Ayolah, jangan menjadi laki-laki bermental tempe yang hancur hatinya hanya karena seorang wanita. Masa depan masih panjang untuk dilalui, Bung. Bagi seorang mahasiswa mencintai seorang mahasiswi itu berarti sama dengan mematikan pergerakan kemahasiswaannya. Ketika kamu memutuskan memberikan perhatian kepada seseorang yang kamu anggap spesial itu berarti kamu menutup peluang lain yang jauh lebih spesial datang menghampiri dirimu. Ada banyak hal diluar sana untuk diperhatikan. Kasih dan sayangmu tidak khusus hanya untuk satu orang wanita. Rekan-rekanmu, adik-adik kelasmu, orangtuamu, guru-gurumu, anak yatim dan mereka yang diluarsana juga butuh kasih sayang yang sama dengan yang diberikan pada kekasih wanitamu. Lagipula apa tujuan utamamu menjadi mahasiswa?. Mengasah kedewasaan tidak butuh melalui pacaran atau hubungan khusus seperti tunangan, dan sejenisnya. Agama kita tidak mengajarkan hal seperti itu. Kalau kamu berani langsung saja lamar dia dan nikahi. Masalahnya modal kamu sekarang apa? Cuma wajah tampan setengah culun tidak akan berhasil mencuri kepercayaan dari orangtuanya.
Kenapa harus “dicuri”?. Ya karena hampir mustahil begitu saja mendapatkan kepercayaan dari orangtua dengan modal yang sekarang kamu miliki (hanya sebagai mahasiswa aktif tanpa penghasilan yang bisa diandalkan). Atau kamu bisa mencoba seharian duduk leyeh-leyeh di depan kamar kos, berdoa yang banyak sampai suatu sore orangtua gadis idaman kamu itu tiba-tiba lewat lantas menghampiri untuk meminta kamu menjadi suami bagi anaknya. Ini seperti kamu makan sepiring tiram rebus dan mengharapkan menemukan mutiara diantara satu dari puluhan tiram yang ada.
“Hanya ada dua cara dalam menjalani kehidupan,”. “Pertama, dengan melihat semua hal sebagai keajaiban dan, kedua, dengan menganggap tidak ada keajaiban sama sekali.” (Albert Einstein).
Bayangkan kalau kamu jadi orangtuanya. Apa yang diinginkan orangtua untuk anaknya biasanya tidak harus laki-laki yang hebat dalam segala hal dan berperawakan sempurna. Bukan lagi rahasia umum kalau kriteria laki-laki untuk bisa dijadikan menantu adalah mereka yang memiliki karakter, bertanggungjawab dan mampu mengusahakan kehidupan yang layak untuk anaknya. Pertanyaannya sudahkah kamu memiliki ketiga hal tersebut?
Kalau sudah punya maka segeralah melamar ke orangtuanya lalu menikah. Kalau belum punya, maka sebaiknya untuk sementara berikut ini adalah hal yang harus dilakukan :
- Jangan pernah sakit hati dan minder. Ikhlaskan wanita yang kamu cintai itu. Ingatlah bahwa puncak dari mencintai adalah mengikhlaskan. Puncak dari mencintai adalah merelakan. Berbaik-sangkalah bahwa ada yang jauh lebih baik tengah dipersiapkan oleh Tuhanmu yang Maha Pengasih lagi Penyayang untuk dirimu dikemudian hari.
Kamu masih kuliah kan? Kalau memang masih, belajar dulu saja yang serius dan bener. Setelah lulus, karakter sudah terbentuk dan punya pekerjaan/mata pencaharian yang dirasa cukup untuk memberikan penghidupan yang layak bagi orang lain baru deh silahkan pikirkan masalah menikah. Menikah itu harus disegerakan kalau sudah mampu. Hukumnya menjadi wajib. Kalau belum mampu ya sebaiknya menahan sekuat tenaga menjaga kesucian diri sambil berusaha supaya mampu. (lihat QS. An Nuur : 32-33).
- Siapkan dirimu untuk menjadi pribadi yang bermasa depan cerah. Kabarnya para gadis dan orangtuanya diluarsana bisa mendeteksi seorang lelaki yang bakalan memiliki masa depan cerah dari beberapa tanda dan ciri. Ini seperti para peramal cuaca dengan berbagai perhitungan dan pengamatan berdasarkan ilmu meteorologi, klimatologi dan geofisika. Setidaknya ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
- Punya tujuan hidup : Ketika ditanyai apa tujuan hidupnya, ia akan menjelaskan secara rinci rencana jangka pendek dan menengah yang dimilikinya. Apa yang ingin ia lakukan setahun mendatang, tiga tahun, lima tahun, dan seterusnya. Bahkan, ia menyiapkan rencana cadangan untuk mengantisipasi kegagalan. Ia tidak menjawab dengan pernyataan asal-asalan seperti : ‘Kita lihat saja nanti, jalani saja hidup ini seperti air mengalir.’
