“Hobinya nulis ya mas muhsin?”, itu kalimat tanya yang sering dilontarkan kawan atau orang yang baru saya kenal ketika mengetahui kalau saya sudah menulis dan menerbitkan tiga judul buku. Terus terang saya agak bingung kalau ditanya soal hobi, sebab di benak saya hobi itu kan segala sesuatu hal yang sering kita lakukan dan kita memang enjoy melakukannya. Masalahnya hanya ada 2 hal yang sering dan enjoy saya lakukan tiap hari : Pertama, Tidur di springbed yang empuk. Kedua, bercengkerama dengan istri diatas ranjang. Uhuk..uhuyy. ^_^ Kalau merujuk pengertian ‘hobi’ diatas, berarti menulis bagi saya bukan termasuk hobi. Sebab saya tidak tiap hari menulis. Dan jujur saja ketika menulis buku saya kurang begitu enjoy, sebab benar-benar memeras otak dan bikin senewen kalau hal menarik yang sempat kepikiran untuk ditulis tiba-tiba terlupakan hanya gara-gara tukang bakso langganan saya teriak-teriak di depan rumah menawarkan dagangan. Ah, saya mah gitu orangnya. Sering lupa akan sesuatu. Tapi bagi saya hal itu tidak masalah, yang penting jangan sampai lupa sama nama istri sendiri. Bahaya. Bisa hilang kepala saya. Ha..ha.
Menulis sebuah buku sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit, namun juga bukan hal yang mudah. Namun demikian saya percaya kalau setiap orang bisa menulis buku. Tidak peduli dia bisa baca-tulis atau tidak, orang miskin ataukah kaya, tua atau muda, buta atau bisa melihat, cacat atau normal, sepanjang punya minat dan mau istiqomah saya yakin sebuah buku bisa dilahirkan oleh orang tersebut. Lantas apakah yang menyebabkan seseorang bisa menulis buku?. Apakah harus punya bakat?Saya kok kurang percaya kalau menulis buku itu butuh bakat. Buktinya diluarsana ada orang-orang yang tidak berbakat menulis tapi bisa bikin buku dengan membayar ghost writter. Atau meminta orang lain untuk menuliskan kisah hidupnya hingga menjadi sebuah buku.
Anda bisa saja melakukan itu (sewa ghost writter), namun syaratnya Anda harus punya duit buat bayar jasa penulis hantu tadi dan kisah hidup Anda memang benar-benar menarik untuk ditulis. Bukan sekedar kisah hidup rutin yang dilakukan ratusan juta orang di muka bumi ini. Sebab kisah yang rutin tidaklah menarik. Kalau hidup Anda cuma berkutat pada tempat kerja dan rumah, tiap hari siklus kegiatan hanya muter pada persoalan cari duit/kerja–>nyenengin anak-istri–>makan & minum–>rekreasi–>tidur–>belanja–>ngerawat tubuh–>cari duit lagi, maka jangan coba-coba menulis buku tentang kisah hidup Anda. Lebih baik Anda beli handycam atau smartphone yang kameranya mumpuni lalu gunakan untuk merekam beberapa cuplikan aktifitas rutin diatas. Lumayanlah buat kenang-kenangan cucu dan cicit Anda dimasa depan.
Beberapa bulan lalu saya membentuk gerakan menulis buku yang dinamakan SakBuku. Singkatan dari “Satu Karyawan Satu Buku”. Harapannya bisa menjadi wadah untuk tukar pikiran, diskusi, saling mengisi bahan penulisan buku, menghubungkan ke penerbit buku, sharing pengalaman, dll. Anggotanya lumayan banyak. Cuma 7 orang. Ada yang dari Malang, Jogjakarta, Surabaya, Sidoarjo dan Jakarta. Anggota paling jauh berasal dari Gorontalo. Namanya Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang unik dan berbeda dengan fasilitator lainnya. Mas Yusuf bekerja untuk sebuah LSM atau NGO. Kisah hidupnya menarik dan penuh perjuangan, sebab itulah kami memutuskan untuk bersama-sama menulis sebuah buku tentang Pemberdayaan Masyarakat. Apakah bukunya sudah jadi?. Belum. Baru selesai sekitar 40% dan sedang jalan di tempat. Apakah kami menyerah? Tidak. Kami sadar terkadang untuk menulis buku memang dibutuhkan waktu yang cukup lama. Yang penting jangan pernah menyerah lantas menghilangkan niatan menulis buku. Mohon doanya agar buku kami bisa selesai sebelum akhir tahun 2015.
Anggota berikutnya bernama Mukhlis Ndoyo Said. Saya tidak tahu apakah masih ada hubungan keluarga dengan Menteri ESDM Sudirman Said yang itu, namun Anda bisa searching di Mbah Google kalau ingin mengenal sosok Mas Mukhlis. Menurut hemat saya perawakan Mas Mukhlis lumayan mirip dengan Lee Min Ho (artis Korea terkenal). Putih, tinggi dan menawan. Yah, mirip-mirip saya waktu masih kuliah di ITS tahun 2002 dulu. He..he. Cuma bedanya Mas Mukhlis ini tinggi, sedangkan saya pendek dan kecil. Kalau Anda yang membaca tulisan ini adalah remaja putri yang masih jomblo, saya sarankan Anda untuk mengenal dan mencari tahu sosok Mas Mukhlis. Eh, siapa tahu berjodoh. Karena Mas Mukhlis ini High Quality Jomblo, masih muda dan berpotensi besar (sangat besar) untuk menjadi orang sukses dan terkenal di masa depan. #Promosi Nih. ^_^
Mas Mukhlis bergabung di Gerakan SakBuku pada awal bulan Maret 2015. Dari kesibukannya sebagai olahragawan (atlet tennis) dan Presiden BEM ITS (sekarang sudah mantan) bisa ditebak kalau jalan hidupnya menarik untuk diabadikan dalam sebuah buku. Dan kerennya ia sudah menyetorkan pada saya kumpulan beberapa artikel tulisan karya sendiri yang ringkas dan enak dibaca. Tinggal mengolah sedikit dan revisi di beberapa bagian maka kumpulan artikel tersebut bisa menjadi buku. Singkat cerita kamipun sepakat menulis buku bersama. Tema bukunya tentang keberanian dalam memilih jalan hidup. Alhamdulillah judulnya sudah ditentukan : Garpu Pilihan Hidup. Apakah bukunya sudah jadi?. Belum. Baru selesai sekitar 40% dan sedang jalan di tempat. Apakah kami menyerah? Tidak. Kami sadar terkadang untuk menulis buku memang dibutuhkan waktu yang cukup lama. Yang penting jangan pernah menyerah lantas menghilangkan niatan menulis buku. Mohon doanya agar buku kami bisa selesai sebelum akhir tahun 2015. (kalimat underline copy paste dari atas. He..he).
Oh iya, ada satu hal lagi yang perlu saya ceritakan. Sekitar 1,5 bulan terakhir saya dan Mas Mukhlis tidak intens berkomunikasi, dan secara tiba-tiba empat hari yang lalu Mas Mukhlis mem-posting sebuah poster di group WhatsApp Gerakan SakBuku (di SakBuku ini lebih sering kami berkomunikasi lewat WA). Isinya mengejutkan sekali. Surprise!. Poster itu berisi tawaran untuk melakukan pre order atas sebuah buku yang selesai ditulis Mas Mukhlis sendiri. Judul bukunya “Metamorfosa : Dari Siswa Jadi Mahasiswa”. Hebatnya lagi buku Mas Mukhlis tersebut sudah mendapat endorsemet dari beberapa orang top di Indonesia. Diantaranya adalah dr. Gamal Abinsai dan Prof. Joni Hermana. Salut. Selamat atas terbitnya buku perdana Mas Mukhlis. Bagi Anda yang berminat, silahkan membeli bukunya Mas Mukhlis. Harganya hanya Rp. 36K lho, tapi kalau beli di saya bisa jadi Rp. 40K. Maklum makelar. ^_^
Sebenarnya masih ada 5 nama lagi yang sosoknya juga tidak kalah menarik dan ingin saya ceritakan, hanya saja saya tidak ingin tulisan ini menjadi terlalu panjang. Insya Allah di tulisan berikutnya saya akan lanjutkan untuk membahas satu persatu anggota SakBuku lainnya. Mereka adalah Mbak Rini Navarin, Mas Anggoro Cipto Ismoyo, Mas Ralindra Kartanama, Mas Nanda Septiantoro dan Mas Arie Effendi. Oh iya bagi Anda yang terlanjur membaca tulisan ini mohon diingatkan kalau besok-besok saya sampai lupa menceritakan sosok kelima orang diatas. Maklum saya ini orangnya agak pelupa. Yang penting jangan sampai lupa nama istri. Bahayaaa. Bisa hilang kepala saya. Ha..ha.
Salam SakBuku. “Real” Books Never Die.
-muhsin budiono
Bravo Mas Bro!!!!
emang kalau lagi nulis selain lupa nama istri, bisa lupa makan, lupa mandi.. wkwkwk, penulis gokil..
tapi kalau lagi nulis puisi, sampai lupa malam mingguan *curhat!!! udah kayak orang autis kadang-kadang #aku..
Sukses selalu, salam buat istrinya ya #singsabaryambak
LikeLike