Rekan-rekan semua,
Barangkali memang sudah ndak laku, atau sudah banyak Trainer baru yang lebih muda dari saya. Setelah mengantongi 102 jam terbang dalam hal mengisi materi maka di tahun 2011 yang baru berakhir ini saya lebih banyak introspeksi dan merenung. Tahun 2011 kemarin adalah tahun dimana saya “sepi panggilan”. Sebagai “lelaki panggilan” (julukan untuk profesi Trainer dimana saya sering diundang/dipanggil lewat SMS atau telpon langsung ke HaPe) untuk mengisi sebuah acara pelatihan atau materi tentunya kesepian ini cukup membuat hati terasa galau. Rasanya ada bagian diri ini yang hilang. Di tahun 2011 kemarin saya ‘hanya’ menerima 8 panggilan/undangan (6 undangan untuk mengisi materi pelatihan dan 2 undangan untuk konseling pribadi). Dari 8 undangan tersebut hanya 5 undangan yang bisa saya hadiri. 3 undangan lainnya terpaksa ditolak secara halus karena diwaktu bersamaan saya sedang dinas diluar kota. Namun demikian saya tetap mengucap Alhamdulilah dan mensyukuri nikmat ini. Sebab kalau ndak bersyukur khawatirnya nanti malah di-bogem Malaikat yang lagi lewat. Bisa mati berdiri saya.
Well, memang tahun kemarin sepertinya saya kurang bisa membagi waktu dengan baik sehingga perhatian memasok makanan hati & jiwa melalui kegiatan seorang trainer menjadi minim. Di tahun 2012 ini saya mencoba terobosan lain untuk bisa menyentuh “klien” saya melalui forum tanya jawab melaui email. Walhasil diakhir tahun kemarin saya woro-woro lebih intens saat mengisi materi di ITS maupun di UNAIR untuk tanya jawab lewat email tersebut. Hasilnya? di awal januari ini ada sudah ada 1 orang mahasiswa yang bertanya. Tulisan berikut adalah tampilan perdana atas pertanyaan yang muncul dari ‘adik-adik’ saya yang ingin berbagi pikiran atau sekedar menyapa.
Selasa, 10 Januari 2012, ada email masuk di inbox saya (perlu saya jelaskan -barangkali ada yang gaptek- email masuk pilihannya cuma ada di 2 tempat : di inbox atau di junk email) Maaf kalau penjelasan ini penting banget (^_^)y
Isi emailnya begini :
Assalamu’alaikum mas RM. Budiono, <wah, saya dipanggil “mas” ini. Alhamdulilah, ternyata saya masih muda dan rasanya memang pantes dipanggil begitu>
Perkenalkan mas, nama saya Cecep Gorbachev. Mahasiswa ITS <nama sengaja saya samarkan biar ada privasi>
Gini mas,ada sedikit pertanyaan yg mungkin mas RM budiono bisa menjawab. <silahkan, Dek>
1. Apakah seorang Trainer wajib memiliki prestasi ?? <Hmm, kenapa ya tanda tanyanya harus ada dua. Padahal pertanyaannya kan cuma satu>
2. bagaimana caranya untuk belajar menjadi trainer? (bagi pemula) <waduh Boy, payah juga nih. Ketinggalan info rupanya anak ini. Belum baca buku saya yang judulnya “Jadi Trainer itu Gampang” ya Dek? Silahkan dibaca kalau begitu. Tapi di download dulu di blog saya ini ya>
Terima kasih mas budiono.
jzk khoir katsiron.
Untuk jawaban atas pertanyaan nomer 1 bisa disimak dibawah ini :
Btw, terimakasih sudah membaca tulisan ini. Semoga bermanfaat dan semoga waktu Anda tidak terbuang sia-sia.
muhsin budiono
1. Apakah seorang trainer harus wajib memiliki prestasi ??
Ya, seorang trainer wajib memiliki prestasi.
Tapi ini jawaban klasik, Dek. Terkadang mas sendiri sering bertanya : apakah mas budi ini seorang yang berprestasi?
Kalau sdh begitu mas jadi ragu juga.
Tapi percayalah kalau itu termasuk bisikan setan dan kroni-kroninya yg hanya ingin mengerdilkan kita, Dek.
Sebenarnya sejak lahir mrocot ke dunia ini kita sdh otomatis mendapat label/gelar sebagai janin yg berprestasi.
Pernah dengar kisah kalau kita ini sejatinya adalah sel sperma yg memenangkan pertarungan balap antar sperma dgn peserta 400juta lebih spermatozoid dlm rangka mencari dan meringsek masuk ke dalam sel telur?
