Alhamdulilah. Senang sekali rasanya, setelah menanti 3 tahun lebih pada akhirnya buku pertama saya ini selesai naik cetak dan sudah terbit ISBN-nya. Maklum, buku ini sudah selesai saya tulis di akhir tahun 2009 dulu dan baru bisa terbit secara maya di blog ini. Buku JTIG (Jadi Trainer Itu Gampang) Sudah banyak makhluk yang menanyakan ke saya versi cetaknya. Dulu cukup tengsin plus stress juga ketika ada kenalan yang tiba-tiba memesan versi cetaknya sebanyak 20 eksemplar atau lebih. Saya cuman bisa mesem cengar-cengir sambil ngomong : “Maaf Bos, itu bukunya belum naik cetak. Tapi format PDF-nya bisa gratis disedot sampai kempot dari blog saya”.
Ayolah, jangan menjadi laki-laki bermental tempe yang hancur hatinya hanya karena seorang wanita. Masa depan masih panjang untuk dilalui, Bung. Bagi seorang mahasiswa mencintai seorang mahasiswi itu berarti sama dengan mematikan pergerakan kemahasiswaannya. Ketika kamu memutuskan memberikan perhatian kepada seseorang yang kamu anggap spesial itu berarti kamu menutup peluang lain yang jauh lebih spesial datang menghampiri dirimu. Ada banyak hal diluar sana untuk diperhatikan. Kasih dan sayangmu tidak khusus hanya untuk satu orang wanita. Rekan-rekanmu, adik-adik kelasmu, orangtuamu, guru-gurumu, anak yatim dan mereka yang diluarsana juga butuh kasih sayang yang sama dengan yang diberikan pada kekasih wanitamu. Lagipula apa tujuan utamamu menjadi mahasiswa?. Mengasah kedewasaan tidak butuh melalui pacaran atau hubungan khusus seperti tunangan, dan sejenisnya. Agama kita tidak mengajarkan hal seperti itu. Kalau kamu berani langsung saja lamar dia dan nikahi. Masalahnya modal kamu sekarang apa? Cuma wajah tampan setengah culun tidak akan berhasil mencuri kepercayaan dari orangtuanya.
Kembali lagi ke permasalahan mas FD. Tiba saatnya membahas masalah ketiga : Cinta dan jodoh.
Cinta adalah suatu hal yang sulit didefinisikan. Meminjam bahasanya Pak Anis Matta, cinta seperti angin yang membadai. Kau tak melihatnya tapi kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.
Seperti banjir menderas, engkau tak kuasa mencegahnya. engkau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang : seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.
You must be logged in to post a comment.