Entah kenapa saya sungguh tertarik dengan bidang teknologi automation system semenjak pertama kali diimplementasikan pada Terminal BBM di lokasi kerja saya di Surabaya. Ini barangkali karena automation system menjawab hampir seluruh permasalahan yang muncul di lapangan. Ia memudahkan pekerjaan, membuat protokol dan informasi kerja yang jelas, meningkatkan efektifitas-efisiensi, memperketat sekuritas serta meminimalisir human error. Well, masih banyak manfaat lain dari automation system yang tidak bisa satu-persatu disebut disini.
Tenang saja, disini saya tidak akan menjelaskan tentang teknologi automation system. Tulisan kali ini adalah kisah tentang seorang Jongos yang menerapkan salah satu prinsip automation system, maka dari itu judulnya menjadi human automation.
Kisah berawal pada saat saya menaiki kendaraan sebuah perusahaan travel dari Jakarta ke Bandung. Sebelum menaiki kendaraan yang ditentukan pihak Travel, saya disambut oleh sang Sopir dengan ramah sambil menyodorkan sebotol air mineral dan mengatakan kalau air mineral itu gratis, bagian dari layanan travel mereka. Ini hebat, saya tidak perlu bertanya apakah air mineral tersebut gratis atau tidak. Okelah, itu hal kecil yang bisa ditebak. Tapi dikisah selanjutnya menjadi lebih menarik. Anda tahu di dalam satu mobil travel itu ada lima orang penumpang lain yang memiliki tujuan sama dengan saya : kota Bandung. Masalahnya kota Bandung itu luas. Saya tidak tahu penumpang mana yang bakal diantar duluan oleh sang Sopir. Dan saya diantar urutan keberapa juga belum jelas.
Ajaib, ketika hendak berangkat dan semua penumpang sudah duduk dikursi, tiba-tiba sang Sopir membuka pintu tengah dan menyapa seluruh penumpang dengan suara lantang bersemangat. Sambil memegang secarik kertas ia mengatakan beberapa hal yang kurang lebih sebagai berikut :
- Memperkenalkan nama, menunjukkan ID card dan memberitahukan berapa lama ia telah bekerja sebagai Sopir travel. Poin ‘berapa lama ia bekerja’ ini seolah-olah ingin menyatakan kalau mobil yang kami naiki saat itu akan dikemudikan oleh seorang sopir profesional dan berpengalaman. Mantap.
- Menyebutkan satu persatu lokasi tujuan dari tiap penumpang yang akan diantarnya nanti dan memastikan kalau tempat duduk kami tidak tertukar satu sama lain.
- Menginformasikan urutan pengantaran yang sejalan dan searah. Ini menjawab pertanyaan saya diatas. Dari sini saya tahu kalau gadis manis yang duduk disebelah saya akan diantar pada urutan ketiga. Bapak paruh baya dibangku depan diantar urutan pertama. Pasangan mahasiswa yang sedang kasmaran dibangku belakang dapat urutan kedua. Sedangkan saya? Aduh, ternyata urutan paling buncit alias terakhir.
- Menyebutkan estimasi waktu tiba di tiap-tiap tempat yang dituju.
- Menginformasikan kalau ditengah perjalanan mobil akan singgah di check point perusahaan travel dan memberi kesempatan pada penumpang untuk beristirahat sebentar, meregangkan badan maupun mampir ke toilet.
- Memberikan kalimat penutup yang ciamik : “Mohon saya diingatkan kalau melebihi batas kecepatan. Kalau ada pertanyaan jangan ragu untuk memberitahu saya. Kiranya sebelum memulai perjalanan ini kita berdoa agar diberi keselamatan dan kemudahan oleh yang diatas. Terimakasih”.
Luarbiasa, inilah yang saya maksud human otomation. Prinsip automation system seperti memberikan informasi secara otomatis/tanpa diminta, memberikan rasa nyaman dan aman, menjamin efektifitas dan efisiensi, profesional, bekerja secara terukur dan terstruktur telah diterapkan oleh seorang Sopir travel. Terus terang saya sudah beberapa kali memanfaatkan jasa perusahaan travel yang sama namun baru kali itu saya menemukan kalau pengemudinya menerapkan prinsip human automation. Saya yakin perusahaan travel itu tidak memiliki standar baku pelayanan ataupun mendidik pengemudi yang dimilikinya dengan perpektif human automation. Ini sepenuhnya adalah inisiatif dan terobosan yang dilakukan secara pribadi oleh seorang Sopir yang memiliki mental dan semangat Jongoszers. Sederhana, tidak butuh tambahan biaya, namun sangat mengena. Sungguh mengesankan.
Prinsip human automation ini sejatinya bisa diterapkan oleh siapa saja dan dimana saja terlepas dari profesi masing-masing yang kita tekuni. Kunci awalnya adalah niat baik untuk menyenangkan pelanggan/klien dan memudahkan informasi penting tersampaikan. Selanjutnya hanya dibutuhkan improvisasi, pemikiran serta cara penyampaian yang tepat.
Tetap semangat,
muhsin-budiono
Discussion
No comments yet.