Pertamina Corporate University Gelar Bedah Buku bersama Pakar Followership asal Kanada
If it is possible to offer one statement that encompasses the concept of leadership in Islam, it would be the speech made by Abubakr (R.A), the first khalifa after the death of Prophet Muhammad (pbuh). In his first address as head of the Islamic state, he told the ummah: “I have been chosen to rule over you, though I am not the best among you. Help me if I am right; correct me if I am wrong. The weak among you will be strong until I have attained for him his due… and the strong among you will be weak until I have made him give what he owes…Obey me as long as I obey Allah and His prophet; if I do not obey them, you owe me no obedience.” This is a remarkable statement for any leader to make. With it Abubakr (R.A) defines a social contract with his citizens. He sets out the basis and the limits of his authority as well as the duties of his citizens. It’s worth examining this in more detail.
We operate in an age that increasingly demands financial and operational transparency and high standards of conformance to legal and moral requirements. Those who fail to maintain these standards pay with multibillion dollar legal judgments, the dissolution of venerable firms, dishonorable dismissals, and even jail sentences.
This trend was codified for publicly traded corporations by The Sarbanes-Oxley Act. Included among the many reforms is strong whistleblower protection language and severe penalties for violations. Both whistleblowers and the organizations whose wasteful or elicit practices they spotlight usually pay a high price. Is there a way for leaders to correct themselves short of blowing the whistle to regulatory bodies?
Ini sore hari yang sejuk. Perempuan manis berseragam merah putih itu tersenyum sebentar lalu bertanya pada saya, “Premium ya Pak?”. Sambil mesem saya jawab sekenanya, “Bukan Mbak, saya orang. Bukan Premium”. Ha..ha. Terus terang saya paling sebel kalau pas di SPBU mau ngisi BBM motor terus petugasnya bilang begitu. Seolah-olah kita diminta untuk membeli Premium. Secara memang seperti itu. Ini ilmu marketing, Bung. Operator yang menuang BBM dari dispenser ke tangki kendaraan itu kan sejatinya lagi jualan. Bukan cuma “juru ngecor” minyak. Orang yang berjualan logikanya menawarkan lebih dulu barang yang kualitasnya tinggi. Mestinya kalimatnya diganti jadi : “Beli Pertamax ya Pak?”. Sehingga konsumen menjadi “tertarik” atau lebih mantap membeli Pertamax.
Saya tidak melarang Anda untuk membeli Premium, dan saya juga tidak mengatakan kalau Premium itu barang jelek. Tapi secara kualitas memang Pertamax lebih ciamik ketimbang Premium. Dan Premium adalah barang bersubsidi. Non Keekonomian. Ada resiko tersendiri kalau kita membeli barang subsidi. Silakan baca artikel saya sebelumnya tentang BBM subsidi di link berikut. (klik sini).
Ini pelajaran berharga buat siapapun yang merasa dirinya kaya raya dan berpikir bahwa dengan kekayaannya ia bisa bertindak semena-mena. Namun ini juga pelajaran penuh makna bagi para karyawan yang bertugas di dalam pesawat atau transportasi publik lainnya untuk tetap tegar dalam bersikap dan bertindak sesuai prosedur. Sepanjang yang Anda lakukan itu benar maka tak perlu ambil pusing dengan siapa Anda berhadapan.
Putri Bos Korean Air, Heather Cho, dinyatakan bersalah melanggar hukum keselamatan penerbangan dan dijatuhi hukuman penjara satu tahun. Kasus yang dikenal sebagai “insiden kacang” ini memicu reaksi publik yang sangat besar.
.
Kerjasama itu omong kosong. Ya, Anda tidak salah baca. Jika di dalam tim dimana Anda berkutat ada anggota lain yang harus melakukan tugas/tanggungjawab Anda karena Anda tidak mau atau karena Anda tidak mampu mengerjakannya maka bersiaplah atas munculnya orang-orang yang kecewa yang menyebabkan tim itu tidak akan berhasil mencapai tujuan.
Mungkin Anda sanksi atau bahkan jengkel atas pernyataan teamwork is bullshit, sebab selama ini Anda bekerja dalam tim dan kekompakan tim sangat berarti besar bagi Anda. Bersabarlah, Anda akan memihak saya setelah melahap artikel ini.
Selamat datang di blog sederhana saya.
Salam kenal, nama saya Muhsin Budiono. Biasa dipanggil ‘muhsin’ atau ‘budiono’. Bila ingin lebih akrab saya memiliki panggilan lain yang lebih keren tapi jarang dipakai: Dion. Saya seorang penulis buku dan pemerhati dalam bidang yang di Indonesia sedang berkembang: Followership. Sejak tahun 2009 perlahan tapi pasti saya mulai jatuh hati pada followership.
Sejak di bangku SMA saya senang sekali berdiskusi dan berbagi ilmu seputar pengembangan diri. Pernah mendirikan lembaga motivasi dan pengembangan pelajar bertajuk “High Motivation Indonesia” serta Sanggar belajar dan bermain Anak di Desa Gebang–Sidoarjo. Kerap diundang sebagai pembicara dalam acara kajian, pelatihan maupun seminar di berbagai sekolah, kampus dan perusahaan. Baru-baru ini mendapat kehormatan untuk membumikan followership di forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS) 2016 sebagai pembicara.
Sementara ini asyik bekerja berkarya di PT. Pertamina (Persero) dan sedang berjuang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita menjadi International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang (insya Allah). Disamping juga tengah menghimpun biaya untuk bisa melanjutkan kuliah, menafkahi keluarga tercinta, bayar utang dan bersedekah. 🙂
Mohon doa dari Anda agar cita-cita diatas bisa tercapai dan semoga saya menjadi orang baik penuh manfaat serta sukses di dunia maupun diluar dunia.
Terimakasih atas kunjungannya.
muhsin-budiono
Pemerhati Followership Pertama di Indonesia
Member of International Leadership Association (ILA)
Buku karya muhsin budiono :
2. The Jongos Way : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (2013. Penerbit: Elex Media Komputindo)
3. Berani Berjuang : Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (muhsin budiono & Pengurus SPPSN, 2015. Penerbit: Elex Media Komputindo)
4. Tangguh Bersama : Jepretan Lensa dan Catatan Sederhana Pekerja Terminal BBM tentang Bencana Banjir Bandang di Kota Bima (muhsin budiono & Tim Relawan TBBM Bima – 2017. Penerbit: Elex Media Komputindo).
—————————————————————————————————————–
You must be logged in to post a comment.