Semenjak berhubungan dengan Lembaga Kemanusiaan BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia) terkait penjualan buku “The Jongos Ways” (TJW) saya jadi memiliki banyak kenalan orang-orang mulia yang mendedikasikan hidupnya di bidang sosial dengan menjadi relawan kemanusiaan. Diantara dari mereka berprofesi sebagai praktisi kesehatan dan dokter. Beberapa darinya memang sudah STW alias setengah tua (dengan badan tegap dan masih terlihat enerjik sekali), namun banyak juga yang masih muda dengan semangat menyala-nyala mengalir dari pancaran matanya.
Alhamdulillah saya sudah pernah bertemu dengan ketua BSMI pusat di Jakarta, bahkan ketika launching buku TJW beliau berkenan jauh-jauh datang dari Ibu kota untuk menyempatkan hadir dan mengucapkan selamat. Beberapa kali komunikasi via telpon maupun pertemuan langsung selalu terbungkus suasana bersahaja, santun dan menyenangkan. Tidak jauh berbeda, ketika saya bersilaturahim ke kantor BSMI cabang Surabaya serta diundang menghadiri acara Munas BSMI Jatim dan juga Diklat relawan mereka suasana “kesederhanaan” juga jamak saya temui dari sosok-sosok pribadi mereka. Bahkan beberapa dokter yang saya kenal benar-benar tampil “membumi” dan jauh dari kesan angkuh, keminter apalagi elegan.
Dari situ terbersit di pikiran saya sosok Dr. Jim Withers yang ada di Pittsburgh. Anda tahu Pittsburgh? Sudah pernah kesana? Kalau belum pernah kesana saya doakan suatu hari nanti Anda bisa pergi berlibur atau sekedar foto selfie di downtown-nya. Nah, kalau sudah pulang dari sana Anda bisa menceritakan pengalaman, pemandangan dan apa-apa saja yang menurut Anda menarik. Saya ingin sekali mendengarnya. Karena sampai saat ini saya juga belum pernah ke Pittsburgh. Ha..ha <tertawa sedih>
Pittsburgh adalah sebuah kota terkenal di AS yang terletak di negara bagian Pensylvania. Dr. Jim berasal dari situ. Sudah 20 tahun belakangan, beliau mendedikasikan hidup untuk tunawisma atau mereka yang tak memiliki tempat tinggal. Beliau dikenal sebagai ‘Dokter Jalanan’, karena selalu berpakaian seperti tuna wisma dan keluar pada malam hari untuk memberikan perawatan medis untuk kaum papa. Sejak tahun 1992 silam, sebanyak kurang lebih 1.200 orang telah merasakan betapa mulia hati Dokter Jim.
Bersama Mike Sallows, seorang rekannya yang juga mantan tuna wisma, mereka berdua berkeliling membawa ransel yang berisi bahan makanan maupun obat-obatan. Berdua menyusuri malam, menemukan siapa saja yang membutuhkan bantuan mereka. Kepeduliannya patut diacungi dua jempol (bila perlu ditambah jempol kaki sekalian. Jadinya empat jempol). Rasa iba melihat para tuna wisma yang sakit dan kerap kedinginan telah mendasari beliau melakukan kegiatan mulia ini. Betapa mulia hati beliau.
Kita doakan saja semoga keberadaan beliau, keikhlasan dan kepeduliannya mampu menjadi inspirasi bagi mereka yang berprofesi sebagai dokter di negara kita ini. Saya kok optimis kalau Indonesia punya sosok dokter seperti Jim Withers, barangkali belum terkenal dan diekspos saja. Kalau memang ada banyak sosok dokter, direktur rumah sakit, pejabat, birokrat dan anggota Hewan..eh anggota Dewan yang memiliki karakter dan hati mulia seperti dokter Jim, maka barngkali program BPJS tidak akan semrawut dan menyedihkan seperti sekarang. Bahkan boleh jadi tidak perlu lagi ada program BPJS yang konon singkatannya adalah Baru Pertama Justru Semrawut.***
Discussion
No comments yet.