Road to 2023
Belajar Islam

Islam dan Keutamaan Waktu


”Dan demi shubuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (Terj. QS. At Takwir [81] : 18)

waktu

waktu adalah kehidupan

Waktu, adalah madrasah maya bagi tiap insan. Wadah pembentukan diri. Ia adalah garis edar hidup untuk kita tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, dari lahir hingga berpulang ke hadirat-Nya. Ia adalah harta paling berharga yang dimiliki semua orang. Sumber daya atau modal utama yang terus melaju dan tak akan kembali. Ia tak dapat diperbarui dan bagi saya pribadi ia merupakan substansi gaib nomer dua setelah Tuhan. Memanfaatkan waktu menjadi sedemikian penting dalam hidup ini. Bahkan Allah sering mengikat janji dan firman-Nya dengan keberadaan waktu. Demi masa, demi waktu dhuha, demi malam, demi matahari dan cahayanya di pagi hari, demi fajar, demi langit yang datang pada malam hari, demi shubuh, demi hari kiamat, demi bintang ketika terbenam, demi umurmu, adalah merupakan kalimat-kalimat yang bisa kita temui dalam Qur’an.

FILOSOFI PAGI

Pagi hari adalah bagian dari waktu-waktu Allah yang terus bergulir. Disinilah melekat makna kesegaran, keadaan cerah, keceriaan, semangat dan kehidupan baru. Pagi hari adalah simbol kehendak dan gairah. Demikian banyak hikmah positif berupa optimisme dan spirit hidup yang mengiringi datangnya berkah pagi. Bertemu pagi adalah sebuah keniscayaan, tetapi mengambil manfaat dari keistimewaannya adalah sesuatu hal yang harus diupayakan. Bagi seorang mukmin, waktu pagi adalah inspirasi cinta atas dasar iman yang dimilikinya. Cinta Rasulullah saw. pada keluarganya senantiasa dibuktikan beliau saat pagi hari tiba. Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw selama enam bulan pada tiap pagi yang masih gelap, selalu berjalan di tempat tinggal putrinya (Fatimah). Ia ketuk pintunya tiap kali hendak shalat shubuh seraya memanggil dengan penuh kasih, ”Shalat, shalat, wahai keluargaku, sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa-dosa kalian dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya”. Cinta Rasulullah saw pada pagi, adalah cintanya atas ampunan, pembersihan untuk diri dan keluarganya.

Oleh karenanya pagi tak sekedar sekuensial dari waktu. Ia adalah dasar filosofi hidup. Filosofi bergegas atau menyegerakan diri (syamarra). Pagi senantiasa datang dengan sekejap. Kesempatan dan waktu dalam kurun masa pagi hanya diberikan pada awalan detik-detiknya. Tiap pribadi seperti kita harus berlomba-lomba meraihnya (tanaffus’). Sedikit saja lalai, maka peluang meraih hikmah pagi akan hilang tak berbekas. Demikian pula dengan kehidupan yang kita jalani saat  ini. Kompetisi, persaingan, keharusan menentukan pilihan, hingga perebutan kesempatan merupakan keniscayaan yang pasti harus disapa oleh tiap jiwa yang merasakan hidup. Bergegas seperti pagi adalah kebutuhan siapa saja. Sebab filosofi pagi mengajarkan pada kita bahwa perjuangan mensejahterakan hidup ini diawali dari detik pertama kita menginginkan apa yang kita mau, bahkan sebelum kesempatan dan probabilitasnya datang. Kesejahteraan akan menghampiri orang-orang yang sungguh-sungguh berikhtiar serta ikhlas bersegera dalam takwa dan kebaikan.

Islam memberitahukan pada kita istilah istijabah fauriyah, yang berarti ’kesegeraan sambutan’. Yaitu kesadaran mendengar dan menyambut sepenuh hati untuk kali pertamanya. Merespon pada panggilan yang pertama. Gambarannya ialah seperti apresiasi Islam untuk orang-orang yang terlebih dahulu masuk Islam. Para sahabat yang beriman terlebih dulu di masa Rasulullah, tidaklah sama dengan yang beriman belakangan. Mereka yang beriman sebelum dibukanya kota Mekkah adalah berbeda dengan yang beriman setelah dibukanya kota Mekkah. Yang pertama cenderung lebih utama. Sebab saat orang lain masih ragu, berpikir dan menunda-nunda, ia telah susah payah memilih dan menanggung resiko atas pilihannya tersebut. Setali tiga uang dengan para mukmin yang merintis kebajikan menular dan kebaikan derivatif yang turun-menurun dilakukan orang lain. Mereka yang mengawali senantiasa memiliki derajatnya tersendiri dibanding mereka yang mengikuti. ”Barang siapa melakukan kebajikan maka baginya pahala kebajikan tersebut, ditambah pahala kebajikan dari orang-orang yang mengikutinya (meneladaninya), tanpa mengurangi pahala orang-orang yang meneladaninya tersebut”, demikian sabda baginda Rasulullah saw.

”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”.

(Terj. QS. Al Mu’minuun [23] : 60-61)

muhsin budiono


About muhsin budiono

Karyawan, Followership Practitioner dan Penulis Buku. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Marine Engineering (Lulus tahun 2006) dan Narotama University studi Management (Lulus tahun 2014). Followership Practitioner pertama di Indonesia [Certified by Ira Chaleff, Belgium-2017]. Anggota ILA (International Leadership Association). Pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Disaat banyak orang Indonesia memuji dan mendalami Leadership, muhsin memilih jatuh hati pada Followership sejak 2007 yang lalu. Di tahun 2013 muhsin menulis buku tentang belajar Followership ala Indonesia berjudul "The Jongos Ways" (TJW) yang fenomenal dan menggugah ribuan pekerja di Indonesia. Berbekal buku TJW muhsin semakin getol membumikan Followership ke seluruh penjuru nusantara secara cuma-cuma/tanpa memungut biaya melalui kegiatan-kegiatan seminar, bedah buku, pembuatan video animasi hingga konsultasi gratis. Hal itu dilakukan sebab menurutnya Indonesia sudah “terlambat” lebih dari 23 tahun dalam mengembangkan Followership. Atas upayanya tersebut pada akhir tahun 2014 muhsin mendapat undangan dari International Leadership Association untuk menghadiri International Followership Symposium di Amerika sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia. Disana ia intens berdiskusi dengan beberapa pakar followership dunia dan dinisbatkan sebagai pemerhati followership pertama dari Indonesia. Di tahun 2016 Muhsin juga mendapat kehormatan untuk berbicara tentang Followership dihadapan ratusan praktisi Human Resources di Indonesia dalam forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS). Sementara ini muhsin berkarya di Perusahaan Migas Nasional kebanggaan Indonesia: PT Pertamina (Persero) dan sedang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita sebagai International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang. Muhsin juga memiliki keinginan kuat untuk resign bekerja agar bisa kuliah/belajar lagi di Saudi Arabia guna mendalami teori Islamic Followership yang sedang dikembangkannya.

Discussion

No comments yet.

Your Comment Please . . .

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
82 days to go.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me

Error: Please make sure the Twitter account is public.

Follow me on Twitter

%d bloggers like this: