Sudah dua bulan lebih saya tidak mem-posting artikel di blog ini. Bukan karena saya memutuskan berhenti menulis. Saya tetap menulis di laptop saya ataupun di PC kantor saya. Menulis konsep buku atau sekedar bikin lanjutan dari artikel-artikel “mangkrak” yang dulu pernah saya tulis. Yah, minimal nge-tweet lewat telepon genggam. Meskipun tidak ajeg, saya tetap berusaha untuk menulis. Terkadang tulisan jari-jemari bisa lebih memaknai kata hati. Sayangnya, saya selalu berusaha mencari pembenaran kenapa malas sekali rasanya untuk membuat postingan di blog.
Sahabat saya, Ustadz Akhmad Arqom adalah salah satu orang yang saya kenal rajin menulis dan memposting tulisannya. Kalau beliau bisa kenapa saya tidak? Berhari-hari, berminggu-minggu saya merenungkan hal ini. Dan di suatu malam saya menemukan jawabannya di artikel milik Ustadz Abduh Tuasikal. Beliau menulis bahwa ketidakikhlasan dapat membuat segala jenis amalan kita menjadi tidak langgeng. Dan saya yakin benar begitu. Adakalanya saya menulis tidak didasari kata “ikhlas”. Seringkali saya menulis hanya untuk mendapat pujian dari orang lain yang saya tidak saya kenal atau sekedar menunjukkan intelektualitas dan kemahiran dalam mengolah kata di otak menjadi tulisan menarik. Atau saya menulis hanya untuk menjaga supaya blog saya ada isinya. Ternyata saya belum ikhlas dalam menulis. Berat dan sulit untuk mengakui hal ini, tapi apa salahnya untuk menyatakan bahwa selama ini kita benar-benar salah?
Di tulisan kali ini saya ingin berterima kasih pada Ust. Abduh Tuasikal yang telah menyajikan tulisan hebat bertajuk “Sesuatu yang Dilakukan Karena Allah Pasti Langgeng”. Sungguh sangat menginspirasi. Anda dapat membaca tulisan beliau setelah ini. Akhir kata, semoga Allah Azza wa jalla senantiasa merahmati beliau. Semoga niat ini tetap tulus. Semoga saya bisa langgeng menulis. Semoga kita dikaruniai kekuatan oleh Allah ta’ala untuk menjadi hamba-hambaNya yang ikhlas.
muhsin-budiono
Sesuatu yang Dilakukan Karena Allah Pasti Langgeng
Karena tidak ikhlas, membuat amalan kita tidak langgeng. Kadang jadi malas di tengah jalan gara-gara ketika beramal hanya ingin raih pujian. Kadang karena tidak ikhlas, kita pun sulit istiqomah. Bahkan kita pun mudah dilupakan ketika jasad kita telah berada di alam barzakh karena kurang ikhlas dalam karya dan usaha kita. Ikhlas itu begitu penting bagi kita. Sesuatu yang dilakukan ikhlas karena Allah, pasti akan terus langgeng.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وما لا يكون له لا ينفع ولا يدوم
“Segala sesuatu yang tidak didasari ikhlas karena Allah, pasti tidak bermanfaat dan tidak akan kekal.” (Dar-ut Ta’arudh Al ‘Aql wan Naql, 2: 188).
Para ulama juga memiliki istilah lain,
ما كان لله يبقى
“Segala sesuatu yang didasari ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng.”
Ada juga perkataan dari Imam Malik,
وذكر العلماء أن الإمام ابن أبي ذئب معاصر الإمام مالك وبلديه – قد صنف موطأ أكبر من موطأ مالك حتى قيل لمالك : ما الفائدة في تصنيفك ؟ فقال : ما كان لله بقي ( من ” الرسالة المستطرفة ” ص 9 )
Para ulama menyebutkan bahwa Imam Ibnu Abi Dzi’bi yang semasa dan senegeri dengan Imam Malik pernah menulis kitab yang lebih besar dari Muwatho’. Karena demikian, Imam Malik pernah ditanya, “Apa faedahnya engkau menulis kitab yang sama seperti itu?” Jawaban beliau, “Sesuatu yang ikhlas karena Allah, pasti akan lebih langgeng.” (Ar Risalah Al Mustathrofah, hal. 9. Dinukil dari Muwatho’ Imam Malik, 3: 521).
Cobalah direnungkan wahai saudaraku, betapa banyak yang belajar Islam, namun hasilnya kosong blong. Karena semuanya tidak didasari ikhlas. Padahal ikhlas dalam belajar harus memenuhi empat hal berikut:
1- Belajarnya untuk menghilangkan kebodohan pada diri sendiri
2- Belajarnya untuk menghilangkan kebodohan pada orang lain
3- Belajarnya untuk menghidupkan dan menjaga ilmu
4- Belajarnya untuk mengamalkan ilmu
Demikian keterangan dari guru kami, Syaikh Sholih Al ‘Ushoimi dalam Ta’zhimul ‘Ilmi. Bagaimana dikatakan ikhlas, jika sebagian orang hanya sibuk belajar Islam untuk saling berbantah-bantahan atau ingin menjatuhkan lainnya. Belajar seperti ini bukanlah maksud dari belajar yang ikhlas. Belajar yang ikhlas tentu saja akan berbuah nasehat yang ikhlas. Nasehat yang ikhlas adalah menginginkan orang lain jadi baik.
Betapa banyak da’i yang dakwahnya tidak ikhlas, sehingga dakwahnya pun sulit langgeng dan bekasnya pun tidak ada pada hati umat. Coba lihat Imam Nawawi, meskipun umurnya singkat, namun ilmunya terus kekal dan langgeng. Karya beliau yang begitu masyhur seperti Hadits Arba’in An Nawawiyah, Riyadhus Sholihin dan Syarh Shahih Muslim. Bahkan kita dapati beliau punya karya dalam berbagai bidang ilmu. Itu semua dilakukan beliau karena hanya ingin meraih ridho Allah, bukan ingin disebut orang paling cerdas, bukan ingin pula meraih gelar mentereng atau ingin mendapat balasan dunia semata. Jadi, ikhlas itu begitu penting bagi setiap muslim yang bisa membuat ia terus istiqomah dalam berkarya dan beramal. Begitu pula karena ikhlas, meskipun kita sudah di liang lahat, karya-karya kita akan terus dikenang. Apalagi jika yang kita tinggalkan adalah warisan ilmu agama.
Semoga Allah memberi taufik pada kita agar setiap langkah kita bertujuan untuk menggapai ridho-Nya.
sumber : rumaysho.com
Discussion
No comments yet.