Hari Besar Idul Fitri, yang banyak dinanti kaum Muslim sebagai hari kemenangan, menang dalam Arti menahan Nafsu, Menahan Diri dalam tempaan selama ramadhan, hingga akhirnya saat hari itu tiba, Kaum muslim merayakan tradisi untuk bermaaf-maafan, dan sebagian orang di Indonesa terbiasa dengan mengucap Minal ‘Aidin wal Faizin, yang diiringi dengan tambahan kalimat Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
Sebelumnya mari kita lihat Arti sebenarnya dari Minal ‘aidin wal faizin, yang terdiri dari Huruf Hijaiyah seperti berikut:
Mim-nun-alif-lam-‘ain-alif-hamyah-dal-ya-nun-wawu-aliflam-fa-alif-hamyah-ya-za-ya-nun.
Sehingga jika ditranselerasikan kedalam Bahasa Indonesia Menjadi:
1. Min, Yang memiliki arti “termasuk”.
2. Al-aidin, Artinya”orang-orang yang kembali”
3. Wal, Artinya “dan”
4. Al-faizin, Artinya “ menang”.
Jika dimaknai secara harfiah dari Minal ‘Aidin wal Faizin dalam bahasa indonesia, menjadi:
“Termasuk dari orang-orang yang kembali sebagai orang yang menang”.
dan bukan berarti Mohon maaf Lahir dan Bathin, melainkan ditambahkannya kalimat tersebut untuk menyertai bahasa Arab Minal ‘Aidin Wal faizin.
Sebagian Kaum Muslim di Indonesia, memaknai kemenangannya dari perjuangan selama bulan ramadhan, sehingga saat Hari Raya tiba, disebut hari Kemenangan.
Pada zaman khilafiah rosyidin, ucapan Minal ‘Aidin wal Faizin, digunakan sebagai ungkapan bangga atas kemenangan perang yang sebenarnya, semisal perang badar.
“Semoga Termasuk dari Orang-orang yang Kembali (dari perang) dan sebagai Orang yang Menang ( dalam setiap Perjuangan Islam).
Marilah kita biasakan melatih Lisan kita dengan ucapan yang disertai Ilmu, sehingga memiliki Nilai Ibadah.
Dalam budaya Arab, ucapan yang disampaikan ketika menyambut hari Idul Fitri (adalah “Taqabbalallahu minna waminkum”, kemudian ucapan ini ditambahkan oleh orang-orang yang dekat dengan zaman Nabi dengan kata-kata “Shiyamana wa Shiyamakum”, yang artinya puasaku dan puasamu, sehingga kalimat lengkapnya menjadi “Taqabbalallahuminna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum” (Semoga Alloh menerima amalan puasa saya dan kamu).
Jubair bin Nufair: “Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu).” Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari [2/446] Dalam ‘Al Mahamiliyat’ dengan Isnad yang Hasan
Muhammad bin Ziyad berkata: “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : ‘Taqabbalallahu minnaa wa minka.” (Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259)
IMAM AHMAD menyatakan bahwa ini adalah “Isnad hadits Abu Umamah yang Jayyid/Bagus. Beliau menambahkan : “Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallahu a’lam.” [Al Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam ‘Al-Hawi: (1/81) : Isnadnya hasan]
Dari Riwayat tersebut dan seperti keterangan keterangan yang dipaparkan, yang benar adalah dari “Taqabbalallahu… sampai … shiyamakum”. tidak satupun menyatakan ada istilah Minal ‘Aizin wal Faidzin. Atau Tanpa minal ‘Aidin wal faidzin.
Jadi mengucapkan Minal ‘Aidin wal Faizin, jika kita mengucapkannya dengan niat ingin mencontoh kebiasaan Rosulullah/Ittiba’qaulyah, jatuhnya bisa menjadi bid’ah.
Sekedar tambahan, bagaimana jika kita ingin mengucapkan “mohon maaf lahir dan batin” dalam bahasa arab yang benar? Salah satunya adalah “As-alukal afwan zahiran wa bathina.”
Anjurannya, pada Hari Raya Idul Fitri merayakan kemenangan dengan saling mengucapkan “taqabballahu minna wa minkum”
Artinya: semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian.
Wallahu a’lam bishshawab
Discussion
No comments yet.