Road to 2023
Belajar Islam

Dua Yang Takkan Pernah Bersatu


Pemudi itu sebentar saja menatap saya dengan tatapan tajam. Meskipun matanya tak seindah mata bidadari kahyangan tapi dengan tatapan seperti itu lelaki manapun di dunia ini pasti akan segera menelan ludah sebab hatinya serasa tertusuk. Tunggangannya, sebuah motor matic baru berwarna putih -tanpa noda seperti baru keluar dari salon cuci motor- seakan turut menyempurnakan keindahan tubuh yang terbalut seragam sekolah menengah itu. Warna putih, mungkin seputih tubuh pengemudinya. Entah kenapa pikiran ini seketika menjadi liar dan pertemuan tak direncanakan di  lampu merah dipertigaan jalan itu ternyata bakal mendatangkan hikmah tersendiri beberapa menit kemudian.

Dua yang takkan bersatuTak habis pikir, kenapa ia yang sendirian itu berhenti tepat disebelah saya yang juga sedang sendiri. Kenapa tidak dibelakang atau di depan saya?. Bau wangi keringat tubuhnya menjadi jelas tercium karena memang jarak antara lengan kami begitu dekat, sedekat alis dengan janggut. Atau karena sebab lain : arah angin yang menguntungkan serta indra penciuman saya tiba-tiba kemampuannya meningkat karena desakan maksiat yang juga meningkat. Andai saat itu saya belum menikah, mungkin saya akan segera melepas helm lantas memberikan senyum manis terbaik saya untuknya. Anda tahu, gadis SMA ini tidak membawa tas sekolah dan tidak mengenakan jaket. Hanya sweater tipis warna ungu yang disematkan untuk melindungi kulit pualam-nya dari sinar matahari. Sementara rambutnya yang hitam arang selembut sutra timur tengah dibiarkan terjuntai dibelakang punggung. Dari gerakan kepala dan kabel hitam yang terjulur masuk kedalam helm yang dikenakan, saya yakin kalau ia sedang asyik mendengarkan musik dari headset handphonenya. Mungkin lagu pop atau sejenis R&B. Yang jelas bukan alunan murottal atau ceramah agama yang  sedang berdengung digendang telinganya. Yang agak saya herankan lagi kenapa saat jam pelajaran seperti itu ia tidak duduk manis dibangku kelas untuk menyimak pelajaran?. Sedikit khusnudzon saya beranggapan bahwa jam 10 pagi seperti ini adalah jam istirahat dan bisa jadi ia meminta ijin sekolahnya pulang sebentar untuk mengambil buku praktikum yang tertinggal dirumah. Atau untuk mengambil dompet, kacamata, pembalut, atau apapun itu yang bisa tertinggal. Pemikiran saya kiranya memang benar, karena saat lampu merah kurang 2 detik akan berganti hijau, ia sudah tancap gas dan sukses membuat gusi ini terasa ngilu.

Spontan adrenalin saya membuncah dan dengan sigap berusaha mengejar mendahului laju motornya. Seru, bak seorang polisi yang mengejar penjambret saya dan dia meliuk-liuk disela-sela kendaraan lain di jalan tengah kota. Sebetulnya saya sadar benar kalau berbalapan ini melanggar hukum, tapi jujur saja, saya tidak bisa terima gaya ‘egoisnya’ dilampu merah tadi yang seperti menantang untuk berbalapan.

Selang beberapa detik kemudian saya sukses mendahului beberapa meter dan rupanya ia ‘tidak terima’ untuk kemudian menambah kecepatan dan berusaha menyalip. Setelah puas menyalip saya, motor matic-nya melaju kian kencang. Seandainya bayangan putra saya tidak terbersit di pandangan, mungkin saya akan tetap salip-menyalip dengannya. Laju motor saya perlambat dan lantas ‘nyebut’ ke Sang Khalik –mumpung lagi ingat sama istighfar-.  Selanjutnya Anda mungkin tidak akan percaya pada apa yang saya ceritakan. Dari jarak sekitar 25 meter saya melihat dengan jelas kalau motor gadis itu spontan menjadi tak terkendali sebab kemunculan seorang pejalan kaki yang super tiba-tiba. Ia mencoba menghentikan laju motor secara drastis. Rupanya pengendara motor dibelakangnya tak sempat bermanuver dan dengan serta merta ‘nyeruduk’ dari belakang. Penabrak dan yang ditabrak terjengkang keras. Singkat kata nasib sangat buruk menimpa sang gadis, ia terjerembab terguling ke tengah jalan dan sebuah mobil yang sedang melaju tak sempat menghindar melintas diatas tubuhnya. Suasana terasa begitu mencekam dan gadis itu bergeming tergeletak di badan aspal. Saya menghentikan motor dan menarik napas panjang untuk menormalkan kondisi psikis barang beberapa detik. Keinginan saya tergerak untuk menolong tapi sudah terlalu banyak pemakai jalan lain yang sigap mengerubungi TKP.  Saya tak bisa memastikan apakah gadis tersebut meninggal atau atau tidak, namun rasa-rasanya melihat langsung kejadian yang ada sungguh sebuah keajaiban kalau sang gadis bisa selamat.

Rekan pembaca yang budiman, siapakah diantara Anda yang ingin menutup usia seperti kisah diatas? Kematian memang sebuah misteri dan ia pasti akan datang pada kita dengan cara yang tidak terduga sama sekali. Namun demikian, siapakah dia yang menghendaki meninggal dengan diiringi suara musik dan penyanyi yang haram. Siapakah yang ingin dijemput malaikat maut dalam keadaan seperti itu?.