- Mandiri : Berusaha tidak bergantung pada orang lain dan mengandalkan kemampuan sendiri dalam hal apa pun. Misalnya, berusaha menanggung sendiri biaya hidupnya tanpa bantuan orangtua. Lelaki seperti ini menunjukkan bahwa ia bertanggung jawab atas hidupnya dan hidup orang yang ia sayangi.
- Suka menolong.
- Bersahabat dan berwawasan : Sikapnya yang bersahabat ditambah dengan wawasan yang luas biasanya akan mudah mengambil hati banyak orang. Pengetahuannya tentang berbagai hal termasuk berita-berita terkini akan membuat orang lain merasa nyaman berdiskusi dengannya. Semakin banyak orang tertarik padanya, semakin luas juga networking atau jaringan pertemanannya.
- Memperhatikan kebutuhan/kondisi orang lain : Ia tidak egois hanya mementingkan keberadaan dirinya. Ia menjenguk temannya yang sedang sakit atau tertimpa musibah, menanyakan kabar sahabat yang lama tidak berjumpa, mendengarkan keluhan adik-adik kelasnya, menyapa dengan hangat orang yang bertatap muka dengannya, dll. Lelaki tipe seperti ini cenderung dianggap sebagai lelaki dewasa yang bertanggung jawab dan nantinya akan menyayangi keluarga dan cenderung setia pada pasangan karena mampu menyeimbangkan waktu dan pikirannya.
- Realistis dan lurus : Meskipun bersemangat meraih mimpi, ia tidak menghalalkan segala cara hingga jalan harampun juga disikat.
- Optimistis dan positif : Lelaki ini sangat tahu apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya sehingga senantiasa percaya diri saat berinteraksi dengan orang lain ataupun ketika diberikan tanggung jawab. Ia hampir tak pernah berkata ‘tidak bisa’ atau ‘malas melakukannya’. Ia selalu berpikir positif dan optimis bahwa setiap tantangan yang datang pasti ada solusinya. Selain itu, ia juga terbiasa fokus dalam melakukan sesuatu sehingga tidak cepat menyerah saat mengalami kegagalan.
Saya pikir sudah cukup panjang jawaban untuk Mas FD. Saya berharap besar mas FD bisa memahaminya dan mengambil hikmah. Ingatlah bahwa segala kesulitan dalam kehidupan ini berikut masalah-masalahnya, dimaksudkan oleh Allah Azza wa jalla agar hanya yang terbaik yang mengendap dan nantinya bakal menjadi sifat Anda ketika dewasa. Saya ingin menutup tulisan ini dengan sedikit nasihat dari motivator terkenal yang dimiliki negeri ini : Bapak Mario Teguh. Beliau menasehati kita semua dengan kalimat yang demikian indah dan anggun. Berikut kata Beliau :
“Anak muda Yang Galau, engkau yang muda dan lebih sering galau daripada damai, perhatikanlah ini . .
Orang-orang besar, hanya menyampaikan pendapat jika diminta, dan itu pun setelah mendengarkan orang lain dengan seksama.
Orang muda yang masih perlu banyak belajar, sering mengajukan pendapat kepada orang yang tidak ingin mendengarkannya, di saat seharusnya dia diam.
Itu yang menjadikannya kikuk, kaku, malu-malu, salah tingkah, takut salah, tidak PD dan minder.
Itu juga yang menjadikannya sensitif, mudah tersinggung, tidak sabaran, gelisah, pemarah, kasar terhadap orang lain, dan sering memarahi dirinya sendiri.
Hmm, . . . seni dari proses mendewasa untuk mencapai kedamaian, adalah justru proses yang menggalaukan. Kegalauan adalah jarak antara masa muda yang labil dan masa dewasa yang mapan.
Maka bersabarlah. Seperti kakakmu ini, yang dulu super minder dan Andi Lau (antara dilema dan galau), engkau akan sampai.”
Tetap istiqomah,
muhsin-budiono
Terimakasih mas sudah memberikan penyajian tulisan yg sangat bagus ini.
saya doakan semoga cita-citanya mas budiono bisa tercapai di tahun 2023.
Semoga ada sponsor/donatur yang tertarik membiayai kuliah/sekolahnya mas.
Tetap istiqomah dan manfaat, mas.
LikeLike