Kawan-kawan semua,
Dari berita yang terpampang di BBC saya mendapati informasi baru yang membuat pupil mata ini terbuka lebih lebar dari biasanya. Ini tentang peringatan Hari Hijab Sedunia yang mulai diperingati 1 Februari 2013 kemarin. Bukan karena gambar perempuan manis berhijab yang ditampilkan dalam berita tersebut yang menarik perhatian saya, tapi karena substansi seruan untuk berhijab kepada perempuan non Muslim sedunia itulah yang membuat otak saya lantas berpikir : Apakah hari hijab sedunia ini memang dapat meningkatkan pemahaman toleransi dan saling memahami antar pemeluk agama?
Peringatan ini diorganisir oleh seorang perempuan asal New York bernama Nazma Khan. Saya tidak mengenal gadis ini dan sudah tentu dia juga tidak mengenal saya. Tapi Anda bisa browsing di internet kalau penasaran dengan sosok tersebut. Seruan hari hijab sedunia disebarkan melalui situs jejaring sosial dan sukses meraih perhatian serta simpati warga Muslim dan non Muslim di lebih dari 50 negara di seluruh dunia.
Bagi banyak orang, hijab merupakan simbol penindasan dan perbedaan. Dan menjadi perdebatan mengenai Islam di negara-negara Barat. Hari Hijab Sedunia dirancang untuk meredakan kontroversi itu. Dan mendorong perempuan non Muslim (atau perempuan Muslim yang tidak menggunakannya) untuk menggunakan dan mengalami seperti apa menggunakan jilbab, sebagai bagian dari upaya untuk saling memahami.
Khan pindah ke New York dari Bangladesh pada usia 11 tahun. Dia merupakan satu satunya Hijabi (istilah untuk pemakai jilbab) di sekolahnya. Ia tumbuh besar di daerah Bronx – NYC dan disitu ia kerap kali mengalami diskriminasi yang besar karena hijab yang dikenakannya.
Di sejumlah negara dengan mayoritas Muslim, jilbab banyak dijual dipasaran. “Di sekolah menengah, saya merupakan ‘Batman’ atau ‘ninja. Ketika saya kuliah tak lama setelah peristiwa 9/11, mereka memanggil saya Osama Bin Laden atau teroris. Itu sangat mengerikan.”, ujar Nazma Khan saat diwawancarai.
Khan lantas berpikir bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri diskriminasi adalah jika kita meminta rekan kita untuk merasakan sendiri pengalaman berhijab. Khan tidak menyangka akan mendapatkan dukungan dari seluruh dunia. Dia mengatakan telah dihubungi oleh puluhan orang dari berbagai negara, termasuk Inggris, Australia, India, Pakistan, Prancis dan Jerman. Informasi mengenai kelompok ini telah diterjemahkan kedalam 22 bahasa.
Adakah yang salah?
Terus terang, saya mengapresiasi apa yang dilakukan Khan untuk bersyiar tentang hijab dan perjuangannya di jejaring sosial. Tapi ada yang tidak beres di syiar tersebut. Anda tahu, jejaring sosial merupakan media yang mak nyuss untuk menyebarkan atau mempropagandakan sesuatu. Perhatian, simpati, dukungan, bahkan uang/donasi bisa cepat tergalang melalui jejaring sosial. Namun dibalik itu ia seperti pisau bermata dua. Di satu sisi menguntungkan dan di sisi lainnya bisa merugikan.
Dalam peringatan hari hijab sedunia kita bisa menyaksikan banyak orang non muslim yang dengan ikhlas dan sadar diri lantas mengenakan hijab, berjilbab kemana-mana. Mereka tidak pindah agama menuju islam, tapi hanya mengenakan atribut islami saja. Tidak ada paksaan disini. Atas nama TOLERANSI dan KERUKUNAN UMAT BERAGAMA mereka mengenakan hijab barang sehari, dua hari bahkan ada yang sampai sebulan. Bagi mereka, hari hijab sedunia merupakan kesempatan yang baik untuk mendidik orang bahwa anda tidak dapat memberikan tuduhan yang akurat mengenai seseorang berdasarkan apa yang mereka kenakan.
Kaum non muslim bisa dengan enteng turut mengenakan hijab lantas membesarkan gerakan hari hijab sedunia agar diperingati rutin tiap tanggal 01 Februari adalah karena dalam agama/kepercayaan mereka tidak mengenal konsep Tasyabbuh. Tasyabbuh adalah penyerupaan terhadap orang-orang kafir dengan seluruh jenisnya dalam hal aqidah atau ibadah atau adat atau cara hidup yang merupakan kekhususan mereka (orang-orang kafir).
Dimasa mendatang peringatan hari hijab sedunia bisa menyulut orang-orang non muslim untuk membuat gerakan serupa “hari hijab sedunia”. Barangkali nanti Anda akan menemukan peringatan “Hari kalung salib sedunia”, dimana pada hari itu seluruh umat beragama (termasuk muslim) dihimbau agar mengenakan kalung salib atas nama toleransi dan perdamaian pemeluk agama. Atau bisa jadi akan muncul “Hari membakar dupa sedunia; Hari Stola/Cassock/Soutane/Geneva gown sedunia; Hari Selendang Kuning sedunia; Hari membawa lonceng sedunia; dan hari-hari lainnya yang identik dengan mengenakan atribut liturgis (pakaian khusus untuk ibadah).
Tentunya apabila muncul peringatan serupa itu maka akan “memukul balik” Khan dan rekan-rekannya untuk turut mengikuti seruan umat non muslim tersebut atas nama toleransi dan kerukunan umat beragama. Karena dalam peringatan hari hijab sedunia mereka sudah mengikuti gagasan Khan maka tatkala muncul gagasan untuk mengenakan identitas non muslim sudah pasti mau tak mau Khan dan rekan-rekannya harus mengikuti gagasan tersebut. Masalahnya saya yakin benar kalau Khan, dkk akan mengikutinya. Ah, barangkali keyakinan saya tersebut salah. Semoga demikian.
Tetap istiqomah di jalan agama yang benar,
muhsin-budiono
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata menafsirkan ayat di atas, “Karenanya, Allah telah melarang kaum mukminin untuk tasyabbuh kepada mereka dalam perkara apapun, baik yang sifatnya ushul (prinsipil) maupun yang hanya merupakan furu’ (perkara cabang)”. Tafsir Ibni Katsir (4/323-324).
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. (HR. Abu Daud no. 4031 dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma- dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (1/676) dan Al-Irwa` no. 2384)
Discussion
No comments yet.