Siapapun diri Anda, ketika sedang berkendara dan ingin mencari channel radio atau memutar CD, atau ketika meraih handphone maupun pemutar musik digital lainnya untuk mendengarkan suara penyanyi kesukaan Anda, ingatlah baik-baik bahwa kematian bisa datang menjemput kapan saja. Bahkan ketika kondisi tubuh sedang fit 100% dan sekalipun Anda ekstra hati-hati dalam berkendara.

Sekarang bertanyalah dengan lembut pada diri Anda, “Akhir hayat seperti apakah yang Anda inginkan?”. Apakah Anda ingin menghembuskan napas terakhir dengan diiringi bacaan Al-Qur’an maupun dzikir; atau Anda ingin kematian Anda diiringi dengan nyanyian dan alunan musik setan?.

Rekan pembaca yang saya cintai,

Dua hal yang takkan pernah bersatu. Orang yang mendapat cobaan serta ujian dengan suka mendengarkan musik atau senandung lagu, sudah dapat dipastikan kalau ia akan menjauh dari bacaan Al-Qur’an. Sebab kecintaan dan kenikmatan mendengar lantunan ayat suci Qur’an selamanya tidak akan pernah bersatu dengan kecintaan terhadap nyanyian setan. Kalau Anda senang mendengarkan musik sudah barang tentu Anda akan tidak menyenangi mendengarkan Al-Qur’an. Jika Anda hobi melantunkan senandung lagu-lagu yang biasa dinyanyikan artis Ibukota maka bisa dijamin kalau Anda akan jarang (bahkan tidak hobi) untuk membaca Al-Qur’an. Pendek kata, kalau kita menyukai musik dan nyanyian pasti kita akan meninggalkan Al-Qur’an dan dzikir. Meminjam perkataan dari dr. Khalid bin Abdul Azis : ini adalah musibah yang besar dan kecelakaan yang parah.

“Cinta Al-Qur’an dan cinta nyanyian. Tidak akan pernah bersatu dalam hati seorang hamba”, demikianlah Ibnul Qayyim menyampaikan pada kita semua.

Bayangkanlah bila sehari-hari kita ditemani oleh seorang teman yang senantiasa menyesatkan dan menunjukkan semua jalan keburukan. Teman itu adalah setan. Relakah kalau setan menjadi teman keseharian kita?. Jika jawaban kita adalah “ya”, maka ucapkanlah selamat datang pada semua keburukan, kemaksiatan dan kegundahan hati. Simaklah ayat Qur;an berikut :

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Rabb) Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Al-Zukhruf : 36)

Saudaraku, takutlah kepada Allah dan berniatlah untuk meninggalkan musik dan nyanyian agar kita mendapatkan akhir hayat yang barokah : husnul khatimah. Camkanlah selalu bahwa cinta pada Al-Qur’an dan cinta nyanyian, tidak akan pernah bersatu dalam hati seorang hamba. Janganlah engkau berpaling dari pengajaran Allah (Al-Qur’an) sehingga diadakanlah setan untuk menjadi teman setia yang selalu menyertai. Belum terlambat untuk berjalan diatas titian yang lurus. Belum tertutup pintu taubat untuk menggapai kasih sayang-Nya. Semoga kelembutan selalu bersemayam dihati kita masing-masing. Memindahkan gunung didasar lautan seringkali terasa lebih mudah daripada menasehati hati yang keras lagi membatu.

Allah dibalik semua kehendak dan Dia-lah yang memberi petunjuk.

Wallahu ‘alam bishawab.

muhsin budiono

About muhsin budiono

Karyawan, Followership Practitioner dan Penulis Buku. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Marine Engineering (Lulus tahun 2006) dan Narotama University studi Management (Lulus tahun 2014). Followership Practitioner pertama di Indonesia [Certified by Ira Chaleff, Belgium-2017]. Anggota ILA (International Leadership Association). Pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Disaat banyak orang Indonesia memuji dan mendalami Leadership, muhsin memilih jatuh hati pada Followership sejak 2007 yang lalu. Di tahun 2013 muhsin menulis buku tentang belajar Followership ala Indonesia berjudul "The Jongos Ways" (TJW) yang fenomenal dan menggugah ribuan pekerja di Indonesia. Berbekal buku TJW muhsin semakin getol membumikan Followership ke seluruh penjuru nusantara secara cuma-cuma/tanpa memungut biaya melalui kegiatan-kegiatan seminar, bedah buku, pembuatan video animasi hingga konsultasi gratis. Hal itu dilakukan sebab menurutnya Indonesia sudah “terlambat” lebih dari 23 tahun dalam mengembangkan Followership. Atas upayanya tersebut pada akhir tahun 2014 muhsin mendapat undangan dari International Leadership Association untuk menghadiri International Followership Symposium di Amerika sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia. Disana ia intens berdiskusi dengan beberapa pakar followership dunia dan dinisbatkan sebagai pemerhati followership pertama dari Indonesia. Di tahun 2016 Muhsin juga mendapat kehormatan untuk berbicara tentang Followership dihadapan ratusan praktisi Human Resources di Indonesia dalam forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS). Sementara ini muhsin berkarya di Perusahaan Migas Nasional kebanggaan Indonesia: PT Pertamina (Persero) dan sedang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita sebagai International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang. Muhsin juga memiliki keinginan kuat untuk resign bekerja agar bisa kuliah/belajar lagi di Saudi Arabia guna mendalami teori Islamic Followership yang sedang dikembangkannya.

Discussion

No comments yet.

Your Comment Please . . .

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
82 days to go.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me

Error: Please make sure the Twitter account is public.

Follow me on Twitter

%d bloggers like this: