mudahnya dengan cara menjatuhkan dirinya dari atas ketinggian.
Jadi meski memiliki satu kesulitan, bersamanya Allah titipkan dua kemudahan. Yakni kemampuan bergelantung terbalik, dan desain sayap yang unik.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
(Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan)
Ayat diatas kiranya menunjukkan pada kita bahwa bersama kesulitan terdapat kemudahan yang mengiringi seolah berjalan berurutan. Secara bahasa, kata Al-‘usri menggunakan redaksi huruf alif lam. Ini berarti kesulitan yang dimaksud dalam kedua ayat tersebut adalah sama, yakni satu kesulitan yang setara. Sedangkan kata Yusron ditulis tanpa menggunakan imbuhan alif lam dimana sengaja menunjukkan bahwa kemudahan dalam ayat berikutnya adalah tidak setara/beda dengan kemudahan yang dimaksud dalam ayat sebelumnya.

Dengan demikian terjemahan yang lebih tepat dari ayat diatas menjadi begini:

“Karena sesungguhnya bersama satu kesulitan ada sebuah kemudahan. Sungguh, bersama satu kesulitan (yang sama) ada sebuah kemudahan (yang lain lagi/tak serupa).”

Bila kepada hewan saja Allah Azza wa jalla karuniakan dua kemudahan dalam setiap kesulitan, maka lebih-lebih kita sebagai manusia jauh lebih pantas lagi untuk meyakini bahwa Allah juga bakal menyertai setiap masalah kita dengan dua kemudahan/solusi.

Semoga manfaat.
Wallahu ta’ala a’lam.

Jakarta, 23 Januari 2019

Muhsin Budiono

About muhsin budiono

Karyawan, Followership Practitioner dan Penulis Buku. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Marine Engineering (Lulus tahun 2006) dan Narotama University studi Management (Lulus tahun 2014). Followership Practitioner pertama di Indonesia [Certified by Ira Chaleff, Belgium-2017]. Anggota ILA (International Leadership Association). Pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Disaat banyak orang Indonesia memuji dan mendalami Leadership, muhsin memilih jatuh hati pada Followership sejak 2007 yang lalu. Di tahun 2013 muhsin menulis buku tentang belajar Followership ala Indonesia berjudul "The Jongos Ways" (TJW) yang fenomenal dan menggugah ribuan pekerja di Indonesia. Berbekal buku TJW muhsin semakin getol membumikan Followership ke seluruh penjuru nusantara secara cuma-cuma/tanpa memungut biaya melalui kegiatan-kegiatan seminar, bedah buku, pembuatan video animasi hingga konsultasi gratis. Hal itu dilakukan sebab menurutnya Indonesia sudah “terlambat” lebih dari 23 tahun dalam mengembangkan Followership. Atas upayanya tersebut pada akhir tahun 2014 muhsin mendapat undangan dari International Leadership Association untuk menghadiri International Followership Symposium di Amerika sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia. Disana ia intens berdiskusi dengan beberapa pakar followership dunia dan dinisbatkan sebagai pemerhati followership pertama dari Indonesia. Di tahun 2016 Muhsin juga mendapat kehormatan untuk berbicara tentang Followership dihadapan ratusan praktisi Human Resources di Indonesia dalam forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS). Sementara ini muhsin berkarya di Perusahaan Migas Nasional kebanggaan Indonesia: PT Pertamina (Persero) dan sedang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita sebagai International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang. Muhsin juga memiliki keinginan kuat untuk resign bekerja agar bisa kuliah/belajar lagi di Saudi Arabia guna mendalami teori Islamic Followership yang sedang dikembangkannya.

Discussion

No comments yet.

Your Comment Please . . .

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
Seorang muslim terlalu besar untuk memiliki cita-cita yang kecil. Jangan menyerah. Tetap istiqomah. Where there is a will there is a way.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me on Twitter