Road to 2023
Belajar Islam

Penjual Nasi dan Allah


 
 
bisa jadi kamu bakal begini

bisa jadi kita bakal begini, bersyukurlah

“Dimanakah Allah ?”, tanya seorang Ibu penjual warung nasi kepada pelanggan

setianya yang baru saja menunaikan sholat Dhuhur di Masjid sebelah warung nasi.

Bergeming memegang sendok sambil memandangi sepiring nasi ayam penyet dihadapannya, pemuda ini  balik bertanya : “Kenapa Ibu menanyakan hal itu?”.

“Ya habis di kota kita ini banyak kali orang gila dimana-mana. Di lampu merah, dipinggir jalan, di kolong jembatan, di pasar, di terminal, dimana-mana kayaknya orang stress telanjang sambil ngomong-ngomong sendiri gampang ketemunya. Malah di teras rumah Ibu seharian kemarin ditongkrongin sama orang gila ndak pakai benang sehelaipun. Dikasih baju malah dibuang. Dikasih makanan malah dilempar-lempar. Stress rasanya”, jawab Ibu Penjual Nasi sewot.

“Oh, begitu masalahnya. Ya wajar kalau tiba-tiba Ibu stress dan sambat ke Allah”, timpal sang Pemuda.

“Lho, saya ndak stress kok, Mas. Sambat juga ora. Cuma heran saja kok kayaknya Allah itu ndak adil dan ndak perhatian sama mereka-mereka itu”, seloroh Ibu Penjual Nasi sambil menyodorkan segelas teh hangat.

“Kayaknya memang seperti itu ya Bu?. Ya sudah saya ngerti, sekarang gantian saya yang tanya ke Ibu. Menurut Ibu sekarang ini saya lapar atau tidak, Bu?”, tanya sang Pemuda.

“Lho, Sampeyan ini ditanyai kok malah nanya. Mbales ini. Hmm, gimana ya, wajah Sampeyan itu wajah sedih, Mas. Jadi bawaannya kelihatan lapar terus”, jawab si Ibu menahan tawa.

“Waduh, repot ini. Ya sudah, begini Bu. Pertanyaannya diganti. Menurut Ibu orang-orang yang makan di warung ini orang yang lapar atau tidak, Bu?”

“Ya jelas yang makan di warung Ibu bisa dipastikan 99% orang lapar, Mas. Diluar sana kan banyak orang lapar, Mas. Habis makan masakan Ibu yang mak nyus ya jadinya perut kenyang. Malah ada yang cuma cium wangi sambel lalapan Ibu saja sudah ngerasa kenyang”, jawab si Ibu bangga.

“Kalau begitu saya bisa bilang juga ke Ibu bahwa di dunia ini tidak ada warung penjual nasi”.

Terkejutlah Ibu penjual nasi. “Lho, kenapa bisa begitu, Mas?”

“Ya karena di luar sana banyak orang yang mati kelaparan, ada orang yang beberapa hari tidak makan, malah ada yang saking terpaksanya sampai ngais-ngais makanan sisa di tempat sampah”, jawab kalem si pemuda.

“Wah, Sampeyan jelas salah Mas. Mereka saja yang ndak mau datang ke warung Ibu. Coba kalau ada orang yang benar-benar miskin dan kelaparan karena belum makan sampai tiga hari dan mau minta sedekah makanan ke Ibu, pasti Ibu kasih gratis. Ndak perlu bayar”.

Mendengar jawaban Ibu tadi maka pemuda kita ini lantas tersenyum dan berkata, “Begitulah perumpamaannya, Bu. Bukanlah Allah itu tidak ada dan bukan pula Allah itu tak adil atau acuh terhadap hamba-hambaNya, tapi manusia itu yang tidak pergi kepada Allah. Manusia sendiri yang tidak mau mendatangi Allah, ndak mau meminta pertolongan pada Allah, bermunajat mengadukan nasibnya di penghujung malam, enggan mendekatkan diri pada Allah dan tidak mengamalkan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Mereka yang tertekan masalah, stress dan akhirnya menjadi gila saya yakin pada awalnya adalah orang yang waras seperti kita. Hanya saja sesaat sebelum ‘urat kewarasannya’ terputus ia mengadu ke tempat yang salah. Ia tidak mendekat menghampiri Allah. Maka pada akhirnya dengan ijin Allah pula takdir sedemikian berlaku padanya. Allah itu ada dan Allah itu dekat, Bu”.

