Seringkali seseorang yang bekerja sebagai Jongos memiliki paradigma yang kurang benar (baca: keliru) terhadap terminologi ‘Karyawan’. Karyawan biasanya diartikan sederhana sebagai orang gajian belaka, yaitu orang yang menerima gaji/upah sebagai imbalan karena ia telah memberikan tenaga, pikiran ataupun keterampilan yang dimilikinya.
Anda tahu, paradigma (mindset) adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kehidupan. Stephen Covey pernah berseloroh : “Jika engkau hanya menginginkan perubahan kecil dalam hidupmu, ubahlah perilakumu. Jika engkau menginginkan perubahan dahsyat dalam hidupmu, ubahlah paradigmamu”. Sejatinya ia benar. Karyawan yang hanya menganggap dirinya sebagai orang gajian maka akan sulit mengaktualisasikan diri meskipun telah dibekali banyak pengetahuan dan keterampilan. Sambil koreksi diri, dulu saya sering mengatakan, “Kalau mau kaya ya harus jadi pengusaha”, nah ternyata ini juga termasuk kalimat yang kurang benar. Sebab biarpun jadi pengusaha dan jungkir-balik siang malam tapi mindset yang dimiliki masih ‘mindset non pengusaha’ maka hasilnya akan jalan ditempat atau sulit berkembang.
Sebuah mindset pada kenyataannya mengandung beberapa elemen yang pada akhirnya membentuk karakter serta kepribadian manusia. Sederhananya, kalau ingin mengubah atau mengelola mindset kita maka elemen itulah yang lebih dahulu harus dikelola/diubah. Elemen yang dimaksud adalah kumpulan dari suatu keyakinan yang dimiliki seseorang. Nah, celakanya keyakinan-keyakinan yang bercokol didalam diri kita ini tidak seluruhnya bersifat positif, sebagian besar justru negatif/beracun. Lebih celaka lagi terkadang kita sering membantah dan tidak sadar bahwa ada keyakinan negatif di alam pikiran kita. Sebagai contohnya ya itu tadi : keyakinan yang memaknai karyawan hanya sebagai ‘orang gajian’.
Paradigma karyawan sebagai orang gajian telah membuat jutaan orang diluar sana tetap menjadi ‘karyawan biasa-biasa’ saja nyaris seumur hidup mereka. Hidup habis hanya untuk bekerja, belanja kebutuhan hidup, bergumul dengan keluarga dan bersenang-senang. Siklus yang biasa-biasa saja. Hidup membosankan yang datar, apa adanya dan serupa dengan ribuan juta orang dimuka bumi ini. Gambaran ini mirip nasihat orang bijak yang mengatakan bahwa : Kebanyakan orang adalah orang kebanyakan.
Asal tahu saja, KARYAWAN pada hakikatnya adalah orang yang melahirkan sebuah “KARYA”. Dalam hal ini “karya”- apapun bentuknya itu- mengandung suatu proses pergerakan, proses penciptaan dan proses kreatif. Keyakinan karyawan sebagai “Individu aktif yang melahirkan Karya” ini sejatinya terpatri dalam hati setiap karyawan di perusahaan manapun dan di tataran level jabatan apapun (bahkan seorang pengusaha tidak luput dari pemaknaan ini). Sebab melalui keyakinan “Karyawan” inilah setiap orang akan memandang lebih baik keberadaan dirinya, akan lebih menghargai, menghormati status dan profesinya sebagai orang yang bekerja.
Bila seseorang telah ‘sadar’ akan status dan profesinya yang istimewa sebagaimana penjabaran diatas maka akan mudah baginya melahirkan berbagai kemudahan dan ‘keajaiban’ dalam bekerja. Perilaku kerja dan kinerjanya akan terlihat berbeda dibanding mereka yang memiliki keyakinan negatif bahwa karyawan hanyalah sekedar orang gajian.
Caramu memandang dan menilai dirimu pada saat ini akan mempengaruhi nasib & prestasi hidupmu dimasa mendatang.
Tetap istiqomah,
muhsin-budiono
Discussion
No comments yet.