Mengatasi Rasa Bosan. Kawan-kawan semua, ini salah satu pertanyaan yang saya dapat ketika mengisi kajian di Kantor salah satu Badan Amil Zakat di Surabaya tanggal 22 Februari kemarin. Pertanyaannya adalah “Bagaimana mengatasi rasa bosan?”. Dikarenakan waktu yang tidak mencukupi maka saat itu saya hanya menjawabnya dengan ringkas. Khawatir kalau jawabannya tidak memuaskan maka saya memutuskan untuk menulis artikel ini sebagai pengembangannya. Bagaimana jika setelah membaca artikel ini ternyata rekan penanya tersebut tetap belum terpuaskan?. Ah, gitu aja kok repot. Barangkali saya harus mengatakan : “Kalau Anda kurang puas dengan jawaban saya mohon maaf, karena saya bukan alat pemuas”. (^_^)
Kawan-kawan semua, saya ingin berbagi cerita nih.
Malam itu, selepas memberikan materi “Studium Generale” bagi adik-adik mahasiswa di wilayah Nginden-Surabaya, seorang mahasiwa (bukan mahasiswi) yang cukup good looking (Tinggi, tidak kurus ataupun gemuk, rambut oke, pakaian rapi, kulit putih, gigi rata, senyum mantap. Yah ciri lainnya kurang lebih mirip-mirip saya begitu) menghampiri dan menjabat tangan saya. Ia menanyakan judul buku yang isinya sempat saya bahas panjang lebar dalam studium generale barusan. Setelah memberikan judul buku berikut nama penulisnya kamipun berkenalan dan bertukar handphone . . eh bertukar nomer handphone. Ia mengaku sebagai mahasiswa di salah satu kampus negeri ‘XXXX’ di Surabaya. Sebut saja nama mahasiswa ini “Melati”. Halah, kok Melati sih Mas?. Kayak inisial korban pelecehan seksual di koran-koran kriminal. Baiklah, saya revisi. Sebut saja namanya “FD”. Sungguh momen menyenangkan dan menjadi penghargaan tersendiri bagi saya bisa menyapa dan menjabat tangan mas FD dikesempatan yang singkat itu.
You must be logged in to post a comment.