Road to 2023
Belajar Islam

Berpuasa 6 (enam) Hari di Bulan Syawwal


Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan –hafizhahullahu ta’ala- berkata:

Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِّنْ شَوَّالِ كَانَ كَمَنْ صَامَ الدَّهْرَ

“Barangsiapa telah berpuasa Ramadhan dan mengikutkannya dengan 6 (enam) hari dari bulan Syawwal maka ia seperti orang yang berpuasa setahun penuh.” HR Muslim

muhsin budiono : puasa syawalDalam hadits ini terdapat keutamaan berpuasa 6 (enam) hari di bulan. Enam hari dari bulan Syawwal ini bagi siapa saja yang telah berpuasa di bulan Ramadhan, sehingga ia mengumpulkan 2 keutamaan sekaligus; puasa Ramadhan dan puasa 6 (enam) hari di bulan Syawwal.

Dan ia seperti seorang yang berpuasa selama ad-Dahr – yakni setahun penuh, yang dimaksud ad-Dahrdi sini adalah satu tahun- yang demikian ini dikarenakan satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang semisalnya. Sehingga bulan Ramadhan dihitung semisal 10 (sepuluh) bulan, dan 6 (enam) hari di bulan Syawwal semisal dengan 2 (dua) bulan. Dengan demikian semua terkumpul menjadi 12 (dua belas) bulan atau 1 (satu) tahun penuh. Maka siapa saja yang berpuasa di bulan Ramadhan dan mengikutkannya dengan 6 (enam) hari di bulan Syawwal ia akan mendapat  pahala seperti orang yang berpuasa selama setahun penuh, ini adalah keutamaan dari Allah –subhaanahu wa ta’aalaa-.

Sabda Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- yang berbunyi “Enam hari dari bulan Syawwal” menunjukkan bolehnya untuk berpuasa 6 (enam) hari itu dengan cara berurutan ataupun terpisah-pisah selama 1 bulan itu. Dan menunjukkan pula atas bolehnya berpuasa di awal bulan atau di tengahnya atau di akhir bulan, disebabkan sabda beliau –shallallaahu ‘alaihi wa sallam– yang bunyinya “Enam hari dari bulan Syawwal.”

RMB : puasa syawalHadits ini juga menunjukkan bahwa barangsiapa yang belum berpuasa Ramadhan maka tidak disyariatkan baginya untuk berpuasa 6 (enam) hari di bulan Syawwal. Karena Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda “Barangsiapa telah berpuasa Ramadhan dan mengikutkannya dengan 6 (enam) hari dari bulan Syawwal.” Dengan ini, orang yang berbuka di bulan Ramadhan karena suatu ‘udzur tertentu maka ia jangan langsung berpuasa 6 (enam) hari di bulan Syawwal tetapi wajib bersegera untuk menyelesaikan puasa Ramadhan (mengganti). Demikian pula orang yang berbuka beberapa hari dari bulan Ramadhan karena suatu udzur syar’i maka ia jangan langsung berpuasa 6 (enam) hari di bulan Syawwal sampai ia selesai mengganti (meng-qadha`) puasa Ramadhan yang wajib ia lakukan. Setelah itu, baru ia berpuasa 6 (enam) hari di bulan Syawwal jika ada hari yang masih tersisa dari bulan Syawwal. Disebabkan Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “dan mengikutkannya dengan 6 (enam) hari dari bulan Syawwal.”

RMB : Puasa syawalRasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- mengaitkan puasa 6 (enam) hari di bulan Syawwal dengan berpuasa Ramadhan di waktu sebelumnya. Sehingga jika ada kewajiban yang harus ia tunaikan dari puasa Ramadhan (seluruhnya atau sebagiannya) maka ia wajib untuk memulai dengan yang wajib, karena amalan yang wajib itu lebih utama daripada amalan yang nafilah (tambahan/ sunnah).

Mayoritas ulama berpendapat disyariatkannya puasa 6 (enam) hari di bulan Syawwal itu hukumnya sunnah, kecuali al-Imam Malik. Beliau tidak berpendapat disyariatkannya puasa 6 (enam) hari di bulan Syawwal, beliau berkata, “Ditakutkan jika manusia nantinya mengira bahwa itu termasuk bulan Ramadhan.” Beliau (al-Imam Malik) ingin mencegah agar manusia tidak mengira bahwa 6 (enam) hari itu termasuk bulan Ramadhan. Akan tetapi bagaimanapun juga dalil tetap didahulukan daripada sebuah pendapat. Dalilnya adalah sunnah, dan sabda Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- didahulukan atas ucapan manusia siapapun juga. Adapun al-Imam Malik – rahimahullaahu- tidak sepakat dengannya, dan al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr – rahimahullaahu- memberikan ‘udzur bahwa hadits ini belum sampai kepada beliau (al-Imam Malik).

Sumber: Syarh Kitabish Shiyam dari Kitab Bulughul Maram milik asy-Syaikh Shalih  al-Fauzan –hafizhahullaahu-.

sumber: http://www.sahab.net/home/?p=475

About muhsin budiono

Karyawan, Followership Practitioner dan Penulis Buku. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Marine Engineering (Lulus tahun 2006) dan Narotama University studi Management (Lulus tahun 2014). Followership Practitioner pertama di Indonesia [Certified by Ira Chaleff, Belgium-2017]. Anggota ILA (International Leadership Association). Pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Disaat banyak orang Indonesia memuji dan mendalami Leadership, muhsin memilih jatuh hati pada Followership sejak 2007 yang lalu. Di tahun 2013 muhsin menulis buku tentang belajar Followership ala Indonesia berjudul "The Jongos Ways" (TJW) yang fenomenal dan menggugah ribuan pekerja di Indonesia. Berbekal buku TJW muhsin semakin getol membumikan Followership ke seluruh penjuru nusantara secara cuma-cuma/tanpa memungut biaya melalui kegiatan-kegiatan seminar, bedah buku, pembuatan video animasi hingga konsultasi gratis. Hal itu dilakukan sebab menurutnya Indonesia sudah “terlambat” lebih dari 23 tahun dalam mengembangkan Followership. Atas upayanya tersebut pada akhir tahun 2014 muhsin mendapat undangan dari International Leadership Association untuk menghadiri International Followership Symposium di Amerika sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia. Disana ia intens berdiskusi dengan beberapa pakar followership dunia dan dinisbatkan sebagai pemerhati followership pertama dari Indonesia. Di tahun 2016 Muhsin juga mendapat kehormatan untuk berbicara tentang Followership dihadapan ratusan praktisi Human Resources di Indonesia dalam forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS). Sementara ini muhsin berkarya di Perusahaan Migas Nasional kebanggaan Indonesia: PT Pertamina (Persero) dan sedang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita sebagai International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang. Muhsin juga memiliki keinginan kuat untuk resign bekerja agar bisa kuliah/belajar lagi di Saudi Arabia guna mendalami teori Islamic Followership yang sedang dikembangkannya.

Discussion

No comments yet.

Your Comment Please . . .

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
85 days to go.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me

Error: Please make sure the Twitter account is public.

Follow me on Twitter

%d bloggers like this: