Jumat, 15 Februari kemarin, sejumlah meteor melintas, meledak, dan jatuh di Kota Chelyabinsk, di Pegunungan Ural, sekitar 1500 kilometer sebelah timur Ibu Kota Moskow, Rusia. Kabarnya 1200 orang terluka akibat kejadian itu. Turut berduka sedalam-dalamnya dan semoga mereka yang menjadi korban bisa segera sembuh dan beraktifitas normal kembali. Saya sedikit bersyukur sebab meteor tersebut tidak jatuh di Indonesia, karena peristiwa jatuhnya meteor tergolong berita yang sangat baik untuk “mengalihkan” isu dan perhatian masyarakat akan berbagai kasus/berita hangat yang sedang terjadi saat ini. Kejanggalan sidang lakalantas anak menteri, korban ganti rugi Lapindo, dualisme kepemimpinan Presiden, kartel pangan, kisruh PSSI, sapi impor, dan kisruh-kisruh lainnya akan tenggelam begitu saja kalau sampai terjadi kawanan meteor jatuh di Indonesia.
Setiap hari sebenarnya tak kurang dari 100 ton pecahan benda antariksa nyelonong menembus atmosfer Bumi. Namun, kebanyakan habis terbakar karena ukurannya terlalu kecil. Di malam hari, sering kali pecahan-pecahan sebesar pasir hingga kerikil tampak sebagai hujan meteor pada musim-musim tertentu.
Memang diduga pernah ada obyek berukuran sangat besar yang pernah menghantam Bumi. Misalnya, sebuah obyek antariksa berdiameter hingga beberapa kilometer yang jatuh 65 juta tahun lalu dan sumber teori penyebab punahnya dinosaurus serta perubahan iklim Bumi. Namun, peluang jatuhnya obyek sebesar itu sangat jarang, hanya sekali dalam jutaan tahun.
Sepanjang catatan sejarah modern, ada dua obyek antariksa berukuran beberapa meter yang jatuh dan meledak dekat permukaan Bumi. Sebelumnya, pada 30 Juni 1908, sebuah obyek yang diperkirakan meteor atau pecahan komet juga meledak di atas Tunguska, Siberia.
Obyek di Tunguska berukuran sekitar 100 meter dan menghanguskan hutan seluas 2.150 kilometer persegi. Namun, karena jatuh di wilayah pedalaman, tidak dilaporkan korban manusia.
Sementara meteor di kota Chelyabinsk, kawasan industri di Rusia bagian tengah, Jumat kemarin, diperkirakan berukuran 15 meter. Korban luka-luka pada umumnya terkena pecahan kaca bangunan yang hancur diempas gelombang kejut.
Meteor yang diperkirakan berat rata-ratanya sekitar 10 ton dengan kecepatan supersonik hingga 540.000 kilometer per jam itu meledak di ketinggian 30-50 kilometer. Ketika meledak di udara itu, sempat terjadi perubahan suhu di bumi di bawahnya. Dari minus 6 derajat Celcius menjadi minus 18 derajat Celcius.
Pernah mendengar kabar tentang Asteroid 2012 DA14? Baru-baru ini saya mendapat kabar kalau Tim Google sempat membuat tampilan Doodle bertemakan Asteroid 2012 DA14, namun mendadak dibatalkan sebab musibah meteor jatuh di Rusia kemarin. Nah, apakah meteor-meteor yang jatuh di Rusia adalah bagian pecahan dari Asteroid 2012 DA14 yang berdiameter 45 meter itu? Dari laporan NASA, memang asteroid tersebut sedang menuju bumi, dan pada posisi Sabtu dini hari tadi berada pada jaraknya yang terdekat dengan bumi (27.600 kilometer, lebih dekat daripada orbit satelit geosentris di 36.000 kilometer), dan bertahan selama 33 jam di orbitnya itu, tetapi tidak akan sampai membentur bumi.
Apa yang terjadi seandainya terjadi benturan Asteroid ini dengan bumi?. “Bila asteroid sebesar itu menghantam bumi, ia bisa menghasilkan energi ledakan setara 2,4 juta ton ledakan TNT. Atau 180 kali lipat lebih kuat dari ledakan bom atom yang menghancurkan Hiroshima,” tulis astronom NASA, Don Yeomas, di New York Times. (sumber Kompas.com).
Sampai disini tiba-tiba pikiran kita melayang pada cerita film fiksi ilmiah seperti Armageddon dan Deep Impact yang berkisah tentang jatuhnya meteor dan Asteroid raksasa ke bumi. Dimasa depan, di bumi kita yang rapuh ini, sekuel kehancuran dalam kedua film diatas adalah adegan yang bisa terjadi nyata di kota kita, di kampung kita, atau di atap rumah kita. Andai peristiwa jatuhnya meteor berlokasi di laut dan ukuran diameter meteornya ratusan meter persegi bisa dipastikan akan muncul bencana mega tsunami. Jutaan orang bakal menderita. Satu bangsa tereliminasi. Sebut saja kiamat kecil. Kapan itu terjadinya? Tidak ada seorangpun yang tahu pasti. Kalau kiamat kecil saja tidak tahu apatah lagi kiamat besar. Teringat ayat dalam Qur’an : Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. (Thaha 15).
Dalam sebuah artikel yang saya baca di Internet, seorang sahabat mengatakan : “Kejadian jatuhnya meteor di Rusia ini seharusnya mampu menggugah kita semua bahwa kiamat itu benar-benar bisa terjadi kapan saja, bukan fiksi, bukan dongeng, bukan pula upaya agama menakut-nakuti kita.”. Sejatinya ia benar. Dalam setiap kejadian tentunya ada hikmah yang bisa dipetik. Ada pelajaran yang bisa diambil. Harun Yahya mendefinisikan dalam satu kalimat : MELIHAT KEBAIKAN DALAM SEGALA PERISTIWA. Apalagi bagi seorang mukmin. Kadar keimanan perlu ditanyakan dalam hati dan pikiran bawah sadar kita bila peristiwa jatuhnya meteor, badai dahsyat, tsunami, gunung melentus, banjir, kebakaran atau tanah longsor, dan sejenisnya tidak mampu menggugah diri untuk terus berbenah dan berbenah. Dalam hidup jangan terus-terusan bersantai. Apalagi tertidur pulas. Semoga Allah Ta’ala senantiasa membimbing hati kita untuk tetap taat dalam kebaikan dien ini. Wallahu a’lam bishawab.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Hasyr 18)
Tetap istiqomah,
muhsin-budiono
Discussion
No comments yet.