If it is possible to offer one statement that encompasses the concept of leadership in Islam, it would be the speech made by Abubakr (R.A), the first khalifa after the death of Prophet Muhammad (pbuh). In his first address as head of the Islamic state, he told the ummah: “I have been chosen to rule over you, though I am not the best among you. Help me if I am right; correct me if I am wrong. The weak among you will be strong until I have attained for him his due… and the strong among you will be weak until I have made him give what he owes…Obey me as long as I obey Allah and His prophet; if I do not obey them, you owe me no obedience.” This is a remarkable statement for any leader to make. With it Abubakr (R.A) defines a social contract with his citizens. He sets out the basis and the limits of his authority as well as the duties of his citizens. It’s worth examining this in more detail.
We operate in an age that increasingly demands financial and operational transparency and high standards of conformance to legal and moral requirements. Those who fail to maintain these standards pay with multibillion dollar legal judgments, the dissolution of venerable firms, dishonorable dismissals, and even jail sentences.
This trend was codified for publicly traded corporations by The Sarbanes-Oxley Act. Included among the many reforms is strong whistleblower protection language and severe penalties for violations. Both whistleblowers and the organizations whose wasteful or elicit practices they spotlight usually pay a high price. Is there a way for leaders to correct themselves short of blowing the whistle to regulatory bodies?
Ini sore hari yang sejuk. Perempuan manis berseragam merah putih itu tersenyum sebentar lalu bertanya pada saya, “Premium ya Pak?”. Sambil mesem saya jawab sekenanya, “Bukan Mbak, saya orang. Bukan Premium”. Ha..ha. Terus terang saya paling sebel kalau pas di SPBU mau ngisi BBM motor terus petugasnya bilang begitu. Seolah-olah kita diminta untuk membeli Premium. Secara memang seperti itu. Ini ilmu marketing, Bung. Operator yang menuang BBM dari dispenser ke tangki kendaraan itu kan sejatinya lagi jualan. Bukan cuma “juru ngecor” minyak. Orang yang berjualan logikanya menawarkan lebih dulu barang yang kualitasnya tinggi. Mestinya kalimatnya diganti jadi : “Beli Pertamax ya Pak?”. Sehingga konsumen menjadi “tertarik” atau lebih mantap membeli Pertamax.
Saya tidak melarang Anda untuk membeli Premium, dan saya juga tidak mengatakan kalau Premium itu barang jelek. Tapi secara kualitas memang Pertamax lebih ciamik ketimbang Premium. Dan Premium adalah barang bersubsidi. Non Keekonomian. Ada resiko tersendiri kalau kita membeli barang subsidi. Silakan baca artikel saya sebelumnya tentang BBM subsidi di link berikut. (klik sini).
Ini pelajaran berharga buat siapapun yang merasa dirinya kaya raya dan berpikir bahwa dengan kekayaannya ia bisa bertindak semena-mena. Namun ini juga pelajaran penuh makna bagi para karyawan yang bertugas di dalam pesawat atau transportasi publik lainnya untuk tetap tegar dalam bersikap dan bertindak sesuai prosedur. Sepanjang yang Anda lakukan itu benar maka tak perlu ambil pusing dengan siapa Anda berhadapan.
Putri Bos Korean Air, Heather Cho, dinyatakan bersalah melanggar hukum keselamatan penerbangan dan dijatuhi hukuman penjara satu tahun. Kasus yang dikenal sebagai “insiden kacang” ini memicu reaksi publik yang sangat besar.
.
Para karyawan bintang yang berkumpul dalam satu kelompok dengan tujuan sama masih tetap harus bekerja bersama. Karyawan bintang akan semangat dan senang mengerjakan bagiannya apabila ia melihat ada karyawan bintang lainnya yang kapabilitas/kompetensinya dihargai atau telah teruji sebelumnya. Singkatnya, mereka senang sekali bila bisa bekerja bersama dengan karyawan bintang lain yang mampu melakukan pekerjaannya dengan baik.
Kondisi seperti ini maknanya bukan lagi kerjasama tim, melainkan tujuan bersama yang diselesaikan oleh sekelompok orang yang memiliki kompetensinya masing-masing, yang mengerjakan dengan baik tugasnya masing-masing, yang bertanggungjawab atas tugas mereka, dan menerima pujian sebab menyelesaikan tugas mereka.
Kerjasama itu omong kosong. Ya, Anda tidak salah baca. Jika di dalam tim dimana Anda berkutat ada anggota lain yang harus melakukan tugas/tanggungjawab Anda karena Anda tidak mau atau karena Anda tidak mampu mengerjakannya maka bersiaplah atas munculnya orang-orang yang kecewa yang menyebabkan tim itu tidak akan berhasil mencapai tujuan.
Mungkin Anda sanksi atau bahkan jengkel atas pernyataan teamwork is bullshit, sebab selama ini Anda bekerja dalam tim dan kekompakan tim sangat berarti besar bagi Anda. Bersabarlah, Anda akan memihak saya setelah melahap artikel ini.
Akhir bulan ini salah seorang kawan saya di fungsi Plan & Maintenance Services resmi resign dari pekerjaannya. Ada yang bilang alasannya mengundurkan diri karena ingin menjadi pengusaha, ada juga yang berkata kalau ia hendak fokus menjadi Ustadz dan guru ngaji. Wallahua’lam, saya tidak pernah tahu alasan yang sebenarnya. Ia misterius, barangkali hampir sama dengan Bu Karen. ^_^ Saat saya bertanya apa alasan kawan saya mengundurkan diri jawaban yang saya terima cuma seputar : “Saya sudah jenuh/bosan kerja disini”, “Saya kecewa”, atau “Kok mau lama-lama jadi pegawai. Kalo mau kaya jangan jadi pegawai”. Bagi saya itu jawaban yang bias dan aneh. Karena jawabannya aneh saya jadi mafhum dan berhenti bertanya lebih jauh. Bagaimanapun saya menghormati keputusannya. Saya doakan semoga lebih sukses dan bahagia.
You must be logged in to post a comment.