Road to 2023

Lain-lain

This category contains 1 post

Bencana Sumatera dan Kegagalan Tata Kelola


Tragedi banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak akhir November 2025 adalah narasi pilu tentang alam yang marah dan tata kelola yang lalai. Secara faktual, bencana ini telah melampaui ambang batas yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Dengan setidaknya 940 orang meninggal dunia dan 521 orang dinyatakan hilang, 5000 lebih luka-luka serta kerugian mencapai Rp 68,67 triliun, dampaknya jauh melampaui kemampuan penanganan daerah. Publik mencatat bahwa respons pemerintah terhadap bencana lintas provinsi ini terasa reaktif, terfragmentasi, dan tak sigap.

Pertanyaan fundamentalnya adalah: mengapa di tengah skala kerusakan yang masif di 50 kabupaten/kota, wewenang penuh Presiden untuk menetapkan status Bencana Nasional (sebagaimana diamanatkan Pasal 51 ayat 2 UU 24/2007) tak kunjung digunakan?.

Continue reading

Narasi Oplosan dan Korupsi Kuadriliun: Membaca Ulang Followership Publik, Citra Pertamina, dan Pembuktian Kerugian Negara dalam Kasus Tata Kelola Migas


Kasus dugaan korupsi dalam tata kelola migas yang melibatkan PT Pertamina telah menjadi sorotan utama sejak awal tahun ini. Namun, seiring bergulirnya persidangan perdana pada 9 Oktober 2025 lalu, terdapat kebenaran pahit yang terkuak: kerugian terbesar yang dialami Pertamina justru datang dari kehancuran citra yang disebabkan oleh narasi publik yang tidak akurat.
Klarifikasi terbaru otoritas penegak hukum —bahwa istilah “BBM Oplosan” dan klaim kerugian hingga “Rp1 Kuadriliun” secara implisit maupun eksplisit tidak terdapat dalam dakwaan resmi Jaksa Penuntut Umum (JPU)— telah menyingkap ironi serius.

source: detik.com
Continue reading

AGUS MAGETAN DAN MIMPI PEKERJA MIGRAN


Jam di layar HP menunjukkan pukul 00.25 WIB. Saya sedang menunggu boarding penerbangan ke Taiwan di Gate 1, Terminal 3 SKH, Soekarno Hatta Airport. Kenalan sama anak Magetan. Sebut saja namanya Agus. Sambil ngecharge HP di salah satu tower charger boarding room ia menyapa dan mengajak saya ngobrol duluan.
Kebetulan saya juga sdng ngecharge HP.

“Mas, tujuan ke Taipei juga kah?. Ini benar di Gate 1 ya?”. (Sambil menunjukkan tiketnya).
“Iya benar. Baru pertama keluar negeri ya Mas”, tanya saya balik.
Ia pun mengangguk.
“Sampeyan pasti orang Jawa Timur”, tebak saya.
“Inggih Mas. Logatku ngetarani yo Mas?.”.
Ternyata Agus asal Magetan. Desanya di daerah Parang. Dekat sama sirkuitnya Mario Aji, pembalap Moto2 GP asal Indonesia.

Agus lulus SMA thn 2023. Dia ke Taipei hendak kerja. Ngadu nasib. Orangtuanya hidup pas2an. Bapaknya meninggal sejak ia kelas 2 SD. Selang beberapa tahun kemudian Ibunya menikah lagi. Agus kini meninggalkan Ibunda bersama Ayah tirinya.
“Kok berani kerja diluarnegeri Mas?. Tempat kerjanya sudah jelas kah?. Jalur resmi atau bagaimana?”, kejar saya penasaran.
Agus menjawab dengan tenang. Tanpa ada kekhawatiran ditipu atau kemakan scam.
Ia daftar lewat PT yang direkomendasikan oleh Kakak sepupunya. Seingat saya Nama PTnya Blue diamond atau sejenisnya. Nah, kakaknya Agus ini kebetulan juga PMI (Pekerja migran Indonesia), tapi kerja di Korsel. Gajinya?. Jangan tanya. Meski cuma lulusan SMA tapi kalau sama lemburan angkanya bisa nembus sampai 50juta. Padahal kerjanya “cuma” bersihkan botol dan wadah kaca di perusahaan lokal. Saya tidak tanya lebih lanjut, tapi kemungkinan berhubungan dengan bahan kimia tertentu untuk membersihkannya.

