Di pagi hari yang cerah dan menyenangkan ini, saya mendapat berita tragis dari daerah desa Okogbe-Delta Niger. Delta Niger adalah daerah penghasil minyak di Nigeria. Melihat foto dan jumlah korban terbakar yang jatuh akibat tragedi itu tanpa sadar saya menelan ludah dan perut terasa diaduk-aduk. Pusing. Lebih dari 100 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka setelah truk tangki yang mengangkut bahan bakar minyak terguling dan meledak.
Pikiran saya lantas melayang-layang ke kejadian yang pernah saya alami 2 tahun lalu saat truk tangki Pertamina terguling, jatuh dari atas jalan tol ke depan lapangan sepak bola (sekitar 8 meter dibawah tol) di kawasan padat Bungurasih-Surabaya. Alhamdulilah tidak ada korban jiwa sama sekali. Awak mobil tangki selamat dengan hanya luka lecet di kaki dan lengan. Namun demikian sebagian BBM tertumpah di parit kecil dan lahan kosong di depan lapangan bola. Dengan sistem interlock dan standar pengaman lainnya pada mobil tangki tersebut semestinya BBM dalam tangki tidak akan tertumpah meski truk terbalik atau terguling. Hanya saja saya lihat saat itu lambung tangki sebelah kiri peyok dan sobek beberapa centimeter, rupanya BBM keluar dari situ.
Hanya sekitar setengah jam lepas kecelakaan terjadi, truk tangki yang ringsek teronggok sudah terkepung menjadi tontonan warga sekitar. BBM yang tumpah, mengalir dan tergenang di radius sekitar 25 meter sungguh sangat menggoda untuk tidak hanya dilihat. Berbekal jerigen, botol kosong atau ember seadanya puluhan warga berebut “menyendok” BBM yang jelas-jelas mudah terbakar. Tragis. Tidak hanya orang dewasa yang menyerbu “rejeki dadakan” tersebut, anak-anak kecil dan para ibu juga ikut nimbrung menjadi “kolektor” minyak yang tumpah. Yang lebih miris, dengan mata kepala sendiri saya melihat ada Ibu-ibu yang memungut minyak sambil menggendong bayi memakai selendang di dadanya. Bayangkan uap dan aroma BBM yang menusuk hidung harus terhirup orok/jabang bayi sekecil itu. Jujur, dalam kasus seperti ini saya tiba-tiba sepakat kalau kaum Ibu lebih baik ngerumpi didepan rumah, asyik belanja di supermarket atau berlama-lama di depan “kotak ajaib” nonton sinetron murahan yang banyak ditayangkan oleh stasiun TV kita.
Meskipun agak lama, untungnya petugas keamanan segera bertindak tegas dan evakuasi truk tangki bisa secepat mungkin diupayakan. Pada intinya musibah yang lebih tragis tidak sampai terjadi. Kembali ke musibah di Nigeria diatas. Saya ingin menyampaikan belasungkawa dan keprihatinan sedalam-dalamnya. Saya yakin Andapun demikian. Hanya saja seharusnya tragedi ini menjadi tamparan bagi pemerintah di Nigeria. Memang sampai sekarang saya belum pernah menjejakkan kaki ke sana, tapi dari banyak kabar/berita yang ada mengatakan bahwa kecelakaan biasa terjadi di jalan-jalan Nigeria karena banyak yang tidak terawat dengan baik dan dipenuhi lubang. Maret lalu satu truk tangki terbakar setelah tergelincir di Port Harcourt, di Nigeria selatan, menewaskan enam orang dan melukai beberapa orang lainnya. Sementara April lalu api yang berasal dari truk tangki minyak yang terbalik di dekat pos pemeriksaan militer di Nigeria tengah menewaskan sekitar 50 orang. Sebagian besar warga adalah dari kalangan miskin. Di satu daerah kebanyakan orang hidup dengan penghasilan kurang dari dua dolar Amerika Serikat. Kemiskinan membuat kesempatan mengambil bahan bakar yang tercecer menjadi godaan yang terlalu berat untuk dilawan, meskipun harus menghadapi risiko terpanggang hidup-hidup.
Seorang potografer AFP menuturkan kalau banyak dari para korban adalah pengendara sepeda motor dan tukang ojek yang saat itu berlomba-lomba untuk mengambil luberan minyak dan memasukkan ke dalam kendaraan mereka. Puluhan wanita dan anak-anak juga menjadi korban. Pihak berwenang mengatakan kendaraan truk tangki minyak yang terbalik tidak segera terbakar. Alhasil penduduk desa terdekat bergegas mengumpulkan bahan bakar yang tumpah. Tapi tangki minyak itu kemudian meledak, membakar banyak warga hingga tewas. Saksi mata mengatakan, sejumlah mayat hangus masih terbujur di lokasi kecelakaan beberapa jam setelah ledakan, termasuk jasad anak-anak dan perempuan. Puluhan lainnya mengalami luka bakar parah, meskipun ada peringatan dari pasukan yang tiba di lokasi kecelakaan bahwa api bisa menyala setiap saat. Lebih dari 100 orang tewas, sementara sekitar 50 orang dengan luka bakar parah telah dirawat di rumah sakit. Karena parahnya luka bakar, korban jiwa bisa bertambah. Lebih dari 85 korban telah dimakamkan secara massal di dekat lokasi, mengingat mereka sudah sulit dikenali.
Nigeria, produsen terbesar minyak di Afrika, dirongrong korupsi dan ketidakefisiensian dalam pemerintahan. Selama bertahun-tahun, hanya separuh program anggaran dilaksanakan. Jalan timur-barat, yang membentang di seluruh wilayah penghasil minyak dan sering menjadi penyebab kecelakaan, telah dijadwalkan diperbaiki selama hampir satu dasawarsa dan uang dialokasikan untuk itu di dalam anggaran setiap tahun.
Musibah minyak terbakar bukan kali pertama terjadi di Nigeria. Beberapa tahun lalu tercatat ribuan warga meregang nyawa dalam sejumlah aksi pengambilan minyak dari bocoran pipa penyalur bahan bakar. Bocoran minyak tersebut terjadi secara alami maupun sengaja di rusak oleh warga. Seluruh insiden diatas adalah potret tragis dari sebuah negara kaya minyak namun rakyat berada dibawah garis kemiskinan. Meskipun Indonesia bukan negara yang kaya minyak namun saya tidak berharap kalau tragedi truk tangki yang meledak dan membakar warga terjadi disini. Semoga membawa hikmah dan pelajaran bagi kita semua.
muhsin-budiono
Discussion
No comments yet.