Road to 2023
Tanya Jawab

Mahasiswa STMJ


Mahasiswa STMJ. SMSIni kisah kadaluarsa. Malam minggu yang lalu saya mendapat SMS curhat dari seorang mahasiswa di Jember. Nggak nanggung-nanggung : dikirim pas jam tahajud. Beruntun dan buanyaak banget. Mirip tabrakan karambol di jalan tol. Mestinya curhat yang panjang begini bisa lewat email. Mungkin pengirimnya berpikir lebih praktis mengirim lewat SMS. Sepraktis merubah channel TV menggunakan remote. Atau dipikirnya saya mesti buka laptop dan colokin modem dulu buat baca email?. OoEmJi, hari gini kagak online?. Plis deh Mas, smartphone murah sudah bertebaran dimana-mana.

Saya memang terbiasa menerima pesan SMS atau BBM dari rekan-rekan mahasiswa yang pernah mendengar saya berbicara di forum-forum pelatihan (seperti LKMM, seminar, kajian, dsj) atau dari mereka yang membaca artikel maupun buku tulisan saya. Isinya macam-macam. Mulai dari sekedar berkenalan, tanya materi training sampai curhat masalah pribadi. Anda tahu, SMS yang masuk jam 1 malam kemungkinan besar isinya penting banget. Tapi SMS yang isinya “Pulsa Anda telah terpotong otomatis untuk perpanjangan paket internet, telepon & bla..bla..bla…” biasanya juga nongol pas tengah malam.

Kembali ke isi curhatnya. Mahasiswa kita ini rupanya sedang galau banget. Bahasa terkenalnya galau “level dewa”. Galau yang bisa bikin kaki malas melangkah dan otak berhenti berpikir. Bawaannya cuma ‘bobok’ meluk guling di kasur sambil ngelamunin sesuatu yang tidak jelas. Tidak sehat kalau dibiarkan terlalu lama. Kenapa bisa galau? Karena statusnya yang masih jomblo, padahal ia sudah semester tujuh. Sebenarnya di kampusnya ada seorang “bidadari” idaman hati yang sejak semester pertama sudah ditarget, namun sampai sekarang tidak ada keberanian yang berhasil terhimpun di dada untuk sekedar menyatakan perhatian atau memberi sinyal ketertarikan. Yang ada cuman ngobrol sama fotonya, tiap malam nggak pernah absen.

“Apakah saya cowok mental tempe, Mas?”, tanyanya dalam salah satu SMS.

“Iya, mentalmu mental tempe. Tepatnya tempe bongkrek. Masak tiap malam ngobrol sama foto?!”, ejek saya sambil berkelakar.

Dasar mahasiswa STMJ (Semester Tujuh Masih Jomblo) : Keluhannya banyak. ^_^.
Mulai dari masalah status, masalah sindiran “Truk aja gandengan”, masalah percaya diri, masalah kuliah, nikah, masa depan, masalah dompet yang tipis, sampai masalah keluarga di kampung ditanyain. Wuuik, lha saya ini dipikir “Mbah Google” apa ya? Bisa ngasih jawaban semua pertanyaan.

Begini ya Mas, saya bisa memahami beratnya perasaanmu saat ini, tapi yang bisa membuat kamu kembali semangat dan bangkit ya cuma dirimu sendiri. Siapapun yang kamu pikir bisa memotivasimu saat ini maka ia tidak lebih hanya sekedar “tukang ketuk” pintu belaka. Sekeras apapun ketukannya kalau kamu bergeming dan menolak membuka pintu motivasi yang kamu miliki maka hasilnya tetap saja nol besar. Namun demikian setidaknya ada beberapa catatan yang perlu kamu garis bawahi :

Pertama, sibukkan dirimu dengan kebaikan. Dekatkan dirimu dengan Zat Maha Lembut yang telah menghadirkanmu di dunia ini. Lakukan hal-hal positif yang membuatmu semakin terampil atau berwawasan. Ingat baik-baik : anak muda yang tidak disibukkan dengan kebaikan, sudah pasti akan disibukkan dengan keburukan.

Kedua, jangan bingung dengan status jomblo yang sukses kamu sandang saat ini. Sendirian pas malam minggu itu normal. Yang nggak normal itu kalau pas “malam pertama” kamu sendirian. Ejekan teman-temanmu yang mengatakan “Truk aja gandengan” anggaplah sebagai angin lalu. Kamu bisa balas perkataannya dengan kalimat : “Truk aja jaga jarak, masak kamu gandengan?”. Atau “Percuma gandengan, kalau akhirnya nyungsep”. Jaga jarak, Bung. Jangan nyungsep. Kamu bukan truk gandeng.

truk gandeng kebalikKetiga, masalah nikah. Kalau mau nikah ya nikah saja. Segera lamar cewek idaman yang katanya anak baik-baik itu. “Tapi saya nggak siap Mas”. Ooh, kamu nggak siap. Kalau nggak siap ya jangan nikah dulu. Tunggu sampai siap. Benahi diri dan dewasakan diri lebih dulu. Gampang khan. Masalahnya kalau kamu baru siapnya umur 60 tahun nanti gimana?. Bisa ada yang mubadzir. ^_^. Nikah itu bukan masalah siap atau tidak siap. Nikah itu masalah bersedia atau tidak. Bersedia bertanggungjawab, bersedia bekerja keras menjadi pemimpin rumah tangga yang baik, serta bersedia menyempurnakan separuh agama.

