BIMBINGAN BERHARI RAYA IDUL FITHRI
Oleh : Ustadz Abu Sulaiman Aris Sugiyantoro
MENGAPA DINAMAKAN ‘ID?
Secara bahasa, ‘Id ialah sesuatu yang kembali dan berulang-ulang. Sesuatu yang biasa datang dan kembali dari satu tempat atau waktu.
Kemudian dinamakan ‘Id, karena Allah kembali memberikan kebaikan dengan berbuka, setelah kita berpuasa dan membayar zakat fithri. Dan dengan disempurnakannya haji, setelah diperintahkan thawaf dan menyembelih binatang kurban. Karena, biasanya pada waktu-waktu seperti ini terdapat kesenangan dan kebahagiaan.
Di antara amalan yang dianjurkan ketika seseorang bertemu dengan lailatul qadar adalah memperbanyak do’a ampunan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?”
Yang terbaik bagi seorang muslim dalam perkara yang menyangkut urusan orang banyak dan demi maslahat persatuan adalah menyerahkan urusan tersebut pada pemerintah kaum muslimin. Jika seandainya suara kaum muslimin itu satu dalam berhari raya dan memulai puasa, itu lebih baik.
Namun demikianlah sebagian ormas dan golongan tertentu mementingkan egonya masing-masing. “Pokoknya besok kami puasa“, ujar mereka. Padahal yang sesuai sunnah Rasul, hari raya dan puasa diumumkan oleh penguasa, bukan individu atau ormas. Kita pun diperintahkan berpuasa dan berhari raya dengan pemerintah kita. Jadi tunggu saja hasil sidang itsbat dari pemerintah RI malam ini.
Ini tentang menyingkat salam, sholawat, pujian pada Allah dan juga doa. Banyak diantara kita meremehkan hal ini. Ada yang beralasan bahwa hal itu untuk menjadikan segalanya praktis dan hemat. Ada yang berdalih kalau segala sesuatu itu tergantung niatnya, kalau niatnya baik tidak masalah disingkat-singkat. Benarkah demikian?. Sering kita jumpai di kartu undangan pernikahan, majalah, surat kabar, SMS, email atau tulisan lainnya beberapa singkatan semisal SAW, SWT, Ass.wr.wb, Ass, Askum, Salom, Samlekum, Mikum, Jzklh, Jzkmlh, Brklhu fik, dsb. Bagaimanakah hukum penulisan singkatan diatas tersebut? Mari kita simak penjelasan dan fatwa ulama berikut.
Kali ini akan kita bahas mengenai sebuah tradisi yang banyak dilestarikan oleh masyarakat, terutama di kalangan aktifis da’wah yang beramal tanpa didasari ilmu, tradisi tersebut adalah tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan. Ya, saya katakan demikian karena tradisi ini pun pertama kali saya kenal dari para aktifis da’wah kampus dahulu, dan ketika itu saya amati banyak masyarakat awam malah tidak tahu tradisi ini. Dengan kata lain, bisa jadi tradisi ini disebarluaskan oleh mereka para aktifis da’wah yang kurang mengilmu apa yang mereka da’wahkan bukan disebarluaskan oleh masyarakat awam. Dan perlu diketahui, bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Islam.
Saat berkunjung ke Lampung, saya pernah ditanya oleh seorang pekerja outsourcing sebuah perusahaan disana. Kira-kira nanyanya begini : “Apa rahasianya biar kita bisa sukses dalam hidup dan dalam bekerja?”. Waktu itu saya jawabnya nggak jelas atau muter-muter kayak tong gembong dan roller coaster.
Sudah dua bulan lebih saya tidak mem-posting artikel di blog ini. Bukan karena saya memutuskan berhenti menulis. Saya tetap menulis di laptop saya ataupun di PC kantor saya. Menulis konsep buku atau sekedar bikin lanjutan dari artikel-artikel “mangkrak” yang dulu pernah saya tulis. Yah, minimal nge-tweet lewat telepon genggam. Meskipun tidak ajeg, saya tetap berusaha untuk menulis. Terkadang tulisan jari-jemari bisa lebih memaknai kata hati. Sayangnya, saya selalu berusaha mencari pembenaran kenapa malas sekali rasanya untuk membuat postingan di blog.
Kawan-kawan semua,
Hari ini saya mendapati berita tentang rokok yang cukup menarik untuk diikuti perkembangannya. Adalah Selandia Baru yang berencana akan mengemas semua produk tembakau dalam bungkus polos. Menteri Kesehatan disana mengatakan kalau kemasan polos akan membuat risiko kesehatan terkait rokok lebih jelas. Saya jadi teringat pemerintah Australia yang tahun 2012 lalu mengambil langkah jitu untuk untuk memperbaiki kesehatan publik dengan membuat aturan keras atas tampilan desain bungkus rokok juga. Kemasan diganti dengan tampilan suram, sama, dengan warna coklat atau hijau, disertai dengan gambar anti-rokok yang mengerikan dan pesan akan bahaya rokok. Entah ide siapa yang lebih manjur, yang jelas Pemerintah Selandia Baru juga Australia benar-benar peduli akan kesehatan masyarakatnya. Ah, semoga pemerintah negara kita segera menyusul. Selamat membaca, berikut beritanya :
Jumat, 15 Februari kemarin, sejumlah meteor melintas, meledak, dan jatuh di Kota Chelyabinsk, di Pegunungan Ural, sekitar 1500 kilometer sebelah timur Ibu Kota Moskow, Rusia. Kabarnya 1200 orang terluka akibat kejadian itu. Turut berduka sedalam-dalamnya dan semoga mereka yang menjadi korban bisa segera sembuh dan beraktifitas normal kembali. Saya sedikit bersyukur sebab meteor tersebut tidak jatuh di Indonesia, karena peristiwa jatuhnya meteor tergolong berita yang sangat baik untuk “mengalihkan” isu dan perhatian masyarakat akan berbagai kasus/berita hangat yang sedang terjadi saat ini. Kejanggalan sidang lakalantas anak menteri, korban ganti rugi Lapindo, dualisme kepemimpinan Presiden, kartel pangan, kisruh PSSI, sapi impor, dan kisruh-kisruh lainnya akan tenggelam begitu saja kalau sampai terjadi kawanan meteor jatuh di Indonesia. Continue reading