Continue reading

One day . . . You will leave the stage. (Sebuah pesan untuk para leader)


Tak peduli berapa lama ia sanggup hidup di hutan atau padang rumput, Singa terhebat sekalipun, pada akhirnya harus menyerah pada usia. Suka atau tak suka, singa terkuat pada saatnya nanti akan menyerahkan nasib pada alam atau kebuasan hewan lain. Lalu mati dengan menyedihkan. Boleh saja kita menganggap itu tak adil atau kejam, namun begitulah dunia.

Continue reading

Memilah Prioritas, Menemukan Kelebihan.


Ini tulisan yang saya buat untuk salah seorang penanya dalam sesi Q&A pada followership webinar sebuah BUMN di Jakarta. Semoga bermanfaat. Salam Followership!.

PERTANYAAN: Selamat siang mas Muhsin, salam kenal nama saya Indra, kebetulan kita satu almamater juga di ITS, Mas. Pagi tadi saya menyimak materi mas Muhsin di webinar M***Talks. Terima kasih banyak atas sharingnya, namun ada yang ingin saya tanyakan. Tadi dijelaskan dalam mengembangkan followership dikehidupan pribadi, kita harus mengenal 2 point yaitu apa yang mau dicapai dan menyadari apa kelebihan kita.

Pertanyaannya, ketika kita sudah berkerja keras seperti saat ini, banyak hal yang mau dicapai, baik dalam hal karir, rencana usaha, keluarga, dan juga capaian kesehatan diri. Bagaimanakah caranya memilah prioritas hal yang untuk dicapai?. Pertanyaan selanjutnya saya kadang masih ragu dengan apa sebetulnya kelebihan saya. Bagaimanakah menemukan solusinya?. Terimakasih atas jawabannya mas.

Continue reading

Penjilat di Tempat Kerja


“Saya hampir dipecat gara-gara rekan sekantor yang penjilat”.
Demikian bunyi curhatan salah seorang karyawan sebuah perusahaan yang masuk ke handphone saya.
Usut punya usut ternyata duduk perkaranya sepele. Pekerjaan tim yg selesai tepat waktu dan hasilnya bagus selalu diklaim sebagai ide dan keberhasilan sang penjilat.

“Yang dapat pujian dari Pak Bos, dia. Yang deket sama Atasan, dia. Yang diminta maju presentasi juga dia. Apa-apa serba dia deh, Mas. Usaha dan kerja keras saya seakan-akan tidak terlihat. Padahal saya yang mendesain dan mengerjakan proyek tersebut sampai lembur-lembur!”, keluhnya.

Continue reading

Bullying and Toxic Workplace


“Punten Pak. Bapak duduk manis saja. Ini masalah kecil, ndak pantas kalau Manager turun tangan langsung. Biar kami yang handle. Daripada nanti tambah kacau.”.
.
.
“Mohon maaf sebelumnya Bu. Ibu kan orang baru. Belum paham culture disini. Saya yang sudah 9 tahun saja ndak bisa merubah cara kerja Divisi ini. Yang penting kan target dan KPI selalu tercapai.”
.
.
“Ah, kalau meeting Elu mah orangnya suka ngantuk. Sering gak nyambung juga. Mirip banget ama atasan Lu”.

Continue reading

Mendefinisikan Followership


Sejak diundang SSDM POLRI di Jakarta untuk memberikan pemahaman mengenai followership dan aplikasinya dalam pekerjaan, saya cukup banyak mendapat email maupun pesan japri baik dari kenalan saya maupun bukan yang menanyakan seputar followership. Diantara pertanyaan yang cukup sering mampir dilayar HP saya adalah “Apa itu Followership?”, “Jelasin dong tentang followership?” atau “Gimana sih mendefinisikan followership?”. Well, dalam tulisan kali ini kita akan membahas hal tersebut: pengertian followership.

Mendefinisikan followership ini sepertinya sepele. Tapi kalau diselami lebih dalam bisa menyelamatkan kita dari interpretasi negatif maupun stereotipe miring terhadap followership. Tentang yang negatif dan yang miring tersebut akan kita bahas tersendiri dikesempatan lain. Saya hanya ingin menggambarkan sekilas kalau selama bertahun-tahun menggeluti dan menyebarkan wacana followership ini tidak sedikit nyinyiran, cemoohan, pandangan sebelah mata, sikap merendahkan, meremehkan, dan sejenisnya yang saya terima dari khalayak ramai (bahkan dari orang-orang zona intim sekalipun). Tapi dimaklumi saja. Itu karena kegagalan mereka mendefinisikan followership.

Continue reading

Satu Kesulitan, Dua Kemudahan


“Setiap orang punya ‘jatah gagalnya’ masing-masing. Habiskan jatah gagalmu semuda mungkin agar dimasa tua kegagalan tak lagi menyertai”. Ini kalimat dari kawan saya yang semenjak kecil sudah menjumpai banyak kesulitan demi kesulitan. Ia lahir dari keluarga miskin di sebuah desa kecil yang sering kesulitan mendapatkan air bersih. Sejak SMA ia harus berdikari membiayai kebutuhan sekolahnya sendiri ditambah lagi 4 orang adiknya yang masih kecil-kecil.

Lantas bagaimana kondisinya sekarang?. Sama, masih saja susah. Meski sudah punya perusahaan sendiri tapi sewaktu tak sengaja berjumpa dengannya di sebuah acara resepsi nikah, ia mengeluhkan besarnya pajak yang membebani bisnisnya. Sampai nunggak ratusan juta. “Pajak bukan konsep agama samawi. Bikin rakyat sengsara!”, omelnya. Ada juga masalah ditipu klien, anak buah yang nelikung, investasi yang nyandet, BPKB mobil digadai saudara, antrian tagihan bank, genteng rumah ambrol dimakan rayap, dll. Baru dengar ceritanya saja saya jadi ikutan mumet. Pening harus bantu solusi apa.

Terus terang saya hanya bisa mendoakan. Berharap ia bisa tetap tegar, ikhlas dan sabar menyelesaikan persoalan-persoalan yang mendera diatas. Ia pribadi yang kuat, networking luas dan selalu bisa berpikir jernih dalam suasana genting sekalipun. Meski begitu, saya pikir perjuangannya akan lebih mudah, kalau saja ia mau memutuskan berhenti merokok, mulai menjauhi riba dan memperbaiki ibadahnya. Barangkali nasihat ini memang berat dan nampak tak berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang dialami selama ini. Tapi bukankah tak ada ruginya bila dicoba terlebih dahulu. Kesulitan yang muncul sebab meninggalkan kemudahan yang menyengsarakan, justru akan mendatangkan kemudahan demi kemudahan.

Saya ingin memberikan gambaran. Sejak keluar dari cangkang telurnya, burung hantu sudah menderita kesulitan sebab tak bisa menggerakkan bola matanya. By design, mata yang dimiliki burung hantu bukan berbentuk spherical ball seperti mata kita. “Tubular eyes” yang dimiliki burung hantu hanya bisa menatap lurus ke depan. Tapi dibalik kesulitan sebab kondisi mata yang statis tersebut ada kondisi lain yang membuatnya berbeda dengan burung-burung lain. Burung hantu dianugrahi anatomi khusus berupa leher yang dilengkapi pembuluh darah dengan contractile reservoir dan supporting vascular network yang memungkinkan kepalanya berputar hingga 270° tanpa menghambat aliran darah ke otak. Well, it’s a myth that owls can rotate their head 360°. Its can actually turn their necks 135° in either direction. Nah, dari sini angka 270° itu muncul.

Bukan cuma itu, burung hantu juga dilengkapi dengan tiga lapis kelopak mata. Satu untuk tidur, satu untuk berkedip, dan satu lagi untuk membersihkan matanya. Jadi meski burung hantu memiliki satu kesulitan, bersamanya ada dua kemudahan: Leher yang fleksibel dan kelopak mata yang berlapis-lapis. Sebenarnya kalau daftarnya mau ditambah lagi juga masih ada. Pada mata yang tak bisa berputar itu ada 2 kemudahan lainnya lagi yakni kemampuan melihat dalam kegelapan dan pandangan jarak jauh (far-sighted) yang membantunya menentukan posisi mangsa dari kejauhan sekalipun.