Menikah itu ibadah. Masak untuk beribadah kamu takut?. Saran saya kalau memang sudah ngebet sekali pingin nikah tapi masih ngerasa belum mampu (baik dari segi mental maupun modal) ya belajarlah menahan diri. Berpuasalah. Jangan pacaran dan lantas mendekati zina.

“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur (24) : 32).

Nah, khusus buat kamu yang merasa kaum wanita : Jika ada laki-laki salih yang melamarmu, maka terimalah. Kemapanan ekonomi calon suami memang penting, tetapi agamanya jauh lebih penting. Derajat sosial, pekerjaan keren, ketampanan, de el el hanyalah unsur pendukung. Agama tetap yang utama. Maka jika seorang lelaki salih (note : pastikan benar kalau dia memang salih. Ini penting, sepenting kunci grendel di pintu WC umum) datang melamarmu secara syar’i, sedangkan akhlaknya baik dan agamanya bagus, maka jangan ditolak.

Jika kalian didatangi oleh seseorang yang kalian terima agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia, jika tidak maka akan lahir fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi )

Jika budaya menolak lamaran orang baik merajalela, hanya karena keterbatasan ekonominya, maka kita pantas mengkhawatirkan bahwa akan : “lahir fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.”

Keempat, istiqomahlah dalam berdoa pada Allah agar harga diri dan kesucianmu tetap terjaga sampai ajal menjemput nanti. Tentunya dengan doa-doa yang ma’tsur. Contoh :

اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وَآمِنْ رَوْعَاتِنَا

Ya Allah, tutupilah aurat kami dan lindungilah rahasia kami.

اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu petunjuk, ketakwaan, terjaga (dari perbuatan yang merusak kehormatan) dan kekayaan.”

Terakhir, percaya dirilah. Kamu bukan berstatus “jomblo”, tapi berstatus “single”. Sebab antara jomblo dengan single itu berbeda jauh. “Single” itu prinsip, sedangkan “Jomblo” itu nasib. ^_^

Kamu Single, bukan Jomblo.***

About muhsin budiono

Karyawan, Followership Practitioner dan Penulis Buku. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Marine Engineering (Lulus tahun 2006) dan Narotama University studi Management (Lulus tahun 2014). Followership Practitioner pertama di Indonesia [Certified by Ira Chaleff, Belgium-2017]. Anggota ILA (International Leadership Association). Pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Disaat banyak orang Indonesia memuji dan mendalami Leadership, muhsin memilih jatuh hati pada Followership sejak 2007 yang lalu. Di tahun 2013 muhsin menulis buku tentang belajar Followership ala Indonesia berjudul "The Jongos Ways" (TJW) yang fenomenal dan menggugah ribuan pekerja di Indonesia. Berbekal buku TJW muhsin semakin getol membumikan Followership ke seluruh penjuru nusantara secara cuma-cuma/tanpa memungut biaya melalui kegiatan-kegiatan seminar, bedah buku, pembuatan video animasi hingga konsultasi gratis. Hal itu dilakukan sebab menurutnya Indonesia sudah “terlambat” lebih dari 23 tahun dalam mengembangkan Followership. Atas upayanya tersebut pada akhir tahun 2014 muhsin mendapat undangan dari International Leadership Association untuk menghadiri International Followership Symposium di Amerika sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia. Disana ia intens berdiskusi dengan beberapa pakar followership dunia dan dinisbatkan sebagai pemerhati followership pertama dari Indonesia. Di tahun 2016 Muhsin juga mendapat kehormatan untuk berbicara tentang Followership dihadapan ratusan praktisi Human Resources di Indonesia dalam forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS). Sementara ini muhsin berkarya di Perusahaan Migas Nasional kebanggaan Indonesia: PT Pertamina (Persero) dan sedang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita sebagai International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang. Muhsin juga memiliki keinginan kuat untuk resign bekerja agar bisa kuliah/belajar lagi di Saudi Arabia guna mendalami teori Islamic Followership yang sedang dikembangkannya.

Discussion

No comments yet.

Your Comment Please . . .

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
82 days to go.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me

Error: Please make sure the Twitter account is public.

Follow me on Twitter

%d bloggers like this: