Road to 2023
Nulis Lepas

AGUS MAGETAN DAN MIMPI PEKERJA MIGRAN


Jam di layar HP menunjukkan pukul 00.25 WIB. Saya sedang menunggu boarding penerbangan ke Taiwan di Gate 1, Terminal 3 SKH, Soekarno Hatta Airport. Kenalan sama anak Magetan. Sebut saja namanya Agus. Sambil ngecharge HP di salah satu tower charger boarding room ia menyapa dan mengajak saya ngobrol duluan.
Kebetulan saya juga sdng ngecharge HP.

“Mas, tujuan ke Taipei juga kah?. Ini benar di Gate 1 ya?”. (Sambil menunjukkan tiketnya).
“Iya benar. Baru pertama keluar negeri ya Mas”, tanya saya balik.
Ia pun mengangguk.
“Sampeyan pasti orang Jawa Timur”, tebak saya.
“Inggih Mas. Logatku ngetarani yo Mas?.”.
Ternyata Agus asal Magetan. Desanya di daerah Parang. Dekat sama sirkuitnya Mario Aji, pembalap Moto2 GP asal Indonesia.

Agus lulus SMA thn 2023. Dia ke Taipei hendak kerja. Ngadu nasib. Orangtuanya hidup pas2an. Bapaknya meninggal sejak ia kelas 2 SD. Selang beberapa tahun kemudian Ibunya menikah lagi. Agus kini meninggalkan Ibunda bersama Ayah tirinya.
“Kok berani kerja diluarnegeri Mas?. Tempat kerjanya sudah jelas kah?. Jalur resmi atau bagaimana?”, kejar saya penasaran.
Agus menjawab dengan tenang. Tanpa ada kekhawatiran ditipu atau kemakan scam.
Ia daftar lewat PT yang direkomendasikan oleh Kakak sepupunya. Seingat saya Nama PTnya Blue diamond atau sejenisnya. Nah, kakaknya Agus ini kebetulan juga PMI (Pekerja migran Indonesia), tapi kerja di Korsel. Gajinya?. Jangan tanya. Meski cuma lulusan SMA tapi kalau sama lemburan angkanya bisa nembus sampai 50juta. Padahal kerjanya “cuma” bersihkan botol dan wadah kaca di perusahaan lokal. Saya tidak tanya lebih lanjut, tapi kemungkinan berhubungan dengan bahan kimia tertentu untuk membersihkannya.

Oh iya, Agus daftar PMI mengandalkan ijazah SMA juga. Dijamin keaslian ijazahnya. Tak perlu tes uji forensik. Sebelum berangkat ke Taipei, Ia sebenarnya juga belajar bahasa korea. Karena ingin ikut jejak kakak sepupunya kerja di Korea. Tapi meski sudah kursus 6 bulan nilai ujian bahasa koreanya belum mencapai 95 sebagai nilai minimum yang dipersyaratkan. Nilai Agus cuma 87. Kurang dikit padahal. Walhasil Agus coba peruntungan di Taipei.

Dan jalannya ternyata tak semulus yang saya bayangkan. Untuk jadi PMI sebenarnya ada 3 jalur. Jalur pertama daftar langsung lewat BP2MI atau (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia). Setelahnya calon pekerja akan diikutsertakan OPP (Orientasi Pra Pemberangkatan). Biasanya ini melibatkan LPK atau Lembaga Pelatihan Kerja.

Jalur kedua lewat Visa Panggilan. Jadi nama kita diajukan dulu ke Perusahaan2 yang buka lowongan dan mau menerima kita. Siapa yang mengajukan?. Tentunya PT atau Agensi yang sebelumnya sudah kita bayar. Apakah aman?. Menurut pengalaman Agus relatif aman. Karena pemberi kerjanya sudah pasti. Tinggal berangkat saja. Semua diurus agensi. Bahkan sampai penempatan dan mess Pekerja di Taiwan ada yang menyiapkan.

Jalur ketiga yakni lewat Sponsor. Jalur ini yang mengkhawatirkan. Karena bisa jadi sponsornya tak amanah. Sudah bayar sekian juta namun ternyata uang tersebut tak dibayarkan ke Agensi. Walhasil sama Perusahaan di Taiwan tak dipanggil-panggil. Jalur sponsor ini sering disebut jalur calo. Ya namanya calo ada kalanya tak amanah tapi ada juga yang bener. Bahkan sampai nalangi dulu keperluan akomodasi calon PMI yang mau berangkat. Ibaratnya rela keluar uang didepan memodali calon PMI.

Agus pakai jalur kedua. Yang ternyata tak semulus bayangan saya. Ia sempat luntang-luntung 2 bulan di Jakarta hanya untuk menunggu panggilan. Beberapa kali bolak-balik Jakarta Magetan untuk menunggu panggilan atau administrasi yang belum lengkap di Taiwannya. Sempat kerja juga di daerah Karawang selama 2 atau 3 bulan (lupa saya) di salah satu vendornya Sampoerna. Disitu penghasilannya lumayan untuk lulusan SMA fresh graduate macam Agus. Kalau sama lembur bisa dapat 200ribu/hari. Kerjanya bantu angkat-angkat mesin dan equipmentnya pakai manual atau pakai alat bantu (kalau beratnya diatas 25 kg).

Jadi dari bayar pertama ke Agensi sampai dengan berangkat Agus butuh waktu sekitar 6 bulan. Lama ga sih?. Bagi Agus katanya itu relatif sebentar. Karena di kampungnya ada yang nunggu sampai 1 tahun. Ada juga yang 1,5 tahun belum berangkat-berangkat. Bekerja merantau ke Taiwan Agus berangkat sendiri. Rombongannya memang nampak ada 6 orang. 5 lelaki dan 1 perempuan. Tapi kelima anak muda lainnya itu tidak 1 PT dengan Agus. Bahkan pekerjaannya beda. Agus di bidang Konstruksi, sementara 5 yang lainnya dibidang teknik tapi non konstruksi.

Sebelum berpisah (karena sebentar lagi panggilan naik ke pesawat), Agus sempat menyampaikan penyesalannya. Bukan karena tak bisa kerja di Korea, tapi karena ia baru tahu kalau ada jalur pertama. Jadi ceritanya ia sudah bayar termin pertama ke Agensinya sebesar Rp 5juta untuk pendaftaran awal. Setelah dapat kepastian visa dan perusahaan yang mau menerima ia bayar lagi Rp 15juta. Nah disinilah ia baru tahu kalau ada jalur pertama yang biayanya jauh lebih murah. Jadi total uang yang Agus keluarkan untuk bisa kerja ke Taiwan Rp 20juta?. Bukan. Ia masih harus membayar lagi biaya “final” sejumlah Rp 50juta. Berarti totalnya 70juta. Belum termasuk biaya survival di Jakarta dan bolak-balik Jakarta Magetan dalam masa menunggu keberangkatan.

Eh, tulisannya belum selesai. Apakah keluar uang 70juta worth it dengan penghasilan di Taiwan?. Well, sebagai gambaran untuk 3 bulan pertama gaji Agus akan dipotong agensi sebesar 30%. Tapi meskipun sudah dipotong 30% dan dikurangi biaya hidup di Taiwan masih ada sisa yang cukup untuk ditabung atau buat kirim ke orang rumah di Magetan.

Gaji Agus nantinya 35000 NT (New Taiwan dollar) atau kalau dirupiahkan sekitar 19juta. Termasuk besar untuk ukuran lulusan SMA. Apalagi umur baru 20 tahun. Saya saja dulu kerja selepas lulus kuliah gaji tak sampai 5 juta. Jadi nyesek kan dengar gaji Agus gedenya segitu. Tapi rejeki orang beda-beda. Agus harus berpisah jauh dengan keluarga. Ada harga yang harus dibayar dengan gaji sebesar itu. Kata orang jawa sawang sinawang.

Wait, kalau sama lembur gaji Agus bisa berapa?. Sekali lagi ia menjawab kalem: “Yah, kalau sama lembur tiap hari dan hari sabtu mungkin bisa tembus 35juta”.
Alamak. Kalah gaji pegawai BUMN. Tak heran kalau tagar #kaburajadulu banyak anak muda yang minat. Ternyata memang segurih itu. Eh gimana, kamu mau coba juga jadi PMI kerja diluarnegeri?. Ya setidaknya siapkan dulu tekad yang kuat dan segera seleksi ke BP2MI. Atau bisa juga sediakan dulu saja 70juta. (end).
.
.
.
Muhsin Budiono
26 Mei 2025.
Taoyuan-Taipei Airport (TPE)

Unknown's avatar

About muhsin budiono

Karyawan, Followership Practitioner dan Penulis Buku. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Marine Engineering (Lulus tahun 2006) dan Narotama University studi Management (Lulus tahun 2014). Followership Practitioner pertama di Indonesia [Certified by Ira Chaleff, Belgium-2017]. Anggota ILA (International Leadership Association). Pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Disaat banyak orang Indonesia memuji dan mendalami Leadership, muhsin memilih jatuh hati pada Followership sejak 2007 yang lalu. Di tahun 2013 muhsin menulis buku tentang belajar Followership ala Indonesia berjudul "The Jongos Ways" (TJW) yang fenomenal dan menggugah ribuan pekerja di Indonesia. Berbekal buku TJW muhsin semakin getol membumikan Followership ke seluruh penjuru nusantara secara cuma-cuma/tanpa memungut biaya melalui kegiatan-kegiatan seminar, bedah buku, pembuatan video animasi hingga konsultasi gratis. Hal itu dilakukan sebab menurutnya Indonesia sudah “terlambat” lebih dari 23 tahun dalam mengembangkan Followership. Atas upayanya tersebut pada akhir tahun 2014 muhsin mendapat undangan dari International Leadership Association untuk menghadiri International Followership Symposium di Amerika sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia. Disana ia intens berdiskusi dengan beberapa pakar followership dunia dan dinisbatkan sebagai pemerhati followership pertama dari Indonesia. Di tahun 2016 Muhsin juga mendapat kehormatan untuk berbicara tentang Followership dihadapan ratusan praktisi Human Resources di Indonesia dalam forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS). Sementara ini muhsin berkarya di Perusahaan Migas Nasional kebanggaan Indonesia: PT Pertamina (Persero) dan sedang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita sebagai International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang. Muhsin juga memiliki keinginan kuat untuk resign bekerja agar bisa kuliah/belajar lagi di Saudi Arabia guna mendalami teori Islamic Followership yang sedang dikembangkannya.

Discussion

No comments yet.

Your Comment Please . . .

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
Seorang muslim terlalu besar untuk memiliki cita-cita yang kecil. Jangan menyerah. Tetap istiqomah. Where there is a will there is a way.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me on Twitter