Hewan malam lain yang juga terlahir membawa kesulitan adalah kelelawar. Didaerah lain ada yang menyebut kalong atau kampret. Kelelawar lahir dalam kondisi mempunyai kaki kecil nan lemah. Saking rapuhnya, kaki kelelawar pun tak bisa menopang tubuhnya sendiri untuk berdiri.
Namun begitu, rupa-rupanya kelelawar dikaruniai Allah Ta’ala special muscle pada kakinya yang membuat mereka nyaman bergelantungan dalam keadaan terbalik.
Melengkapi keadaan up-side down tersebut Kelelawar pun diberi sayap yang kuat dengan desain anatomi yang juga unik. Bentuk sayapnya memungkinkan kelelawar dari posisi terbalik bisa langsung terbang begitu mudahnya dengan cara menjatuhkan dirinya dari atas ketinggian.
Jadi meski memiliki satu kesulitan, bersamanya Allah titipkan dua kemudahan. Yakni kemampuan bergelantung terbalik, dan desain sayap yang unik.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
(Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan)
Ayat diatas kiranya menunjukkan pada kita bahwa bersama kesulitan terdapat kemudahan yang mengiringi seolah berjalan berurutan. Secara bahasa, kata Al-‘usri menggunakan redaksi huruf alif lam. Ini berarti kesulitan yang dimaksud dalam kedua ayat tersebut adalah sama, yakni satu kesulitan yang setara. Sedangkan kata Yusron ditulis tanpa menggunakan imbuhan alif lam dimana sengaja menunjukkan bahwa kemudahan dalam ayat berikutnya adalah tidak setara/beda dengan kemudahan yang dimaksud dalam ayat sebelumnya.

Dengan demikian terjemahan yang lebih tepat dari ayat diatas menjadi begini:

“Karena sesungguhnya bersama satu kesulitan ada sebuah kemudahan. Sungguh, bersama satu kesulitan (yang sama) ada sebuah kemudahan (yang lain lagi/tak serupa).”

Bila kepada hewan saja Allah Azza wa jalla karuniakan dua kemudahan dalam setiap kesulitan, maka lebih-lebih kita sebagai manusia jauh lebih pantas lagi untuk meyakini bahwa Allah juga bakal menyertai setiap masalah kita dengan dua kemudahan/solusi.

Semoga manfaat.
Wallahu ta’ala a’lam.

Jakarta, 23 Januari 2019

Muhsin Budiono

Pohon yang Berbuah Tak Mengenal Musim


Ada orang-orang yang ketika berada di bulan Ramadhan rajinnya bukan main. Semangat ibadahnya membuncah dan terkadang menunjukkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik ketimbang sebelum Ramadhan. Saat ditanya kenapa jadi rajin sholat, baca Qur’an?. Seringkali jawabannya bikin pupil mata ini membesar: “Ini bulan penuh ampunan, Mas. Pahala ibadah dilipatgandakan. Sayang kalau dilewatkan begitu saja”. Kenapa sekarang pakai kerudung?. “Ini bulan penuh kebaikan, Mas. Momentum yang pas untuk berbenah sekaligus menghargai mereka yang berpuasa. Biar tak tergoda oleh kecantikan saya”. Weleh, super sekali. Saya jadi ikutan semangat dan antusias. Bukan semangat menyaksikan yang baru hijrah berkerudung tadi, tapi semangat menyaksikan perubahan-perubahan kebaikan itu. Sebab diluar sana nyata-nyatanya memang banyak manusia yang melewatkan kesempatan bertemu Ramadhan. Sibuk dengan kegiatan-kegiatan tak bernilai ibadah atau bahkan justru mengisinya dengan kemaksiatan. Naudzubillah.

Lebih-lebih lagi ketika 10 hari terakhir. Semakin senang dan semangat melihatnya. Perburuan menjumpai Lailatul qadar membuat masjid-masjid makin ramai. Banyak yang itikaf. Semua aktifitas berpindah serba di masjid. Sholat 5 waktu di masjid, buka puasa di masjid, makan sahur di masjid, mandi di masjid, tidur di masjid, bahkan nge-charge HP pun di masjid. Kaum Ibu tentunya ada yang nampak senang sebab tak perlu lagi bingung menyiapkan menu berbuka maupun santap sahur. Anggaran belanja kebutuhan dapur bisa sedikit dihemat. Lumayanlah buat beli Aloe Vera Soothing Gel. ^_^

Alhamdulillah, senang sekali rasanya melihat kondisi diatas. Kondisi dimana berbondong orang antusias melakukan perubahan dan amalan-amalan kebaikan dengan mengambil momentum bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah. Kalau boleh diibaratkan seperti pohon, mereka yang melakukan kebaikan-kebaikan serupa ibadah wajib maupun sunnah tersebut tidak ubahnya mirip suatu pohon yang sedang berbuah. Semakin banyak ibadahnya semakin lebat pula perumpamaan buahnya.

Lantas pertanyaan penting yang otomatis mampir dipikiran kita yakni terkait berapa lama pohon itu bakal menghasilkan buah. Akankah ia berbuah sepanjang bulan atau hanya pada saat Ramadhan saja?. Bila dalam 1 bulan/musim banyak pohon yang berbuah maka sudah pasti buah tersebut dipasaran jumlahnya akan melimpah. Hukum ekonomi berlaku. Buah yang melimpah ruah tentu membuat harganya menjadi murah. Sebab mudah didapat. Dengan kata lain nilainya tak lagi istimewa. Berbuah banyak disaat pohon-pohon lain juga berbuah banyak. Coba renungkan, kalau di sebuah pekarangan depan rumah terdapat pohon rambutan yang setiap bulan selalu berbuah kiranya bagaimanakah perasaan sang pemilik pekarangan tersebut?. Pastinya akan senang sekali. Disaat pohon-pohon serupa ditempat lain hanya berbuah 1 kali dalam setahun ia justru berbuah sepanjang tahun. Setiap bulan adalah musim rambutan. Maka pohon yang berbuah sepanjang musim tersebut adalah pohon yang istimewa. Pohon yang didambakan setiap pemiliknya.  

Mereka-mereka yang tetap istiqomah beribadah (wajib maupun sunnah) selepas bulan Ramadhan adalah “pohon-pohon yang berbuah sepanjang masa”. Mereka yang masih tekun mendatangi Masjid untuk berjamaah, masih sempatkan diri membaca Qur’an setiap hari, masih menjaga sholat malam, masih bersabar menahan emosi, masih setia menjaga pandangan, masih rajin sedekah, masih tetap berhijab, masih melakukan shiyam (puasa sunnah), masih menjaga lisan, masih menjaga hati, serta masih melakukan ragam kebaikan dan ibadah-ibadah lainnya meski bukan didalam bulan Ramadhan, mereka adalah insan yang serupa dengan pohon-pohon yang berbuah tak mengenal musim. Extra-ordinary Tree. Pohon istimewa yang didambakan dan disayangi oleh pemiliknya. Siapakah pemiliknya?. Pemiliknya tentu ialah Zat yang juga memiliki langit dan bumi, penguasa alam semesta beserta seluruh isinya.

Tuhan yang kita sembah di bulan Ramadhan adalah Tuhan yang juga kita sembah di luar bulan Ramadhan. Jangan sampai kita meninggalkan ibadah yang telah kita latih di bulan Ramadhan hingga sebutan/gelar sebagai manusia terburuk lantas tersematkan pada diri kita.

.

Semoga manfaat.

Kota Delta, 20 Juni 2018.

muhsin budiono

(Dari Samsung Galaxy saya)

.

.

Note:

قِيْلَ لِبِشْرٍ الحَافِيِّ: أَنَّ قَوْمًا يَتَعَبَّدُوْنَ فِي رَمَضَان وَيَجْتَهِدُوْنَ فِي الأَعْمَالِ، فَإِذَا انْسَلَخَ تَرَكُوْا! قَالَ: بِئْسَ القَوْم قَوْمٌ لَا يَعْرِفُوْنَ اللَّهَ إِلَّا فِي رَمَضَانَ

Dikatakan kepada Bisyr al-Hafiy, bahwasanya ada sebuah kaum yang hanya beribadah pada bulan Ramadhan dan bersungguh-sungguh dalam beramal. Ketika Ramadhan berakhir mereka pun meninggalkan amal. Maka Bisyr mengatakan: “Seburuk-buruknya kaum adalah mereka yang tidak mengenal Allah kecuali hanya pada bulan Ramadhan saja.” (Miftahul Afkar: 2/283).

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
Seorang muslim terlalu besar untuk memiliki cita-cita yang kecil. Jangan menyerah. Tetap istiqomah. Where there is a will there is a way.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me on Twitter