Ya itulah prestasi.
Celakanya seringkali kita memaknai Prestasi itu hanya dalam pengertian yg sempit.
Oleh orang yg berpikiran cupet, ‘prestasi’ jamak diartikan sbagai peraihan atas segala sesuatu yg kasat mata dan diakui oleh manusia.
Artinya apa? ya kalau tdk terlihat atau mndpt pengakuan/pujian/komentar positif dr orang lain maka dianggap bukan sebuah prestasi.
mas yakin Dek Cecep bukan orang yg pikirannya cupet.
Skrng mas balik tanya ke Dek Cecep :
Apakah bisa hapal surat2 di Al-Qur’an itu bukan suatu prestasi?
Apakah bisa mandiri dari meminta uang saku pd Ortu bukan suatu prestasi?
Apakah menahan diri dr melakukan maksiat itu bukan suatu prestasi?
Apakah menyenangkan hati orang tua itu bukan suatu prestasi?
Apakah menulis artikel atau bahkan menulis buku itu bukan suatu prestasi?
Biar wawasan kita lebih terbuka, sekarang ayo kita lihat beberapa definisi prestasi sebagai berikut :
Menurut Sardiman A.M (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”.
A. Tabrani (1991:22) “Prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha”.
Nah, kalo Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186) “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.
Dari tiga definisi diatas ada yg agak nyeleneh, yaitu pengertian menurut W.S Winkel (1996:165).
Winkel menyatakan bahwa ‘prestasi’ adalah bukti usaha yang telah dicapai.
Knpa nyeleneh? Karena menurut Winkel sebuah prestasi itu harus bisa dibuktikan (baca : bisa ditampakkan ke orng lain).
Ini artinya kita butuh energi ekstra supaya prestasi kita diakui.
Menurut mas prestasi itu tidak perlu pembuktian sebab hanya akan menguras energi spiritual kita untuk meyakinkan orang lain.
Kita akan kecewa besar bila ternyata ada orang lain yg membantah atau mencibir prestasi kita dgn kalimat : “Yah, segitu aja kok dibilang prestasi. kalau cuma begitu saya juga bisa’. atau “Anak kecil mah kalau gitu juga bisa”.
Nah tuh, kalau sdh begitu kan siapa yg rugi?
Drpd sibuk membuktikan prestasi yg kita capai kpd orang lain bukankah lebih baik kita himpun energi ini untuk terus berkarya membuat prestasi lainnya. Setujukah Dek Cecep?
Jadi begitu ya Dek. Kalau dilihat dari arti katanya maka kita akan menemukan banyak istilah untuk sinonim kata ‘prestasi’ ini.
Coba buka kamus atau lihat di Mbah Google. Prestasi = achievement = accomplishment, terjemahan lainnya adalah :
pencapaian, penyelesaian, kecakapan, kepandaian, keahlian, penyelenggaraan, pengamalan, urusan, pengurusan.
Sebagai penutup dan sebagai orang yang romantis, mas nukilkan sebuah puisi tentang prestasi dari rekan mas yang juga sesama Trainer. Puisinya begini Dek :
Prestasi adalah capaian, bukan pemberian…
Jika seseorang mendapatkan sesuatu karena pemberian,
ia tidak sedang berprestasi…
Jika ia mendapatkan kemudahan hidup karena warisan,
itu juga bukan prestasi…
Prestasi adalah hasil yang dicapai dengan usaha yang keras…
Dan tak satu pun achiever berhasil karena orang lain…
Untuk berprestasi, siapa pun memang harus “menginvestasikan” dirinya: (1) waktu, (2) diri, (3) energi, dan (4) biaya…
Dan tak satu pun prestasi yang terbebas dari itu…
Namun, sungguh tidak ada ruginya investasi dalam berprestasi…
Sebab, berapa pun investasi yang diminta oleh sebuah prestasi, akan tetap menjadi murah bagi seseorang…
–pada saatnya nanti ia akan menikmati prestasinya…
Maka… keluarlah dari “rumah-diri” masing-masing, untuk menciptakan prestasi…
Karena prestasi HARUS DICIPTAKAN…!!!
Sungguh… Di mana pun seseorang berada, ia berkewajiban untuk berprestasi…
Menciptakan prestasi adalah kewajiban sejarah setiap orang…
Maka, prestasi apakah yang tengah kita ciptakan sekarang…?
Discussion
No comments yet.