Entah kenapa saya sungguh tertarik dengan bidang teknologi automation system semenjak pertama kali diimplementasikan pada Terminal BBM di lokasi kerja saya di Surabaya. Ini barangkali karena automation system menjawab hampir seluruh permasalahan yang muncul di lapangan. Ia memudahkan pekerjaan, membuat protokol dan informasi kerja yang jelas, meningkatkan efektifitas-efisiensi, memperketat sekuritas serta meminimalisir human error. Well, masih banyak manfaat lain dari automation system yang tidak bisa satu-persatu disebut disini.
Tenang saja, disini saya tidak akan menjelaskan tentang teknologi automation system. Tulisan kali ini adalah kisah tentang seorang Jongos yang menerapkan salah satu prinsip automation system, maka dari itu judulnya menjadi human automation.
“Sukses memiliki satu formula sederhana : Kerjakan dengan sebaik-baiknya, dan orang lain mungkin menyukainya. (Sam Ewing)”
Bayangkan Anda sedang mengikuti lomba lari tingkat nasional atau barangkali lomba makan krupuk tingkat RT dilingkungan Anda tinggal. Dalam lomba tersebut tekad yang muncul adalah bagaimana bisa lebih cepat mencapai garis finish atau lebih rakus melahap sebuah krupuk berlumur kecap dibanding dengan peserta lain yang mengikuti perlombaan. Dalam perlombaan, semangat yang ada adalah bagaimana Anda bisa lebih cepat, lebih lahap, lebih tepat, lebih teliti, dsb. Sebut saja lomba lari, lomba renang, lomba balap sepeda, lomba panjat dinding, lomba memancing, dsb. Jadi untuk suatu perlombaan kata kuncinya adalah : Pencapaian prestasi tertinggi, tercepat dan terbaik.
You must be logged in to post a comment.