* * * * *

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah [2] : 186)

Muhsin Budiono

About muhsin budiono

Karyawan, Followership Practitioner dan Penulis Buku. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Marine Engineering (Lulus tahun 2006) dan Narotama University studi Management (Lulus tahun 2014). Followership Practitioner pertama di Indonesia [Certified by Ira Chaleff, Belgium-2017]. Anggota ILA (International Leadership Association). Pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Disaat banyak orang Indonesia memuji dan mendalami Leadership, muhsin memilih jatuh hati pada Followership sejak 2007 yang lalu. Di tahun 2013 muhsin menulis buku tentang belajar Followership ala Indonesia berjudul "The Jongos Ways" (TJW) yang fenomenal dan menggugah ribuan pekerja di Indonesia. Berbekal buku TJW muhsin semakin getol membumikan Followership ke seluruh penjuru nusantara secara cuma-cuma/tanpa memungut biaya melalui kegiatan-kegiatan seminar, bedah buku, pembuatan video animasi hingga konsultasi gratis. Hal itu dilakukan sebab menurutnya Indonesia sudah “terlambat” lebih dari 23 tahun dalam mengembangkan Followership. Atas upayanya tersebut pada akhir tahun 2014 muhsin mendapat undangan dari International Leadership Association untuk menghadiri International Followership Symposium di Amerika sebagai satu-satunya wakil dari Indonesia. Disana ia intens berdiskusi dengan beberapa pakar followership dunia dan dinisbatkan sebagai pemerhati followership pertama dari Indonesia. Di tahun 2016 Muhsin juga mendapat kehormatan untuk berbicara tentang Followership dihadapan ratusan praktisi Human Resources di Indonesia dalam forum nasional the 8th Indonesia Human Resources Summit (IHRS). Sementara ini muhsin berkarya di Perusahaan Migas Nasional kebanggaan Indonesia: PT Pertamina (Persero) dan sedang mengumpulkan serta menyusun kerikil demi kerikil untuk dijadikan batu lompatan dalam meraih cita-cita sebagai International Islamic Followership Trainer di tahun 2023 mendatang. Muhsin juga memiliki keinginan kuat untuk resign bekerja agar bisa kuliah/belajar lagi di Saudi Arabia guna mendalami teori Islamic Followership yang sedang dikembangkannya.

Discussion

3 thoughts on “Penjual Nasi dan Allah

  1. mantab mas untuk artikel ini… terima kasih uda diberi motivasi untuk selalu mengingat Allah…

    Like

    Posted by Riza Hilmi | 6 January 2011, 18:26
  2. assalamu’alaikum warahmatullahiwabarokatuh..
    Website saya biasa aja mas… hehehe
    kalo foto saya emang uda keren dari dulu 😛
    Alhamdulillah saya baik-baik aja, kabarnya mas budi gimana?
    Alhamdulillah saya sudah lulus dan dapet kerja 😀

    Wew, blognya mas budi yang wordpress uda bagus koq… boleh deh kita sharing-sharing ilmu 🙂 kapan ya bisa ketemuan… saya masih stay di Jogja, kadang kalo liburan panjang baru ke Sidoarjo mas.

    Kalo bikin website sih cuma iseng-iseng aja mas, paling juga bayar yang diperlukan aja, seperti domain ama Hosting. Kalo mas mau blajar sm saya, jasa saya mengajarkan sih gratis aja mas… heheheh.. kan dulu mas juga udah mengajarkan yg gratis2 juga ke saya… 🙂

    Tetap Smangat….

    Like

    Posted by Riza Hilmi | 6 January 2011, 18:14
  3. what a nice article
    anyway i suggest you must change your blog performance.
    keep struggle

    Like

    Posted by erika | 3 January 2011, 23:55

Your Comment Please . . .

Road to International Islamic Followership Trainer

18 June 2023
Seorang muslim terlalu besar untuk memiliki cita-cita yang kecil. Jangan menyerah. Tetap istiqomah. Where there is a will there is a way.

Buku Karya Pertama

JTIG : Jadi Trainer itu Gampang

Jadi Trainer Itu Gampang : Panduan Praktis untuk Memulai Menjadi Trainer dan Pemandu Pelatihan di Usia Muda. (LMT Trustco - Jakarta)

Buku Karya Kedua

The Jongos Ways : Pekerja Tangguh yang Bahagia dan Penuh Manfaat itu Anda (Penerbit : Elex Media Komputindo)

Buku Karya Ketiga

Berani Berjuang: Realita Cinta, Pertamina dan Bangsa Indonesia (A tribute to Mr. Ugan Gandar). Elex Media Komputindo

Buku Karya Keempat

Memorable Book Banjir Bandang Kota Bima - NTB tanggal 21 & 23 Desember 2016 (Elex Media Komputindo)

Follow me on Twitter